Fail to Pass Down the Faith
MEWARISKAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata mewariskan adalah menjadikan orang lain menjadi waris; memberikan harta warisan kepada; dan meninggalkan sesuatu kepada.
Ketika kita mendengar atau membaca kata warisan, asosiasi kita tertuju pada rumah, deposito, harta, perusahaan, kekuasaan, kepandaian, dan keahlian. Kita sebagai orang percaya, sebagai murid Tuhan Yesus, sesungguhnya punya satu warisan yang bernilai kekal yaitu IMAN. Kita perlu mewariskan iman kepada anak, cucu, dan generasi penerus (2 Timotius 1:3-14).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Fail to Pas Down the Faith (Gagal Mewariskan Iman)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 19:1-14. Sahabat, bacaan kita pada hari ini merupakan sebuah kisah atau kiasan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atas Israel dan Yehuda. “Nasi sudah menjadi bubur”, itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan semua yang terjadi atas bangsa Israel dan Yehuda. Mereka hanya bisa meratap tetapi tidak bisa memulihkan kembali kerajaannya.
Sahabat, dalam bentuk puisi, Allah menggambarkan kondisi terakhir bangsa Israel. Bagian pertama menceritakan seekor induk singa yang melambangkan garis kerajaan Daud dari suku Yehuda yang dijuluki singa (Kejadian 49:9). Induk singa melahirkan dan membesarkan dua anak singa yang melambangkan dua raja terakhir yang akan dihukum Allah karena tidak taat kepada Allah. Kerajaaan anak singa pertama ditaklukkan Mesir dan rajanya ditawan ke Mesir (Ayat 2-4). Kiasan ini ditujukan kepada raja Yoahas yang ditaklukkan raja Nekho dan ditawan ke negeri Mesir (2 Raja-raja 23:31-33).
Selanjutnya, kerajaan anak singa kedua melakukan kesalahan yang sama dan ditaklukkan bangsa Babel, rajanya ditawan ke Babel (Ayat 5-9). Kemungkinan, kiasan ini ditujukan kepada raja Yoyakhin yang tidak menghormati Allah sehingga dihukum Allah melalui pembuangan ke Babel (2 Raja-raja 24:8-17).
Bagian kedua menceritakan pohon anggur yang pernah tumbuh subur dan menjadi kokoh dengan cabang yang kuat hingga menjulang ke langit (Ayat 10-11). Kiasan ini melambangkan kerajaan Daud yang pernah mengalami kejayaan. Namun, pohon ini tercabut, carang dan rantingnya dibakar habis, melambangkan berakhirnya kerajaan Yehuda karena ditaklukkan bangsa Babel (Ayat 12-14).
Sahabat, melalui perenungan kita pada hari ini, kita dapat belajar bahwa para pemimpin perlu berhati-hati atas setiap tindakan dan keputusannya! Sebagai pemimpin, kita memberi pengaruh baik atau buruk kepada setiap orang yang berada dalam pimpinan kita!
Para pemimpin Israel dan Yehuda telah gagal mewariskan iman kepada generasi penerus. Hal ini menjadi peringatan bagi kita yang saat ini diberi kepercayaan Tuhan untuk menjadi pemimpin di keluarga, gereja, perusahaan, masyarakat, dan pemerintahan, bahwa kita punya tugas untuk mewariskan iman kepada orang-orang yang kita pimpin melalui berbagai pendekatan.
Selain itu kita juga diingatkan pentingnya terus menghidupkan dan memelihara gerakan pemuridan di gereja. Melalui kelompok pemuridan, sesama orang percaya dapat saling menjaga dan menguatkan, sehingga mampu bertahan dalam iman melewati segala keadaaan. Pemuridan merupakan salah satu wadah untuk mewariskan iman dan membangun generasi penerus yang tangguh. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari 2 Timotius 1:3-14?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Warisan iman merupakan warisan yang sangat berharga, bukan hanya untuk hidup sekarang, melainkan juga untuk kekekalan. (pg).