+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

Tragedy of the King’s Family

Tragedy of the King’s Family

TRAGEDI. Sahabat, dari Wikipedia saya mendapat informasi bahwa tragedi atau dukacarita adalah genre drama  yang menceritakan kisah yang menyedihkan. Dalam tragedi, tokohnya biasanya memiliki kualitas-kualitas yang baik namun mengalami nasib yang buruk dan menyebabkan dirinya, atau kerabat dan sahabatnya, mengalami masalah.

Drama tragedi berasal dari Yunani kuno dan biasanya dipentaskan dalam festival keagamaan. Penulis tragedi Yunani yang terkenal yaitu Aiskhilos, Sofokles.  dan Euripedes,  sedangkan penulis tragedi masa modern yang terkenal adalah William Shakespeare.

Sahabat, momen kelam dalam sejarah Indonesia, yang dikenal sebagai “Tragedi ’65,” tetap menjadi kenangan yang menyakitkan dan kontroversial dalam perjalanan negara ini.  Mengingat peristiwa “Tragedi ’65” adalah sebuah pengingat yang menyakitkan tentang perpecahan dan kekerasan yang pernah melanda Indonesia. Meskipun telah berlalu lebih dari setengah abad, peristiwa itu tetap menjadi salah satu momen tersulit dalam sejarah bangsa ini. Sebuah tragedi yang mengerikan bagi bangsa kita.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Tragedy of the King’s Family (Tragedi Keluarga Raja)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 13:23-39. Sahabat, dosa bisa saja tidak terjadi bila orang-orang di sekitar orang yang akan berbuat dosa mau mengingatkan, melarang atau menegur, bahkan menghalangi perbuatan dosa itu. Namun bila orang diam saja atau malah memberikan dukungan maka dosa akan bagaikan api terguyur bensin.

Setelah pemerkosaan terhadap adiknya, Absalom menyimpan kepahitan dan sakit hati terhadap Amnon. Mengingat Amnon, bukan saja telah menyakiti Tamar, sang adik kandung, tetapi juga telah mempermalukan keluarganya. Maka sebuah aksi pembalasan dendam pun direncanakan (Ayat 28). Masa pengguntingan bulu domba dipakai sebagai saat yang paling tepat untuk pelaksanaan aksi tersebut.

Dengan mengundang segenap keluarga raja Daud, Absalom bermaksud melaksanakan niatnya (Ayat 23-24). Niat itu sudah bulat, sehingga ketidakhadiran raja seolah jadi pendukung untuk mewujudkan niat tersebut. Tragedi tragis pun kembali terjadi. Absalom, anak Daud, membunuh Amnon, anak Daud yang lain. Walau ingin menuntaskan dendam, Absalom sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Maka Absalom pun melarikan diri (Ayat 34).

Sahabat, bila kita berada di pihak Absalom, kira-kira bagaimana tindakan kita terhadap Amnon? Bukankah memang pahit apa yang harus dialami Tamar dan betapa memalukan aib yang juga ikut diderita Absalom? Namun kisah ini memperlihatkan pada kita bahwa menyimpan dendam dan kemudian membalaskannya ternyata tidak menghasilkan kepuasan dan kelegaan.

Kita mungkin puas untuk sementara ketika dendam itu terbalaskan. Mungkin kita akan senang dan bisa mengatakan, “Rasakan apa yang aku alami akibat tindakanmu!” Namun apakah marah itu jadi hilang? Apakah kepahitan itu jadi sirna? Apakah kebencian itu jadi luluh? Ternyata tidak.

Sahabat, tragedi keluarga Daud ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa tanpa pengampunan tidak akan pernah ada damai sejahtera. Maka bila terasa sulit bagi kita untuk mengampuni orang yang telah menyebabkan kita menderita, ingatlah: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang tragedi?

Selamat Sejenak Merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Dosa yang dimulai dari Daud kemudian menjangkiti anggota keluarganya sehingga setiap orang bisa terjerat dalam lingkaran dosa itu. (pg).

Leave a Reply