+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

The Christian Faith and Chinese New Year

The Christian Faith and Chinese New Year

TAHUN BARU IMLEK. Setiap tahun di negara kita dirayakan Tahun Baru Imlek. Perayaan ini masuk ke Indonesia berbarengan dengan datangnya pendatang-pendatang dari Tiongkok pada zaman nenek kakek kita ketika mereka datang ke Indonesia sebagai pedagang atau pengungsi. Sejak saat itu, perayaan Tahun Baru Imlek terus dirayakan oleh orang-orang Indonesia keturunan Tiongkok.

Pada masa pemerintahan Presiden Suharto, dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14/1967 yang melarang segala hal berbau budaya Tiongkok. Pada tahun 2000, saat pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Inpres Nomor 14/1967 dicabut dan ia menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001, yang meresmikan Tahun Baru Tiongkok (Imlek) sebagai hari LIBUR FAKULTATIF,  yaitu libur yang hanya berlaku bagi yang merayakannya.

Kemudian pada tahun 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Imlek sebagai salah satu hari libur nasional dan mulai dilaksanakan pada tahun 2003. Sejak saat itu hingga sekarang, Tahun Baru Imlek menjadi hari libur nasional yang dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia.

Hari ini, Minggu 22 Januari 2022 bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 2574, saya mengajak Sahabat untuk merenungkan firman Tuhan dengan topik: “The Christian Faith and Chinese New Year (Iman Kristen dan Tahun Baru Imlek)”. Bacaan Sabda saya ambil dari 1 Korintus 9:19-23. Sahabat, dari bacaan kita pada hari ini dapat ditemukan  3 prinsip yang diperlukan untuk membangun relasi dengan dunia.  

Prinsip yang pertama: Tujuan Allah menjadi fokus utama.  Paulus menyampaikan dengan sangat jelas bahwa semua yang dia lakukan berkaitan dengan sikapnya menyesuaikan dirinya dengan berbagai golongan orang-orang di Korintus adalah untuk memenangkan mereka bagi Injil.  Paulus bisa saja memanfaatkan pergaulan yang dia bangun untuk mendapatkan ketenaran atau dukungan di dalam pelayanan, tetapi hal tersebut tidak dia lakukan.  Pergaulan yang dibangun oleh Paulus bukan untuk alasan pragmatis yang berorientasi pada keuntungan diri sendiri tetapi kepada kemurnian dan tujuan Allah yang bernilai kekal.

Prinsip yang kedua: Batasan di dalam pergaulan.  Tujuan yang mulia akan menjadi tercemar bila tujuan tersebut dicapai dengan cara yang merusak atau amoral. Penyesuaian yang dilakukan oleh Paulus ini bukanlah penyesuaian yang asal-asalan atas segala hal.  Paulus dibatasi oleh hukum Kristus.  Dengan kata lain, sejauh penyesuaian ini tidak melanggar firman Tuhan maka Paulus akan melakukannya.

Prinsip yang ketiga: Cara di dalam pergaulan.  Dengan “menjadi seperti” Paulus telah memberikan teladan untuk menjalin relasi dengan dunia.  Keberadaannya yang telah menjadi manusia yang baru di dalam Kristus tidak menjadikan dia eksklusif dan menutup diri tetapi sebaliknya Paulus membuka dirinya dan memberikan kesempatan untuk terjadi proses pengenalan satu dengan yang lain. “Menjadi seperti” juga menunjukkan bahwa Paulus bukanlah orang yang egois tetapi dia bersedia untuk mengerti orang lain dan tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang kepercayaan maupun status sosial.

Dari ketiga prinsip tersebut kita dapat melihat bahwa pergaulan dapat dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan kabar baik.  Untuk itu pemakaian prinsip-prinsip etika pergaulan Kristen ini akan menolong orang-orang percaya tidak terjatuh di dalam salah satu ekstrem pergaulan, baik yang mengisolasi diri atau yang membuka diri dan mulai “menjual” kebenaran sebagai bentuk penyesuaian di dalam pergaulan.  Tetapi mereka dapat menempatkan diri secara tepat sebagai seorang teman tetapi juga sebagai hamba yang bersaksi bagi Tuhan.

Sahabat, marilah  kita mengikuti pesan rasul Paulus pada hari ini, kita menghargai budaya dan kepercayaan orang supaya kita bisa bergaul dengan mereka untuk memenangkan mereka kepada Injil. Janganlah kita dengan cepat menilai perayaan Tahun Baru Imlek dari sisi mistisnya saja karena hal tersebut dapat membuat pintu hati saudara-saudara kita dan orang-orang Tionghoa lainnya tertutup bagi Injil.

Biarlah perayaan Tahun Baru Imlek kita maknai sebagai sebuah peninggalan budaya Tiongkok yang kaya akan unsur SEMANGAT KEKELUARGAAN , karena pada saat Tahun Baru Imlek inilah segenap keluarga besar biasanya saling berkunjung dan berkumpul bersama. Di sinilah seharusnya orang-orang percaya berada untuk menjadi garam dan terang bagi keluarga.

Bagi semua Sahabat yang merayakan: Selamat Tahun Baru Imlek 2574 dan selamat menikmati waktu berkumpul bersama dengan keluarga! Kiranya kita semua bisa membagikan Kabar Baik yang membawa keselamatan kekal. Haleluya! Tuhan itu baik.

Xin Nian Kuai Le. Shen Ti Jian Kang. Xin Nian Jin Pu. (pg).

Leave a Reply