KONTRAS. Sahabat, apakah kalau sang ayah itu baik, anaknya pasti baik? Kalau sang ayah itu jahat, anaknya pasti jahat? Kalau sang ayah itu taat kepada Tuhan, anaknya juga pasti taat kepada Tuhan? Belum tentu, kadang ya, kadang tidak. Kadang bahkan bisa jadi sangat KONTRAS antara ayah dan anaknya.
Kontras adalah istilah yang kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahkan kata itu sudah akrab bagi sebagian besar masyarakat kita. Apalagi bagi kita yang berkecimpung di dunia seni, pasti sudah tak asing lagi dengan istilah kontras.
Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kontras adalah memperlihatkan perbedaan yang nyata apabila diperbandingkan. Kontras juga dapat diartikan sebagai memperlihatkan perbedaan nyata (dalam hal warna, rupa, ukuran, dan sebagainya).
Sedangkan dalam dunia seni, pengertian kontras adalah perbedaan antara elemen visual, seperti warna, kecerahan, atau tekstur, yang membuat suatu objek atau gambar lebih menonjol atau terlihat lebih tajam.
Pada seni lukis, kekontrasan sangat diperlukan untuk memberikan penekanan pada obyek tertentu. Pada seni fotografi, kontras menjadi bagian penting dalam apresiasi keindahan karya foto. Pada seni musik, tone suara atau warna suara dapat diberi efek-efek kontras pada bagian-bagian lagu.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “A Brave and Commendable Act (Tindakan yang Berani dan Terpuji)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 15:1-32 dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, meski hubungan Abiam dan Asa adalah ayah dan anak, kehidupan keduanya bertolak belakang. Sangat KONTRAS. Dalam bacaan kita pada hari ini dicatat: “Abiam hidup dalam segala dosa yang telah dilakukan ayahnya sebelumnya, dan ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, moyangnya (Ayat 3). Sebaliknya: “Asa melakukan apa yang benar di mata Tuhan seperti Daud, bapak leluhurnya. Ia menyingkirkan pelacuran bakti dari negeri itu dan menjauhkan segala berhala yang dibuat oleh nenek moyangnya” (Ayat 11-12).
Menarik untuk disimak, kedua orang tersebut dibandingkan dengan Daud, bapak leluhurnya, dan hasilnya bagai langit dan bumi. Sangat KONTRAS. Yang satu hidup dalam dosa sebagaimana ayahnya, Rehabeam; sedangkan yang lain sungguh berbeda. Penulis kitab 1 Raja-raja merasa perlu memperlihatkan peranan Maakha, anak Abisalom. Maakha merupakan ibu dari Abiam dan nenek dari Asa.
Maakha membuat patung Asyera dan menyembahnya. Nah, jika Abiam sangat dekat dan menghormati ibunya, Asa bahkan berani memecat Maakha dari jabatan ibu suri (Ayat 13). Tindakan yang berani dan terpuji.
Sahabat, bisa disimpulkan, dalam keadaan yang buruk pun bisa muncul sesuatu yang baik. Meski pengaruh Maakha sangat kuat dalam diri Abiam, anaknya, namun pengaruh itu memudar dalam diri Asa. Dia tidak tenggelam dalam kekelaman penyembahan allah-allah lain sebagaimana ayah dan neneknya. Dia berpaut kepada Allah sebagaimana Daud moyangnya.
Abiam menjadi raja tiga tahun lamanya, sedangkan Asa empat puluh satu tahun lamanya. Sangat KONTRAS bukan? Asa membangun sebuah kehidupan yang berpaut kepada Tuhan. Ia berani mendobrak segala hal yang merupakan kekejian di mata Tuhan, dengan menyingkirkan pelacuran bakti dari negerinya dan menjauhkan segala berhala yang dibuat oleh nenek moyangnya (Ayat 12). Bagian ini menegaskan bagaimana Asa memakai hidupnya dan kekuasaannya bukan untuk melakukan apa yang benar di matanya atau di mata dunia, melainkan untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Tindakan yang berani dan terpuji.
Sahabat, bagaimana dengan kehidupan iman percaya kita? Apakah kita pakai hidup kita ini untuk melakukan apa yang benar di mata keluarga kita, di mata sahabat dan relasi kita? Di mata dunia? Atau sebagaimana teladan Asa, yaitu melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Itu sebuah tindakan yang berani dan terpuji. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu?
- Sahabat, coba bandingkan dirimu dengan ayahmu, apa yang engkau peroleh?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jangan pernah lelah menautkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, sekalipun kita pernah gagal dalam hidup. (pg).