“Aku Berikan yang Aku Punya”

“Aku Berikan yang Aku Punya”

 

PENGANTAR. Kalau kita perhatikan, banyak pengemis yang hanya pura-pura sakit. Bila kita benar-benar tahu bahwa kepura-puraan menjadi sarana ia mengemis, hal yang demikian tidak perlu kita bantu.

Dalam Amsal 3:27 berkata: “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya”. Secara implisit menunjukkan bahwa ada orang-orang yang tidak berhak menerima kebaikan, yaitu terhadap siapa kita justru harus menahan kebaikan tersebut.

Firman Tuhan di Kisah Para Rasul 3:2: “Lalu, seorang laki-laki yang lumpuh sejak dalam kandungan ibunya digotong. Setiap hari mereka meletakkannya di pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Gerbang Indah untuk meminta sedekah dari orang-orang yang akan masuk ke Bait Allah.”

Orang laki-laki dalam kisah di atas benar-benar lumpuh. Ini terlihat dari ayat 2: “sejak dalam kandungan hingga saat itu”, “harus diusung”, “diletakkan”. Juga dari ayat 9-10, kita saksikan banyak orang yang tahu bahwa ia memang lumpuh. Orang itu mengemis di pintu gerbang Bait Allah dan meminta uang kepada Petrus dan Yohanes. Ia tidak mempunyai harapan sembuh, ia hanya meminta uang.

BANYAK PENGEMIS SEJATI DI SEKITAR KITA. Sebegitu dekat dan lekat orang dengan problema hidup, hingga karena terbiasa dengan persoalan, hingga hidup adalah persoalan. Inilah yang semestinya butuh pertolongan Tuhan, inilah juga yang seharusnya disebut “pengemis sejati” di hadapan Tuhan. Wsapadai iblis yang sudah mencuri “rasa butuh Tuhan” itu, kemudian membunuh rasa itu dan akhirnya membinasakannya (Yohanes 10:10a).

Oleh hikmat dari Roh Kudus, Petrus meminta si lumpuh menatapnya agar perhatian si lumpuh akan sesuatu yang sia-sia berpaling kepada hadirat Kristus yang ada di dalam Petrus. Doa kesembuhan, harus kepada hal yang hakiki ini: Menarik perhatian si sakit kepada hadirat Tuhan Yesus Kristus yang penuh kuasa.

Saya yakin bahwa rasul-rasul itu tidak mempunyai emas dan perak. Mereka bukan hanya tidak kaya, tetapi bahkan miskin. Murid Kristus tidak harus kaya. Petrus berkata: “Apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu”. Ini suatu konsep yang penting dalam banyak hal, seperti: Pada waktu menolong orang. Tolonglah dengan apa yang ada pada kita. Pada waktu mau memberi persembahan bagi pekerjaan Tuhan, tak perlu berkhayal menjadi miliarder supaya bisa memberi banyak. Berikan apa yang ada dengan tulus ikhlas.

Pada waktu mau melayani Tuhan, tak perlu berkata: “Andaikata saya bisa berkhotbah dan mengajar”. Mari kita melayani dengan karunia yang ada pada kita, tak perlu berkhayal tentang karunia yang tidak kita miliki.

“Demi nama Yesus Kristus”. Ini bukan semacam mantera. Kalau kita tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, tidak ada gunanya kita menggunakan kata-kata itu, baik dalam doa maupun mengusir setan (bdk. Kisah Para Rasul 19:13-16), dsb. Petrus menggunakan nama Yesus di sini untuk menunjukkan bahwa ia melakukan mukjizat kesembuhan itu bukan dengan kuasanya sendiri tetapi dengan kuasa Yesus. Setelah disembuhkan si lumpuh itu menjadi pengikut Yesus.

KESIMPULAN. Banyak orang melakukan penginjilan tergesa-gesa tanpa menegur dosa, langsung menyuruh orang percaya Yesus. Memang dalam kasus-kasus tertentu dimana waktunya memang tidak ada, hal itu terpaksa harus dilakukan. Tetapi kalau waktunya memungkinkan, maka itu adalah cara penginjilan yang kurang tepat. Sebelum orang itu sadar bahwa ia adalah orang yang berdosa, ia tidak akan membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat dosa.

Dalam “memberitakan Injil” seseorang hanya memberitakan Yesus sebagai penyembuh, pemberi berkat/kekayaan, biasanya juga tidak melakukan penyadaran akan dosa. Ini lagi-lagi adalah penginjilan yang kurang tepat.

Berdasarkan hasil perenungan pendalaman kita dalam kitab Kisah Para Rasul 3 di atas, mari kita jawab pertanyaan berikut:

  1. Pesan apa yang kita peroleh dari hasil perenungan kita pada hari ini?
  2. Apa yang kita pahami dari Kisah Para Rasul 3:2?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita dijadikan-Nya saksi Kristus yang berdampak hingga efektif dan efisien bagi dunia. Amin (sp).

Renungan Lainnya