BERSUKACITA DALAM PENDERITAAN. Sahabat, pendisiplinan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak-anaknya memiliki tujuan yang baik dalam pembentukan karakter. Tidak pernah ada orangtua yang baik ketika mendisiplinkan anak-anaknya, berharap akan kecelakaan mereka.
Nabi Habakuk, di dalam doanya, memuji Allah karena Tuhan menjawab doanya bahwa kejahatan tidak akan terus-menerus menang, semua ada dalam kendali kedaulatan Tuhan . Habakuk tahu bahwa Allah akan mendisiplinkan Yehuda dan ini bukan keadaan yang mudah untuk diterima.
Habakuk belajar untuk menerima kehendak Allah, ia berdoa memohon pertolongan dan belas kasihan. Ia tidak berdoa agar dilepaskan dari pendisiplinan yang akan dijalani umat Allah; tetapi ia belajar untuk menerima bahwa Yehuda memang perlu masuk ke dalam proses pendisiplinan dan belajar dari proses itu. Masa-masa sulit berupa kelaparan dan kehilangan akan mereka alami, dan sang nabi BELAJAR untuk BERSUKACITA DALAM PENDERITAAN. Allahlah yang menjadi kekuatan dalam menghadapi masa-masa sulit nanti.
Syukur kepada Tuhan hari ini kita dapat belajar dari pasal terakhir dari kitab Habakuk dengan tema: “Habakkuk’s Faith (Iman Habakuk). Bacaan Sabda diambil dari Habakuk 3:1-19. Sahabat, Habakuk menutup nubuatnya dengan doa. Ada catatan kecil bahwa doanya disampaikan dengan nada ratapan.
Sang Nabi memang meratap. Habakuk membuka doanya dengan pengakuan bahwa dia merasa gentar di hadapan Allah mengingat apa yang telah Allah lakukan atas bangsanya. Habakuk menyadari bahwa penjajahan Babel atas Israel merupakan hukuman Tuhan atas kejahatan Israel.
Segala tindak kejahatan Israel membuktikan bahwa mereka tak lagi memerankan diri sebagai hamba Allah.
Namun, dalam ketakutan itu pun Habakuk merasa perlu menyisipkan permohonan: “dalam murka ingatlah akan kasih sayang” (Ayat 2). Dalam sisipan ini tampaklah Habakuk sungguh percaya bahwa belas kasihan Allah lebih besar dari murka-Nya. Habakuk percaya bahwa Allah akan surut murkanya. Itu cuma soal waktu.
Sahabat, mengapa Allah akan melepaskan Israel dari cengkeraman bangsa-bangsa? Habakuk percaya bahwa hukuman Allah tidak akan membuat bangsa Israel punah. Habakuk percaya bahwa kasih Allah yang telah memilih Israel tidak akan pernah pudar; dan inilah anugerah itu. Sebagaimana Allah telah membebaskan Israel dari Mesir, Dia sendirilah yang akan melepaskan Israel dari bangsa-bangsa lain (Ayat 13) sehingga dalam doanya Habakuk berketetapan: “dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami” (Ayat 16).
Inilah iman Habakuk, meski segalanya tampak buruk, yang digambarkan dengan kegagalan panen dan kematian ternak, Habakuk menetapkan hati tetap percaya kepada Allah yang tidak akan ingkar janji membebaskan umat-Nya (Ayat 17-19).
Sahabat, IMAN seperti ini hendaknya kita kembangkan dalam keseharian hidup. Ketika bersalah, jangan tunda untuk memohon ampun dari-Nya! Menerima dengan lapang dada segala akibat dari kesalahan kita itu dengan tetap percaya bahwa kasih Allah lebih besar dari murka-Nya! Jangan mengeluh, marilah kita terus menantikan karya Tuhan karena kesetiaan-Nya tidak pernah berubah. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah bebepara pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 17-19?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kesadaran bahwa Allah masih bekerja sampai hari ini seharusnya membawa kita pada satu keyakinan bahwa Allah selalu menyertai umat-Nya dalam menjalani masa-masa tersulit sekalipun. (pg).