Eternal Life Support
SANDARAN HIDUP. Sahabat, sandaran hidup manusia beragam. Harta, takhta, kolega adalah sandaran hidup yang paling populer. Kemudian ada pula yang menjadikan “ilmu”, benda-benda “pusaka/keramat”, kesaktian, ajian atau mantra sebagai sandaran hidup. Bahkan tidak sedikit pula yang menjadikan sesama manusia sebagai sandaran hidup. Ada yang menamakannya pemimpin, selebritis, ilmuwan, orangtua, orang-orang dekat (suami/istri, anak, menantu, besan, dan lain sebagainya). Ada juga yang mengandalkan “diri sendiri” sebagai sandaran hidup.
Secara sederhana, sandaran hidup diartikan sebagai tempat tumpuhan untuk mengalihkan kekuatan yang menyangga beban. Sebatang pohon yang miring karena diterpa tiupan angin topan, masih bisa bertahan hidupnya karena memiliki sandaran pohon yang ada di sebelahnya. Sama halnya seorang anak yatim, sepeninggal ayahnya menyandarkan hidupnya kepada paman yang mengasuh dan memeliharanya. Begitulah kata sandaran hidup ditempatkan penggunaannya didalam hidup keseharian. Peran sandaran hidup akan selalu dibutuhkan guna menjamin keberlangsungan suatu kehidupan.
Sahabat, soal apa atau siapakah sandaran hidup yang paling tepat tergantung pada masing-masing individu. Pengalaman hidup kita mengajarkan bahwa sandaran hidup yang terbaik, paling komplit, dan abadi hanyalah Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus tetap sama dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Dia sangat mengasihi kita sehingga Dia rela mengosongkan diri menjadi manusia, tinggal bersama dengan kita, dan menyertai kita. Tuhan Yesus menciptakan bumi beserta isinya. Dia Mahakuasa. Tiada yang mustahil bagi-Nya.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Eternal Life Support (Sandaran Hidup yang Abadi)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 23:1-28. Sahabat, kehidupan kerap dipenuhi ketidakpastian. Manusia membutuhkan sandaran. Tuhan itu sandaran yang abadi. Bersandar pada Tuhan bukan berarti semua urusan menjadi beres. Bersandar pada Tuhan berarti melibatkan-Nya dalam pergumulan kita sehingga kita dapat mengalami hidup tenang dan berkemenangan.
Daud belajar bersandar pada Tuhan. Ketika mendengar kabar Kehila diserang oleh tentara Filistin, Daud bergumul. Kehila terletak di selatan Adulam. Dalam pergumulannya, ia bertanya kepada Tuhan apakah ia diutus untuk membela Kehila (Ayat 2). Atas izin-Nya, Daud berangkat untuk berperang, dan berhasil menyelamatkan penduduk Kehila (Ayat 5).
Sementara itu, keberadaan Daud di Kehila dilihat Saul sebagai peluang. Saul ingin menjebak Daud di sana. Mendengar kabar itu, Daud kembali bertanya kepada Tuhsn (Ayat 10). Atas petunjuk-Nya, Daud tidak melawan Saul. Daud dan tentara harus berpencar, keluar dari kota dan tinggal seperti penduduk biasa (Ayat 13). Akhirnya, Daud terluput dari serangan Saul.
Sahabat, Tuhan, tempat Daud bersandar, juga menolong Daud dengan memberikannya sahabat. Dalam pelariannya, Daud merasa takut (Ayat 15). Kehadiran Yonatan, anak Saul, menguatkan Daud (Ayat 16-18).
Bersandar kepada Tuhan bukan berarti menyerahkan persoalan kepada Dia, lalu kita diam dan pasif saja menantikan pertolongan. Bersandar pada Tuhan adalah upaya meminta pertolongan-Nya dalam setiap persoalan kita. Daud tetap saja menjalani kehidupan yang menegangkan, penuh kesukaran dan tantangan, sekalipun sudah bersandar pada pertolongan Tuhan. Namun, ia percaya jika berjalan bersama dengan Tuhan selalu ada pertolongan yang datang tepat pada waktunya.
Sahabat, kadang kala masalah hidup membuat kita putus asa. Jalan hidup yang naik turun membuat kita seperti kehilangan sandaran hidup. Berbaliklah kepada Tuhan! Hiduplah dekat dengan Tuhan. Dengar-dengaranlah suara Tuhan. Jadikan Tuhan sebagai sandaran hidup. Ia akan memberikan kemampuan dan hikmat bagi kita untuk dapat keluar dari masalah yang kita hadapi. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang Sandaran Hidup?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bersandarlah kepada Tuhan agar kita tidak salah langkah. (pg).