How does God Look at the Ruler and the Rich?

How does God Look at the Ruler and the Rich?

SUASANA IBADAH. Saya coba mengingat-ingat dan membandingkan suasana Ibadah Raya di Gereja-Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI-GKMI) ketika saya masih remaja dengan ketika saya sudah lanjut usia pada saat ini. Saya melihat ada pergeseran dan perbedaan.

Sewaktu saya masih remaja, saya beribadah di GKMI Kudus. Suasana ibadah raya hari Minggu lebih menonjolkan kekhusukan dan keteraturan. Tidak ada Pemimpin Pujian dan Para Pemuji. Alat musik yang digunakan piano dan organ. Lagu-lagu himne (dari buku PPR) yang dinyanyikan oleh jemaat. Selama ibadah berlangsung, hampir tidak ada tepuk tangan. Jemaat datang ke gereja dengan membawa Alkitab.

Saat ini saya beribadah di GKMI Semarang.  Suasana ibadah raya hari Minggu lebih menonjolkan unsur spontan dan ungkapan berbagai perasaan. Ada Pemimpin Pujian dan Para Pemuji. Alat musik lengkap (band). Lagu-lagu yang dinyanyikan jemaat campuran, ada lagu himne dan ada lagu-lagu segar (Pop). Selama ibadah berlangsung, hampir selalu ada tepuk tangan. Hampir semua jemaat datang ke gereja dengan membawa HP.

Bagi saya, ibadah memang perlu lebih menonjolkan unsur khidmat di hadapan Allah sambil melibatkan ungkapan puja, puji, dan kasih umat kepada-Nya. Maka keteraturan dalam ibadah mutlak perlu.

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “How does God Look at the Ruler and  the Rich (Bagaimana Tuhan Memandang Penguasa dan Orang Kaya?)”. Bacaan Sabda diambil dari kitab Yehezkiel 46:1-18 dengan penekanan pada ayat 8-10, khususnya ayat 10. Sahabat, ibadah Israel dalam era baru merayakan kekudusan dan kemurahan Allah. Allah yang memulihkan mereka adalah Allah yang Mahakudus, yang tidak boleh diperlakukan sembarangan. Akses menghadap Dia tetap tertutup. Berarti umat harus menjunjung tinggi kekudusan-Nya. 

Namun oleh kasih-Nya, Ia membuka akses itu pada hari Sabat hanya untuk raja. Itu pun hanya dilakukan raja di lorong gerbang. Umat boleh melihat apa yang terjadi. Akses ke tempat kudus hanya diberikan kepada para imam. Arus kedatangan umat untuk beribadah di Bait Allah pada hari raya diatur dengan teliti. Yang masuk dari utara keluar melalui gerbang selatan, sebaliknya yang masuk dari gerbang selatan harus keluar melalui pintu utara. Keteraturan ibadah juga mengendalikan hak pemimpin. 

Sahabat, meski raja diberi keistimewaan boleh beribadah di lorong gerbang timur, tetapi sebagai manusia, raja harus tunduk pada aturan tentang kemilikan seperti yang berlaku untuk rakyat (Ayat 18). Ia tidak boleh sewenang-wenang memberlakukan rakyat demi memperkaya diri. Tanah dan milik lain harus diatur dengan adil. Maka ibadah yang teratur menjadi serasi dengan kehidupan sosial-ekonomi yang teratur juga!

Pemulihan dan penyelamatan dalam Kristus membebaskan kita dari ketidakteraturan. Karya anugerah itu menyatukan segi spiritual dengan segi lain kehidupan kita. Siapa pun kita, di tingkat usia mana pun, dalam kedudukan sosial apa pun, dengan fungsi bagaimanapun, harus sepenuh hati dan seutuh hidup menjunjung kemuliaan-Nya dalam segala segi hidup, supaya ibadah dan keseharian kita serasi.

Sahabat, saya sungguh sangat tersentuh dengan ayat 10: “Mengenai raja itu, ia akan masuk bersama-sama mereka dan keluar bersama-sama mereka.” Bagi saya ayat tersebut berbicara tentang bagaimana Tuhan memandang raja, orang kaya, dan umat-Nya yang lain? Dihadapan Tuhan semua manusia itu sama. Semua manusia diciptakan-Nya (Kejadian 1:27 dan Amsal 22:2). Tuhan memberlakukan semua manusia sama, tidak ada jalur khusus bagi raja dan orang kaya. Tidak ada perlakuan istimewa bagi mereka. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8-10?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Para pemimpin Kristen diingatkan akan tanggung jawabnya sebagai makhluk rohani dan sosial yang harus menjunjung tinggi kekudusan Allah. (pg).

Renungan Lainnya