Saudaraku, persahabatan biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan, baik itu hobi, kebiasaan, tujuan hidup, tempat berkegiatan sehari-hari ataupun kesamaan nasib. Bersahabat memiliki arti berbagi pengalaman yang serupa. Lukas 12:4-7 memuat panggilan istimewa Yesus kepada para murid-Nya, yaitu sahabat. Mari kita renungkan makna dibalik panggilan itu.
Injil Lukas mencatat sebutan istimewa Yesus kepada para murid yaitu sahabat-Ku. Sapaan Yesus ini menunjukkan kehangatan hubungan sekaligus konsekuensi dari kedekatan hubungan tersebut. Konsekuensi apa? Sebelum Yesus menyapa para murid, terjadi konflik yang dituturkan dalam Lukas 11:37-54 antara Yesus dan para Farisi beserta ahli Taurat. Mereka begitu dendam sehingga mencari cara menjebak Yesus (Lukas 11:53-54).
Kondisi itulah yang membuat Yesus ingin memberitahu para murid bahwa ada banyak hal yang bisa terjadi gegara hubungan antara mereka, terutama yang berkaitan dengan otoritas yang bisa menekan rakyat lemah seperti para murid. Maka Yesus memberi peringatan sekaligus pemahaman, yaitu:
- Takutlah akan Tuhan melebihi manusia.
Yesus menekankan para murid untuk lebih takut kepada Tuhan karena Tuhan bisa mematikan manusia secara total: Tubuh dan jiwanya. Maknanya, mereka harus berjuang hidup dalam kebenaran Allah apa pun konsekuensinya, bahkan bila harus bertaruh nyawa.
Yesus memberi pengertian bahwa manusia hanya mampu membunuh tubuh, namun tidak bisa membatasi pemikiran, meredupkan harapan dan bahkan membinasakan jiwa manusia. Manusia itu terbatas, jadi para murid diajar untuk takut pada Yang Tak Terbatas.
- Tuhan memelihara orang yang mau hidup takut kepada-Nya
Hidup takut akan Tuhan membawa akibat, namun Tuhan berjanji memelihara orang yang berjuang mencari Kerajaan Allah (Matius 6:33). Menjadi sahabat Yesus berarti berani berjuang sekaligus berani percaya kepada pemeliharaan-Nya.
Zaman yang sudah super modern ini membuat manusia diarahkan kepada materi sebagai satu-satunya cara untuk bisa bertahan hidup di dunia. Terlalu banyak orang dikungkung dan dikendalikan oleh materi, bahkan rela meninggalkan kebenaran karenanya. Namun bagi para sahabat-Nya, Yesus mengatakan dengan jelas: Takutlah akan Tuhan lebih dari manusia. Penguasa kehidupan di dunia ini bukanlah manusia, namun Tuhan Sang Pemilik Semesta.
Mari menjadi sahabat Kristus yang memperjuangkan apa yang diperjuangkan-Nya, menapaki apa yang menjadi jalan-Nya dan mempercayai Dia sepenuhnya sehingga sebagaimana cita-cita Rasul Paulus yang mengatakan: “Yang kukehendaki ialan mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya serta persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya supaya aku memperoleh kebangkitan dari antara orang mati” (Filipi 3:10-11), juga menjadi target dan tujuan sahabat Kristus. Mari menjadi sahabat Kristus yang sejati. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)