Being an OPEN SERVANT, Just the Way He is
MENJADI DIRI SENDIRI. Tuhan tidak menciptakan Sahabat dan saya untuk menjadi orang lain. Ketika kelak kita tiba di surga, Tuhan tidak akan bertanya mengapa kita tidak menjadi seperti saudaramu, atau tetanggamu atau teman sepelayananmu. Tuhan menciptakan kita sangat spesial, sangat unik, dan Dia tidak ingin kita berpura-pura menjadi seperti orang lain.
Tuhan ingin kita menjadi dan tampil sebagaimana adanya. Berani menjadi diri sendiri. Berani terbuka apa adanya. Rasul Paulus berkata, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).
Masalahnya, masih ada cukup banyak orang yang mencoba menjadi orang lain. Mereka menjalani hidup untuk mendapat persetujuan dari orang lain. Ada juga yang berpikir bahwa Tuhan akan lebih mengasihi mereka apabila mereka bertingkah laku seperti Si A, Si B atau Si C. Sesungguhnya, kasih dan penerimaan Tuhan tidak didasarkan pada hal tersebut. Tuhan justru tetap menerima dan mengasihi kita sebagaimana adanya kita.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Being an OPEN SERVANT, Just the Way He is (Menjadi HAMBA yang TERBUKA, Apa Adanya)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 18:1-23 dengan penekanan pada ayat 18-23. Sahabat, masih ada orang percaya yang berpendapat kalau yang namanya pelayanan dan melayani Tuhan serta sesama, maka pasti akan selalu berjalan lancar, tidak ada permasalahan, pergumulan dan tantangan. Sementara, realitas berbicara lain. Keletihan dan masalah acap mendera pelayanan dan orang-orang yang melayani. Bagaimana menyikapi hal tersebut?
Dalam bacaan kita pada hari ini, khusus ayat 18-23 merupakan DOA YEREMIA yang menyodorkan PERSPEKTIF BERBEDA kepada kita. Jelas dipaparkan bahwa Yeremia berbicara dan melakukan pelayanannya atas dasar panggilan Tuhan. Pelayanan yang dilakukan atas nama Tuhan justru membuatnya menjadi musuh nasional. Tugas yang diemban dari Tuhan memang SANGAT SULIT dan BERAT.
Ia harus memperingatkan orang-orang sebangsanya tentang malapetaka yang akan menimpa mereka. Sementara orang banyak itu lebih suka dibiarkan larut dalam kenyamanan hidup, tanpa mau memusingkan masa depan yang buruk, yang menanti mereka. Bagaimana menyikapi kondisi dilematis seperti itu?
Sesungguhnya Yeremia bisa memilih untuk menjadi populer dan menyuarakan apa yang ingin didengar oleh orang banyak, atau ia bahkan bisa tak peduli dan melanjutkan hidup dengan urusan pribadinya, membangun bisnis dan keluarganya. Namun, ia tidak melakukan keduanya. Ia TETAP SETIA memenuhi PANGGILAN TUHAN dan memikirkan kebaikan orang banyak. Masalahnya, orang banyak ini tak sependapat dengan Yeremia tentang apa yang baik bagi mereka. Ini membuat Yeremia terjepit dan serba sulit.
Sahabat, doa Yeremia menyuarakan FRUSTASINYA.Apa yang bisa kita pelajari? Setelah terlibat lama dalam pelayanan, seringkali tanpa kita sadari, kita menjadi ahli dalam memakai topeng. Kita bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Kita menyembunyikan pergumulan kita.
Kita tidak lagi autentik di depan orang banyak, bahkan di hadapan Tuhan! Kita telah kehilangan identitas dan menjadi bunglon-bunglon rohani yang tak lagi terhubung dengan jati diri kita. Bahwa doa Yeremia dimuat dalam Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan menghargai kita yang autentik; Tuhan ingin berjumpa kita apa adanya. Tuhan rindu kita berani terbuka, apa adanya. Tuhan rindu kita berani menjadi diri sendiri. Maka lepaskan topeng kita, tanggalkan kepura-puraan kita dan temuilah Dia. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2-6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Milikilah penyerahan diri penuh kepada pembentukan Tuhan, sebab Dia tahu yang terbaik buat kita! (pg).