PERSONAL IDENTITY
KITAB DANIEL. Kitab Daniel ditulis sekitar tahun 536 – 530 SM. Ada pun tema yang diangkat: Kedaulatan Allah dalam sejarah.
Daniel merupakan seorang tawanan perang yang ditangkap oleh Nebukadnezar, raja Babel, pada waktu Yerusalem jatuh. Bersama-sama dengan orang Yahudi dari golongan atas lainnya, Daniel diangkut ke Babel, dididik, dan dipekerjakan pada pemerintah. Dia bekerja di bawah Nebukadnezar, Belsyazar dan Darius dari tahun 605 SM sampai 536.
Namanya berarti “Allah adalah hakimku,” tetapi di Babel ia diberi nama baru. Seperti nama aslinya yang mengandung nama Allah Israel, yaitu El, maka nama barunya pun mengandung nama dewa Babel, Bel. Beltsazar mungkin berarti “Semoga dewa Bel melindungi raja”.
Perhatikan tiga hal mengenai Daniel, yaitu dia adalah seorang yang sangat bijaksana, sangat mudah bergaul dan rajin berdoa. Daniel, merupakan tokoh utama dan penulis kitab dengan namanya. Kepenulisan oleh Daniel bukan hanya dinyatakan secara tegas dalam Daniel 12:4, tetapi juga tersirat dengan banyak petunjuk riwayat hidupnya sendiri dalam Daniel 7:1-12:13.
Kitab ini mencatat berbagai peristiwa dari penyerbuan pertama Nebukadnezar ke Yerusalem (tahun 605 SM) hingga tahun ketiga pemerintahan Koresy (tahun 536 SM); jadi latar belakang sejarah kitab ini ialah Babel selama 70 tahun pembuangan yang dinubuatkan oleh Yeremia (bdk. Yeremia 25:11). Daniel adalah seorang remaja ketika peristiwa dalam pasal 1 (Daniel 1:1-21) terjadi dan sudah mencapai akhir usia 80-an ketika menerima berbagai penglihatan dalam Daniel 9:1-12:13. Ia mungkin hidup sampai sekitar tahun 530 SM, menyelesaikan kitab ini dalam usia lanjutnya.
Mulai hari ini kita akan belajar dari kitab Daniel dengan topik: “PERSONAL IDENTITY (IDENTITAS DIRI)”. Bacaan Sabda diambil dari Daniel 1:1-21. Sahabat, masa muda sering disebut masa mencari jati diri, biasanya mereka dianggap belum dewasa dan mudah terpengaruh. Namun hal berbeda ditunjukkan oleh Daniel muda dan ketiga temannya: Hananya, Misael, dan Azarya. Mereka merupakan orang Yehuda yang turut diangkut menjadi tawanan ke Babel. Karena memiliki banyak kelebihan (ayat 3-4), mereka dipersiapkan untuk melayani raja Babel, dengan syarat dan seleksi yang ketat. Selain belajar bahasa dan budaya baru, nama mereka pun diganti.
Nama merupakan salah satu identitas penting. Itu mengingatkan mereka akan siapa mereka, dan apa yang mereka percayai. Daniel berarti “Allah adalah hakimku”. Hananya berarti “pemberian Allah”. Misael berarti “yang seperti Allah”. Azarya berarti “ditolong Allah”. Identitas mereka itu diganti menjadi Beltsazar (disukai dewa Bel), Sadrakh (perintah dewa Akhu), Mesakh (tamu raja) dan Abednego (hamba dewa Nego). Setiap nama baru ini berkaitan dengan dewa-dewa Babel. Menariknya, sekalipun identitas luar mereka diganti oleh penguasa, kemudian mereka diperkenalkan dengan pola hidup baru, namun iman mereka kepada Allah Israel tidak pernah berubah, tidak pernah luntur. Karena sejak awal, mereka telah memantapkan hati untuk TAAT SEPENUH HATI HANYA KEPADA TUHAN (ayat 8 dan 12).
Sahabat, nama kita mungkin dapat mengingatkan kita akan Allah, atau hal baik lainnya. Namun IDENTITAS DIRI kita yang SEJATI tidak terletak pada nama tersebut, melainkan pada ISI HATI dan IMAN kita. Beriman terhadap Allah, itulah yang menjadikan kita anak-anak-Nya. Itulah identitas diri kita yang sejati. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8-13?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pribadi yang berkualitas akan selalu dibutuhkan, di mana pun ia berada. (pg).