The Sensivity of God’s Presence and Holiness

The Sensivity of God’s Presence and Holiness

MENGHORMATI ALLAH. Sahabat, ketika kita memuji dan memuliakan Allah, sesungguhnya kita memberi hormat kepada-Nya. Hormat berasal dari hati kita dan sedang merujuk kepada nilai yang ditaruhkan kepada sesuatu atau seseorang. Para kolektor memberi nilai lebih pada barang tertentu dibanding orang awam. Sesuatu yang diabaikan oleh seseorang mungkin sangat bernilai bagi orang yang lain dan dihormati.

Kita menghormati orang lain dengan cara menilai penting posisi dan kontribusi mereka. Kita diperintahkan untuk menghormati satu sama lain karena posisi mereka, bukan kinerja mereka. Kita diperintahkan untuk menghormati ibu dan ayah kita (Ulangan 5:16; Markus 7:10), para orang tua (Imamat 19:32), dan mereka yang memerintah (1 Petrus 2:17). Ketika kita menghormati Allah, kita sedang memperlakukan-Nya menurut penilaian tinggi kita akan Dia. Kita sedang mencerminkan kemuliaan-Nya kembali kepada-Nya dengan pujian dan penyembahan.

Alkitab menunjukkan berbagai cara menghormati dan memuliakan Allah. Kita mengindahkan-Nya dan mencerminkan karakter-Nya dengan cara mengabdikan hidup kepada-Nya (Roma 14:8), dan  dengan berbagi dari  penghasilan dan harta kita (Amsal 3:9). Tidaklah cukup  menghormati Dia hanya dengan cara yang terlihat. Allah menghendaki hormat yang berasal dari hati. Coba kita simak yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yesaya 29:13).

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “The Sensivity of God’s Presence and Holiness (Sensitivitas terhadap Hadirat dan Kekudusan Allah)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 6:1-23. Sahabat, pelanggaran terhadap kekudusan Allah dan pelecehan terhadap hadirat Allah dipandang sebagai kejahatan serius oleh Allah. Namun kekurangpekaan kita terhadap hadirat Allah dan kekudusan-Nya membuat kita kurang memiliki rasa hormat kepada Allah ketika memasuki hadirat-Nya. Bacaan kita pada hari ini  memperlihatkan bahaya kurangnya sensitivitas terhadap hadirat dan kekudusan Allah.

Dengan dijadikannya Yerusalem sebagai pusat pemerintahan, membuat Daud ingin menempatkan tabut Allah di kota itu sebagai lambang kehadiran-Nya (Ayat 1-3). Namun sayangnya, pemindahan tabut dilakukan tidak sesuai dengan aturan Tuhan (bdk. Keluaran  25:12-15).

Tabut dibawa dengan kereta, padahal seharusnya diusung oleh orang Lewi
dari keluarga Kehat (Bilangan 4:15). Pelanggaran terjadi lagi saat lembu-lembu yang menghela kereta itu tergelincir. Uza yang mengkhawatirkan jatuhnya tabut, kemudian memegang tabut itu (Ayat 6). Ini mengakibatkan Tuhan marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Uza (Ayat 7).

Terlalu berlebihankah hukuman mati itu bila dibandingkan dengan kesalahan Uza? Daud menganggap demikian dan ini membuat dia marah (Ayat 8). Padahal tindakan menyentuh tabut merupakan hal terlarang. Menyentuhnya berarti mati! Dalam hal ini, Uza tidak melihat perbedaan antara tabut dan barang berharga lain. Maksud Uza untuk mencegah terjatuhnya tabut tidak salah, tetapi tidak ada kepekaan mengenai kekudusan tabut itu. Orang Lewi saja dilarang menyentuhnya.

Mikhal, istri Daud, juga tidak memiliki sensitivitas terhadap hadirat Allah. Ia melecehkan suaminya yang merendahkan diri di hadirat Allah (Ayat 16, 20). Penulis 2 Samuel menyatakan bahwa Mikhal tak memiliki anak hingga akhir hayatnya (Ayat 23).

Sahabat, kisah dalam bacaan kita pada hari ini memberikan peringatan keras bagi kita. Hadirat Allah dan kekudusan-Nya tidak bisa kita pandang remeh. Dia Allah dan berada di hadirat-Nya mengharuskan kita untuk memiliki sikap hormat. Bicara soal kekudusan-Nya, bukan bicara tentang sesuatu yang bisa ditawar-tawar, melainkan suatu harga mati, yang harus kita junjung tinggi. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang Menghormati Allah?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menghormati Allah  mulai dari hati dan pikiran, terucap dalam kata-kata, dan terwujud dalam perbuatan kita. (pg).

Renungan Lainnya