BUDAYA BERTANYA. “Ada pertanyaan?”, demikian kita sering mendengar atasan, penceramah, motivator, ataupun fasilitator pelatihan menutup topik pembicaraannya. Tidak jarang kita menemui, situasi hening, tanpa ada orang yang mengacungkan tangan untuk bertanya.
Beberapa orang yang berusaha menganalisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang pemalu, sehingga harap maklum jika tidak banyak respons terhadap presentasi yang sudah berlangsung. Benarkah tidak adanya pertanyaan ini di latarbelakangi oleh budaya malu? Atau justru, di budaya kita berkembang kebiasaan mematikan pertanyaan sehingga individu memang tidak menyuburkan kebiasaan bertanyanya?
Bapak Ev. Andreas Christanday sebagai Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Christopherus mengembangkan budaya RK3 yaitu Relasi, Komunikasi, Konsultasi, dan Koordinasi di lingkungan Pengurus, Staf, dan Karyawan Christopherus. Maka saya dengan penuh antusias sering bertanya kepada Beliau ketika saya dipercaya sebagai editor, menyusun acara, membuat konsep tema suatu acara, menulis artikel, dan membuat usulan program atau kegiatan.
Saat ini saya dipercaya untuk menulis renungan harian di Website Christopherus yang bertajuk: “Sejenak Merenung”. Setelah saya membaca ayat-ayat yang menjadi dasar renungan yang hendak saya tulis, saya selalu bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, pesan apa yang harus saya sampaikan kepada para pembaca?”. Saya meyakini bahwa Tuhan merupakan sumber hikmat, kekuatan, pertimbangan, dan pengertian (Ayub 12:13).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “ASK GOD (BERTANYA kepada TUHAN)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 9:1-21 dengan penekanan pada ayat 14. Sahabat, Yosua pernah keliru mengambil keputusan ketika ia mengikat perjanjian dengan penduduk Gibeon tanpa melibatkan Allah, tidak bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu (Ayat 14).
Sebetulnya orang Israel sempat mencurigai penduduk Gibeon, tetapi akhirnya mereka bertindak gegabah, lalu mengikat perjanjian dengan bangsa asing itu (ayat 7-14). Seandainya mereka BERTANYA kepada Allah dan mencari tahu kehendak-Nya sebelum memutuskan, niscaya mereka tidak akan mengambil keputusan yang keliru. Konsekuensinya, Yosua dan bangsa Israel harus menanggung akibat dari keputusan keliru tersebut untuk jangka waktu yang lama (Ayat 19-21).
Sahabat, kita dapat menyimpulkan bahwa bangsa Israel kena tipu karena mereka TIDAK BERTANYA atau meminta pendapat Allah ketika memutuskan saat mendapat tawaran dari bangsa Gibeon. Mereka langsung memutuskan menerima bekal bangsa Gibeon dan mereka baru sadar ketika tahu siapa sebenarnya bangsa Gibeon, bangsa yang seharusnya mereka tumpas.
Dalam hidup ini, keputusan yang berkaitan dengan perjanjian atau komitmen akan berdampak besar dan berjangka panjang, misalnya keputusan untuk menikah, menerima pekerjaan, berpindah pekerjaan, dan sebagainya. Mereka yang tidak melibatkan Allah berpotensi mengambil keputusan yang keliru.
Sahabat, apakah ada diantara kita yang sedang mempertimbangkan sesuatu berkaitan dengan perjanjian atau komitmen? Berhati-hatilah, jangan terburu-buru. Sebelum memutuskan, BERTANYALAH kepada Tuhan. Libatkanlah Tuhan dalam mengambil keputusan, supaya kelak kita tidak akan mengalami penyesalan yang tiada berujung!
Yakinlah ketika kita melibatkan Tuhan dalam pengambilian keputusan, Dia akan menuntun dan mengarahkan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang Budaya Bertanya?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Bertanya kepada Tuhan, itulah awal kemenangan kita.(pg).