EMERGING like GOLD
EMAS TERMASUK LOGAM MULIA. Logam mulia rupakan salah satu istilah yang sudah akrab di telinga kita. Biasanya, istilah logam mulia digunakan untuk jenis logam yang dianggap langka dan bernilai jual. Lalu apa itu logam mulia?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah lain dari logam mulia adalah logam adi. Sedangkan arti logam mulia adalah logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam. Logam mulia adalah logam yang tahan terhadap korosi maupun oksidasi. Dengan kata lain, logam mulia adalah jenis logam tahan banting, tidak berkarat, langka, tidak mudah lapuk, apalagi robek. Berbeda dengan kayu yang menjadi abu bila dibakar, emas tetap bertahan dalam kobaran api. Hanya wujudnya yang mencair pada suhu sekitar 1000°C.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “EMERGING like GOLD (TIMBUL seperti EMAS)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 23:1-17 dengan penekanan pada ayat 10. Sahabat, pengakuan Ayub ini muncul tatkala ia mengalami pergumulan yang berat dan mendalam.
Ayub dipisahkan oleh jarak fisik, tidak bisa bicara, dan tidak akan merasakan kehadiran Tuhan. Saat-saat perasaan terasa jauh dari Tuhan, itu membuat kesulitan untuk memercayai Tuhan. Namun Ayub tetap belajar percaya dan ia mempunyai keyakinan, “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (ayat 10).
Ayub menggambarkan pengalaman dan ujian hidupnya sebagai proses pemurnian emas (ayat 10). Ia juga menyadari hidup ini penuh misteri, termasuk fakta bahwa Allah seolah diam saja. Di situ Ayub belajar beriman bahwa ALLAH ITU HIDUP dan sedang menguji dirinya.
Sahabat, seolah-olah, Ayub berkata kepada sahabatnya, “Hai Elifas, Bildad, dan Zofar, sekalipun aku tak mampu menemukan hadirat Allah, aku yakin DIA HIDUP dan MENGETAHUI JALAN HIDUPKU. Dia tahu jalan yang kutempuh. Aku percaya kepada-Nya. Setelah ujian ini berlalu, Dia akan membenarkan aku, sebab Dia tahu bagaimana aku hidup di hadapan-Nya. Aku akan timbul seperti emas yang sudah teruji oleh api pencobaan. Aku bersaksi bahwa aku menuruti jalan-Nya, dan firman-Nya aku simpan dalam hatiku” (ayat 8-12).
Kisah penderitaan Ayub ini dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita bahwa selalu ada rencana terbaik di balik setiap ujian hidup yang Tuhan izinkan menimpa kita. Cara Ayub memandang persoalan mengajar kita bahwa Tuhan MEMEGANG KENDALI kehidupan kita. Hidup kita ibarat emas dan begitu berharga di mata Tuhan. Jika Tuhan “membakar” hidup kita, Dia tidak bermaksud menghancurkannya. Sebaliknya, Dia ingin mendapati kualitas iman yang teruji, yang murni, sebuah kehidupan yang tanpa cela di hadapan-Nya.
Sahabat, Ayub menyadari bahwa harus ada sebuah proses pemurnian emas yang dilakukan lewat proses pembakaran. Metodenya adalah dengan memberi panas pada emas hingga mencair. Di saat emas sudah cair, berbagai kotoran yang melekat padanya seperti debu, dan unsur-unsur logam lain akan naik ke permukaan, sehingga semua kotoran ini bisa dipilah dan dibuang.
Demikianlah proses ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya diperoleh emas yang benar-benar murni, bebas dari segala kotoran dan campuran logam lainnya. Dari proses pembakaran itu akan jelas terlihat mana emas yang murni, mana yang masih dipenuhi oleh kotoran-kotoran yang mengurangi kadar kemurnian emas itu. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16-17?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” (Mazmur 73:26)