SAKIT HATI. Kata penyanyi ndangdut Meggy Z: “Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati”. Sahabat, manusia memiliki emosi yang dinamis, tergantung suasana dan kondisi hatinya. Seseorang bisa terlihat memiliki sifat dan sikap berkebalikan jika berada pada dua keadaan emosi yang berbeda. Saat emosi stabil, seseorang bisa tenang dan mudah tersenyum. Demikian pula sebaliknya. Ketika emosi memuncak, seseorang bisa lepas kendali dan melakukan hal-hal di luar kesadarannya.
Hal ini pula yang terjadi pada mereka yang mengalami sakit hati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sakit hati dapat dipahami sebagai sebuah keadaan di mana seseorang merasa tidak senang karena dilukai hatinya (dihina, dikhianati, ditipu, dan sebagainya). Secara psikologis, sakit hati merupakan tumpukan emosi yang terakumulasi dan melibatkan perubahan perilaku dan keadaan fisiologis. Orang yang tengah dikuasai oleh emosi negatif akan terpengaruh secara fisiologis dan tindakan.
Secara fisiologis, tubuh akan merespons dengan meningkatnya tekanan darah, keluarnya air mata, dan degup jantung berdetak dengan kencang. Sementara, secara perilaku, emosi negatif dapat mewujud menjadi tindakan-tindakan seperti berteriak, mengumpat, dan membanting. Efek lain yang dapat timbul adalah dalam bentuk pikiran (kognitif) buruk yang mengarah baik ke dalam, maupun ke luar diri. Misalnya, berpikiran buruk tentang orang lain dan diri sendiri, merasa tidak berharga, stress, bahkan depresi.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “God is First, I am Second (Tuhan yang Pertama, Saya yang Kedua)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 16:1-34 dengan penekanan pada ayat 33. Sahabat dalam bacaan kita pada hari ini, kalimat MENIMBULKAN SAKIT HATI TUHAN beberapa kali ditulis (Ayat 2, 7, 13, 26, 33). Sakit hati yang disebabkan karena raja dan bangsa Israel berpaling dari Allah kepada Baal dan dewa-dewa. Mereka tidak hanya mendirikan Baal tetapi juga menyembah kepadanya.
Sakit hati suatu sikap Allah yang menunjukkan bahwa Allah adalah pribadi yang hidup. Pribadi yang cemburu bila ada allah lain dalam kehidupan umat-Nya. Sakit hati Tuhan selalu membawa penghukuman kepada mereka. Tetapi mereka tetap melakukan hal yang sama berulang-ulang. Suatu sikap bebal yang dimiliki oleh bangsa Israel yang mendatangkan petaka yang mengerikan.
Coba kita amati, kematian tragis Ela dan Zimri bukan hanya karena spiral kekerasan, tetapi semasa hidup kedua orang ini tidak melakukan yang benar di mata Tuhan. Kelakuan Ela dan Zimri itu menimbulkan sakit hati Tuhan (Ayat 7 dan 19). Yang juga menarik untuk disimak adalah pengganti Zimri pun tidak lebih baik. Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya ( Ayat 25). Ahab, anak Omri, bahkan melakukan tindakan yang membangun mazbah untuk Baal dan membuat patung Asyera, menimbulkan sakit hati Tuhan.
Tuhan tidak ingin diduakan, Tuhan ingin menjadi no. 1 di dalam kehidupan kita sebagai umat-Nya. Tuhan yang pertama, saya yang kedua. Pada saat kita menyukai sesuatu lebih daripada Tuhan, artinya kita sudah menomorduakan Tuhan. Hal tersebut bisa saja pekerjaan, hobi, keluarga, pelayanan dan lain sebagainya.
Kita hidup dalam zaman kasih karunia. Zaman di mana Tuhan tidak langsung menghukum pada saat kita bersalah. Selalu ada pengampunan bila kita mengakui dosa dan minta ampun pada-Nya. Tetapi jangan jadi orang bebal dan mempermainkan kebaikan dan kesabaran Tuhan.
Tuhan ingin menjadi segalanya. Bahkan menjadi pusat dalam kehidupan kita. Kita harus koreksi dan introspeksi kehidupan kita. Jangan ada allah lain selain Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Kita harus peluk erat-erat dan jadikan moto hidup kita: “Tuhan yang pertama, saya yang kedua”. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Sahabat, siapa yang menjadi nomor satu dalam kehidupanmu?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jadikanlah Tuhan NOMOR SATU dalam hidup kita, semua yang kita lakukan hendaklah berpusat kepada Tuhan. (pg).