The First Place for God
KITAB 2 RAJA-RAJA. Sahabat, Kitab 2 Raja-raja tidak menyebutkan nama penulisnya. Tradisi menyatakan bahwa nabi Yeremia merupakan penulis kitab Raja-raja. Kitab 2 Raja-raja kemungkinan besar ditulis dalam kurun waktu antara tahun 560-540 SM.
Karena 1 dan 2 Raja-raja merupakan sejarah yang berkesinambungan, maka informasi penting tentang latar belakang 2 Raja-raja terdapat dalam Pendahuluan 1 Raja-raja. Kitab 2 Raja-raja melanjutkan penelusuran kemerosotan Israel dan Yehuda, yang dimulai sekitar tahun 852 SM.
Kitab ini mencatat dua musibah nasional besar yang mengakibatkan hancurnya kedua kerajaan: Pertama, Pembinasaan Samaria, ibu kota Israel, dan pembuangan penduduk negeri itu ke Asyur pada tahun 722 SM. Kedua, perusakan Yerusalem dan pembuangan Yehuda ke Babel pada tahun 586 SM.
Kitab 2 Raja-raja meliputi 130 tahun terakhir dari sejarah Yehuda sepanjang 345 tahun. Ketidakstabilan yang lebih besar dari Israel (yaitu, sepuluh suku utara) terlihat dari seringnya pergantian para raja (19 kali) dan keturunan raja (9 kali) yang terus-menerus terjadi selama 210 tahun, dibandingkan dengan 20 raja Yehuda dan satu keturunan (yang terhenti sebentar) sepanjang 345 tahun.
Kitab 2 Raja-raja mempunyai maksud yang sama dengan 1 Raja-raja. Secara singkat, maksud asli ialah memberikan orang Ibrani, khususnya orang-orang buangan di Babel, suatu penafsiran dan pemahaman yang bersifat nubuat tentang sejarah mereka sementara masa kerajaan yang pecah supaya mereka tidak akan mengulangi dosa-dosa nenek moyang mereka.
Syukur, hari ini kita dapat mulai belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “The First Place for God (Tempat Utama Bagi Allah)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 1:1-18. Sahabat, berada di pembaringan karena luka parah akibat terjatuh dari serambi di tingkat atas istananya, Raja Ahazia mengkhawatirkan kondisinya. Oleh sebab itu, ia ingin berkonsultasi dengan Baal-Zebub, dewa orang Filistin (Ayat 2). Mungkin terselip juga harapan agar Baal-Zebub menyembuhkan dia. Sungguh ironis, raja Israel tidak mencari Allah untuk kesembuhannya.
Melalui utusan yang menyampaikan pesan Elia, Allah menegur Ahazia dan memberitahukan bahwa ia akan mati (Ayat 3-4). Respons pertama Ahazia adalah mempertanyakan identitas orang yang menyatakan hal tersebut. Lalu dengan gambaran yang diberikan oleh utusannya, Ahazia mengenali bahwa orang itu adalah Elia (Ayat 6-8).
Namun bukannya bertobat, Ahazia malah mengeraskan hati. Ia mengutus pasukan dengan seorang perwira dan lima puluh tentara untuk pergi kepada Elia (Ayat 9). Atas nama raja, si perwira menyuruh Elia untuk turun dari puncak bukit. Lalu dengan menggunakan sebutan “abdi Allah” yang dipakai oleh si perwira, dan dengan konotasi adanya otoritas Allah di dalam sebutan itu, Elia memanggil api dari langit untuk menghanguskan si perwira beserta kelima puluh anak buahnya (Ayat 10).
Sahabat, Ahazia tidak mau berhenti begitu saja. Ia mengutus pasukan kedua, dan cerita pun berulang sama (Ayat 11-12). Pantang menyerah, Ahazia mengirimkan pasukan ketiga. Perwira ketiga ini tampaknya lebih bijaksana. Mungkin ia sudah mendengar kisah tragis kedua pendahulunya, dan ia tidak ingin hidupnya berakhir seperti mereka (Ayat 13-14).
Allah pun tampaknya merespons si perwira dengan baik. Malaikat Allah menginstruksikan agar Elia tidak takut dan pergi bersama si perwira menemui Ahazia (Ayat 15). Kemudian Elia menyampaikan teguran Allah atas kesalahan Ahazia, yang telah berpaling dari Allah kepada dewa yang tidak memiliki kuasa apa pun, dan itu mengakibatkan ia harus membayar harga dosa-dosanya, yaitu dengan kematiannya.
Sungguh mahal harga yang harus dibayar Ahazia. Ini menjadi peringatan bagi kita. Allah tidak ingin diri-Nya digantikan oleh yang lain. Ia selalu menuntut tempat yang utama di dalam hidup kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Utamakan Allah, maka Allah juga akan mengutamakanmu. (pg).