MEMBANGUN DIRI DARI BERSAKSI

MEMBANGUN DIRI DARI BERSAKSI

Saudaraku, ada sebuah metode belajar yang dinamakan belajar berbasis pengalaman (experiential learning).  Dengan mengalami sendiri sebuah proses belajar maka seorang pembelajar akan dapat mengembangkan dirinya secara holistis (pengetahuan, sikap, perilaku dan bahkan spiritualnya). Pengalaman benar-benar menjadi guru yang terbaik.  Lukas 8 : 26-39 mengisahkan tentang kuatnya pengalaman untuk menjadikan seseorang makin semangat bersaksi. Mari renungkan.

Yesus menolak mantan orang yang kerasukan Iblis di daerah Gerasa untuk mengikuti diri-Nya dan malah menyuruhnya pergi.  Sikap Yesus tersebut menarik untuk direnungkan.  

Padahal andai saja Yesus membiarkan orang itu mengikuti-Nya, maka bisa dipastikan “pasukan”- Nya akan lebih punya greget dengan kesaksian mukjizat sang mantan.  Mungkin pekerjaan Yesus untuk memperkenalkan Kerajaan Allah akan lebih mudah selesai dengan bergabungnya orang itu, setidaknya kesaksiannya akan menarik banyak orang dan menyentuh hati mereka yang kontra dengan Yesus.  Namun Yesus tidak mengambil langkah praktis itu.  Yesus justru memberikan perintah yang sangat jelas yaitu :

  1. Pulang

Orang itu sudah lama tidak pulang dan hidup dengan normal.  Menyuruhnya kembali ke rumah menunjukkan kepedulian Yesus kepada orang itu.  Yesus tahu bahwa orang itu punya keluarga yang lama ditinggalkan dan Yesus menginginkannya kembali kepada keluarganya, kepada orang terdekatnya dan memulihkan hubungan dengan mereka.

  1. Ceritakan

Bila ada orang yang kembali ke rumah setelah pergi bertahun-tahun, maka cerita dan pengalaman dari orang itu selalu dinantikan.  Yesus tidak meminta orang itu menceritakan tentang pengalamannya, namun pengalaman tentang pekerjaan Allah atas dirinya.  Tujuannya hanya satu yaitu memuliakan Tuhan yang mampu membebaskan dari ikatan Legiun yang sudah menguasainya bertahun-tahun.

Sang mantan orang yang kerasukan itu telah mengalami dan menyaksikan mukjizat luar biasa, maka saat ia bersaksi sesungguhnya ia membangun dirinya sendiri juga secara menyeluruh.  Kesaksiannya meneguhkan iman percayanya sendiri kepada Allah dan bahkan membentuk spiritualnya untuk makin melekat pada Allah.  Yesus memang hebat.  Ia tahu benar bahwa dengan mengutus orang itu kembali ke rumah dan bersaksi, orang itu makin kuat dan makin teguh dalam iman percayanya.

Di zaman yang serba sibuk dan individualis, perintah Allah tidak berubah yaitu melaksanakan Amanat Agung (Matius 28:19-20):  alami dan ceritakan kesaksian tentang Allah.  Mari terus melaksanakannya sehingga iman orang percaya itu sendiri makin teguh dan berakar.  Bersaksi bukan hanya berdampak pada orang lain, namun juga berdampak pada diri sendiri.  Teruslah bercerita tentang Allah yang hidup dan bekerja tak kenal lelah, semakin banyak menyampaikan maka iman akan makin kuat berakar. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya