PEYOT. Gaya potongan rambut dapat menjadi salah satu penunjang kepercayaan diri. Pasalnya gaya rambut dapat memengaruhi penampilan bagi sebagian orang. Gaya potong rambut biasanya disesuaikan dengan bentuk muka dan kondisi rambut itu sendiri. Namun ada juga orang yang merubah gaya potongan rambut sesuai tren, agar terlihat fashionable dan kekinian.
Saya kutip dari Intisari-Online.com, salah satu ciri khas yang mudah dijumpai dari orang-orang Yahudi adalah gaya rambutnya. Hal tersebut dapat Sahabat lihat pada penampilan para pria Yahudi. Selain wajahnya yang dihiasi janggut dan kebiasaan memakai topi lebar, mereka juga menumbuhkan dan memanjangkan rambut di kedua sisi kanan-kiri kepalanya. Gaya rambut itu disebut “Peyot” yang sebagian besar dianut oleh para Haredi Ashkenazi (Yahudi Ortodoks) dan Yahudi di Yaman.
Bagi orang Yahudi Yaman, Peyot itu disebut simanim yang berarti “tanda”. Sebagai tanda, kebiasaan kuno ini berarti untuk membedakan antara orang Yahudi dengan masyarakat Yaman yang Muslim.
Anjuran gaya ini juga berasal dari larangan yang tertulis di Taurat. Kemudian oleh para Rabi seperti dirangkum dalam Talmud menafsirkan larangan itu untuk tidak merusak tepi janggut mereka. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi tidak mau memotong dan membiarkannya tumbuh panjang.
Sahabat, pencukuran tepi rambut dan janggut di Israel dihubungkan dengan kekudusan dan dapat dimaknai sebagai PERKABUNGAN atau KEHINAAN (Imamat 19:27; 21:5).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “A Few Loyal People (Sedikir Orang yang SETIA)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 5:1-17. Sahabat, pengepungan Yerusalem merupakan kabar buruk bagi bangsa Israel. Namun, nubuat dari Tuhan belum berakhir.
Dalam bacaan kita pada hari ini, Yehezkiel disuruh mencukur rambut dan janggutnya (ayat 1). Ini menandakan penghinaan terhadap Yerusalem dan hilangnya jati diri mereka. Kemudian, sepertiga dari rambut tersebut harus dibakar, sepertiga dipotong dengan pedang, dan sepertiga dihamburkan ke dalam angin (ayat 2). Itu artinya sepertiga umat akan mati kena sampar dan kelaparan, sepertiga akan mati oleh serangan musuh, dan sepertiga akan disebarkan ke pembuangan (ayat 12). Dengan demikian, Yerusalem yang dibanggakan oleh bangsa Israel sebagai pusat bangsa-bangsa akan dibuat menjadi reruntuhan dan celaan (ayat 14-15).
Apakah artinya tidak ada umat yang akan diselamatkan? Ternyata masih ada sedikit umat yang diambil. Dalam ayat 3, Tuhan berkata kepada Yehezkiel: “Engkau harus mengambil sedikit dari rambut itu dan bungkus di dalam punca kainmu.” Itu menandakan sedikit umat yang akan hidup di pembuangan di Babel. Meski mereka juga hidup dalam penderitaan, mereka diluputkan dari kematian. Itulah umat yang setia, yang biasanya disebut “yang sisa” yang akan Tuhan pelihara. Mereka tetap menyembah Tuhan di tengah mayoritas umat yang menolak hukum Tuhan dan menyembah berhala. Dari sekian banyak bangsa Israel yang binasa, ada sedikit yang setia.
Dengan demikian, Alkitab jelas mengajarkan bahwa tidak semua umat Tuhan adalah umat yang sungguh-sungguh setia. Bahkan, mayoritas umat dalam masa hidup Yehezkiel adalah umat yang hidup dalam kejahatan dan kekejian. Bagaimana dengan orang percaya pada masa sekarang? Apakah masih ada orang percaya yang tidak sungguh-sungguh setia? Tentu saja ada. Ada cukup banyak orang percaya yang mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi sedikit yang tetap menaati Tuhan dan mempertahankan jati diri sebagai umat Tuhan.
Sahabat, pada akhirnya, Tuhan akan memisahkan umat yang setia dari umat yang tidak setia. Masing-masing kita perlu merefleksikan diri: Umat seperti apakah kita? Perbuatan dan perilaku dalam hidup kita akan membuktikan kesetiaan seperti apa yang kita miliki. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7 dan 11?
Selamat sejenak merenung. Renungkan dalam-dalam di hati: Kesetiaan itu datangnya dari hati dan niat, bukan dari sebuah kata-kata. (pg).