A Filled Longing Search

A Filled Longing Search

BAHASA KASIH TUHAN. Sahabat, ada saatnya kata-kata sudah tak mempan lagi. Ucapan tak bertuah lagi. Ludah telah berbuih di bibir, namun tetap tak mengubah apa pun. Tuhan memakai nabi Hosea untuk berbicara atas nama Diri-Nya. Namun, bangsa Israel rupanya sudah tak peduli pada ucapan sang nabi. Itu sebabnya diperlukan “bahasa” kenabian yang lain, bukan lagi perkataan melainkan tindakan kenabian. Tindakan simbolis yang bagi kita aneh, namun pada zaman Hosea sungguh tajam pesannya. Sang nabi harus mencintai dan menikahi seorang pelacur, sebagai gambaran bagaimana hati TUHAN terhadap Israel.

Tuhan itu Sang Komunikator Agung. Walau kita sering mengabaikan firman-Nya, Dia tak pernah kehilangan cara untuk berbicara kepada kita. Melalui: Dirus hujan,  ngopi bareng,  aroma kembang, insiden kebetulan, lukisan di dinding, mimpi, dorongan hati yang kuat, celoteh seorang anak, tembang kenangan, dan lain-lain. Apa saja dapat Tuhan pakai sebagai pembawa kabar dari-Nya. Demi mencapai kita, bahasa kasih Tuhan mampu bergema melalui sejuta wahana.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Hosea dengan topik: “A Filled Longing Search (Pencarian yang Penuh Kerinduan)”. Bacaan Sabda diambil dari Hosea 3:1-5 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, salah satu alasan yang sering dipakai dalam perceraian adalah terjadinya perselingkuhan. Apalagi bila salah seorang dari pasangan tersebut telah melakukannya berulang-ulang dan tanpa penyesalan. Upaya rujuk dan menerima kembali menjadi hal yang amat sangat sulit. Dibutuhkan kasih yang sangat dalam dan luas untuk menerima pasangan yang seperti itu. Kasih yang semacam itu rasanya memang sukar ditemukan.

Sahabat, relasi suami istri itu unik, karena mereka telah menjadi satu daging. Ini alasannya, penulis Alkitab sering merujuk sebagai gambaran hubungan Tuhan dengan umat-Nya. Bahasa Jawa punya istilah yang sangat tepat untuk melukiskan relasi unik tersebut: Sigaraning nyawa, artinya separuh jiwa. Masing-masing kehilangan separuh jiwa sehingga mereka saling mencari dengan balutan rasa rindu.

Sahabat, begitulah Kitab Suci melukiskan hubungan Tuhan dengan umat-Nya bagaikan relasi suami istri. Sayangnya, Israel berkhianat dengan mencederai kesetiaan-Nya, seperti yang dilakukan Gomer, istri Hosea yang berselingkuh. Sebenarnya, wajar kalau Hosea menceraikan Gomer. Namun, Hosea justru bertindak sebaliknya. Bukannya menceraikan, Hosea malah mencari dan menebus Gomer. Hosea membeli kembali Gomer dengan harga 15 syikal perak dan satu setengah homer jelai (Ayat 2). Suatu tindakan yang sangat tidak lazim.

Kemungkinan, Gomer dibeli atau ditebus dari seorang majikan yang mempekerjakannya sebagai pelacur bakti. Pada zaman itu, jenis pelacuran seperti itu sangat marak. Tujuannya untuk merangsang kegiatan dewi kesuburan dalam menurunkan hujan.

Jadi, pelacuran semacam itu memiliki rantai kegiatan bisnis yang saling terkait. Pelacuran berbungkus agama berpadu mesra dengan kepentingan ekonomi. Akibatnya, tindakan untuk mengeluarkan Gomer dari situasi demikian menjadi tidak mudah. Ada harga mahal yang harus dibayar oleh Hosea.

Penebusan yang dilakukan Hosea menunjukkan dalamnya cinta kasihnya kepada Gomer. Berapa pun harganya akan dibayar. Cinta Hosea ini melukiskan cinta Tuhan kepada Israel, yaitu cinta tanpa syarat yang menebus dan menyelamatkan. Cinta yang tidak pernah pudar walau diwarnai perselingkuhan.

Sahabat, cinta tanpa syarat ini pantas kita renungkan. Buah perenungannya harus membawa kita berbalik dan mencari Tuhan. Pencarian yang penuh dengan kerinduan, bagaikan istri yang menginginkan suaminya berada di sampingnya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami tentang bahasa kasih Tuhan?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kasih yang Dia tunjukkan dan kesempatan yang Dia berikan sepatutnya kita syukuri dan kita manfaatkan untuk memperbaiki diri. (pg).

Renungan Lainnya