RESPONS SESAAT

RESPONS SESAAT

Saudaraku, respons bisa menjadi ukuran seberapa dalam dan seberapa penting  pengaruh sebuah pesan yang didengar seseorang.  Mari renungkan respons para murid Kristus tentang nubuatan-Nya sebagaimana yang tersurat dalam Matius 17:22-23.

Tanggapan  berbeda para murid saat mendengar pemberitaan kedua tentang penderitaan Kristus, sungguh menarik. Kalau dalam pemberitahuan pertama direspons dengan agresif terutama oleh Petrus, yang kedua tidak ada tanggapan yang menyolok.  Para murid tidak lagi mengekspresikan keterkejutan secara eksplisit.  Bila dilihat kisah paralel dari cerita ini dalam Markus 9:30-32 ataupun Lukas 9:43-45, maka diketahui bahwa respons para murid memang tidak heboh dan bahkan cenderung takut mempertanyakan. 

Menariknya, dari ketiga Injil Sinoptis itu sama-sama memberikan narasi bahwa setelah menanggapi dengan pasif, tidak ada sikap nyata dari pesan yang penting ini.  Matius sendiri hanya menuliskan perasaan para murid dengan dua kata: Sedih sekali.  Seakan pesan ini hanya dikisahkan dan direspons sambil lalu dan segera dilupakan karena banyak kegiatan perjalanan, mukjizat dan pengajaran yang Yesus lakukan.  Matius menceritakan respons yang hanya sebatas sedih namun jauh dari perenungan dan refleksi.  Hasilnya terbukti dalam kisah paskah yang menuliskan betapa gagapnya para murid saat Yesus ditangkap, diadili dan dieksekusi.  Hal itu menunjukkan bahwa pemberitaan tentang pemderitan yang berkali-kali disampaikan tidak dipahami.  Setelah bangkit, Yesus bahkan sampai harus menemui mereka berkali-kali untuk memberi pengertian ekstra agar para murid paham misi-Nya datang ke dunia.

Saudaraku, saat ini Firman Tuhan bukanlah sesuatu yang mahal.  Media sosial dan gawai mempermudah dan membantu orang Kristen mendengarkan renungan dan khotbah dari para pengkhotbah pilihannya.  Responsnya pun beragam, ada yang terharu atau mengangguk-angguk mantap ataupun memuji isi khotbah setelah mendengarnya.

Namun kesibukan yang luar biasa membuat orang Kristen tidak memiliki waktu untuk memikirkan Firman itu dengan sungguh.  Memang respons yang baik belum tentu membuat firman mampu mengubah orang tersebut.  Semua  tergantung dari sejauh mana seorang Kristen mampu mengolah dan menerapkan firman itu dalam kehidupannya sesehari. Firman perlu untuk direnungkan dan dipahami  agar menghasilkan buah (Mazmur 1:2), yaitu sikap dan kehidupan yang sesuai dengan jalan Firman itu. 

Bila proses perenungan Firman diabaikan, maka apa yang terjadi pada para murid Yesus itu akan terulang kembali dalam kehidupan orang-orang percaya:  TERGAGAP SAAT MENGHADAPI MASA SULIT.

Dalam perumpamaan tentang penabur, salah satu gambaran yang disampaikan Yesus adalah biji yang jatuh di tanah yang berduri dan berbatu (Matius 13:5-6).  Mereka tumbuh sesaat saja karena tidak tahan uji dan tidak berakar dalam.  Pesan Firman gagal memengaruhi kehidupan pendengarnya secara permanen karena tidak ada waktu untuk memikirkan kembali, mengolah dan memahami Firman itu.

Mari sediakan waktu untuk merenungkan Firman Tuhan sehingga firman berguna dan efektif untuk menjadi penuntun dalam kehidupan secara permanen.  Beri waktu untuk memikirkan, memperbincangkan dan bahkan mempertanyakan firman itu sehingga ia benar-benar menjadi solusi bagi orang percaya dalam dunia yang menuju kepada kesudahan.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya