Don’t Compare God to Dagon!

Don’t Compare God to Dagon!

TABUT PERJANJIAN. Sahabat, dari Program Layanan Digital Lembaga Alkitab Indonesia saya mendapat informasi bahwa Tabut Perjanjian merupakan artefak yang berharga bagi bangsa Israel. Berbentuk peti persegi panjang yang terbuat dari kayu penaga dengan ukuran 1,3x1x1m.

Semua bagian tabut dilapisi dengan emas dan didalamnya tersimpan loh hukum Allah, buli-buli berisi manna, tongkat Harun (Ibrani  9:4). Tabut Perjanjian memiliki penutup yang disebut tutup pendamaian terbuat dari emas (Keluaran 25:17) serta terdapat dua kerub emas yang saling berhadapan dengan sayap terkembang (Keluaran 25:19-20).

Tabut tersebut memiliki empat gelang pada setiap penjurunya agar kaum Lewi dapat mengangkatnya ketika bangsa Israel berpindah tempat. Untuk mengangkat tabut digunakan tongkat kayu yang dimasukkan ke lubang gelang-gelang pada keempat penjurunya. Tabut dibuat di Sinai oleh Bezaleel menurut pola yang disampaikan kepada Musa (Keluaran 25:10-22).

Tabut Perjanjian dianggap takhta kehadiran Allah yang tidak tampak di bumi dan siapa yang menajiskannya akan dibinasakan (1 Samuel 6:19). Dari Gilgal tabut dipindahkan ke Betel (Hakim-Hakim 2:1; 20:27), lalu dibawa ke Silo pada zaman hakim-hakim (1 Samuel 1:3; 3:3), dan di sana terus hingga dirampas oleh orang Filistin di medan pertempuran di Eben-Haezer (1 Samuel 4). Kehadiran tabut di kota-kota Filistin menimbulkan wabah di kota-kota itu (1 Samuel 5), karena itu orang Filistin mengembalikan tabut itu ke Kiryat-Yearim (1 Samuel 6).

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Samuel dengan topik: “Don’t Compare God to Dagon! (Jangan Bandingkan Allah dengan Dagon!)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Samuel 5:1-12. Sahabat, sesungguhnya, orang Filistin sudah mendengar tentang perbuatan besar Allah terhadap bangsa Mesir dan sempat membuat mereka gentar (1 Samuel 4:8). Kini, melalui tabut perjanjian yang mereka rampas, mereka menyaksikan sendiri kuasa Allah Israel yang dahsyat itu.

Bangsa Filistin mengira bahwa tabut perjanjian yang mereka rampas dapat disejajarkan dengan berhala biasa yang mereka anggap hebat. Mereka meletakkan tabut Allah itu di dalam kuil Dagon, allah orang Asdod (Ayat 2). Allah tidak tinggal diam. Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan membuat patung Dagon jatuh hancur di hadapan tabut Allah (Ayat 4).

Sahabat, tidak hanya itu, Allah juga menyatakan kuasa-Nya dengan mengirimkan borok-borok ke Asdod dan sekitarnya (Ayat 6-7). Lalu mereka memindahkan tabut Allah ke Gat karena mengira itu dapat menyelesaikan masalah. Kenyataannya, borok yang sama terjadi di Gat. Lalu tabut Allah dipindahkan lagi dari Gat ke Ekron, tetapi orang-orang Ekron sudah mendengar apa yang telah terjadi dan mereka ketakutan (Ayat 10). Mereka menyadari dan dapat merasakan kemarahan Allah Israel. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk mengembalikan tabut perjanjian ke tempat yang seharusnya, yakni kepada bangsa Israel (Ayat 11).

Allah tidak bisa disejajarkan dengan berhala apa pun. Allah tidak mau disandingkan dengan Dagon. Allah tidak mau dibandingkan dengan Dagon.  Allah adalah satu-satunya yang berkuasa dan berdaulat atas seluruh semesta. Demikian pula, di dalam kehidupan orang percaya saat ini, Allah adalah satu-satunya yang berkuasa dan berdaulat. Dialah yang tertinggi dari segala yang ada. Tidak ada yang sama seperti Dia.

Sahabat, kuasa dan kedaulatan Allah terus dinyatakan di dalam dan melalui hidup kita. Melawan kuasa dan kedaulatan Allah hanya akan mendatangkan hukuman bagi kita. Marilah kita belajar tunduk di bawah kuasa dan kedaulatan Allah. Sampai akhirnya, semua suku bangsa dan bahasa tidak hanya mendengar, tetapi juga menyaksikan dan mengalami kuasa Allah yang besar itu. Marilah nyatakan kuasa-Nya! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat  4?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tanpa kehadiran dan penyertaan Tuhan,  kita  bukan siapa-siapa dan tidak akan bisa berbuat apa-apa. (pg). 

Renungan Lainnya