KONSEP SEBAB AKIBAT. LAI memberi judul Ayub 18: Pendapat Bildad, bahwa orang fasik pasti akan binasa. Dalam pasal ini Bildad menyodorkan sebuah gambaran tegas tentang neraka. Bagi Bildad, Ayub hanyalah seorang manusia yang tidak tahu diri, tidak bisa mengendalikan dirinya, dan mengharapkan sebuah dispensasi ilahi untuk tidak tunduk kepada hukum-hukum alam (ayat 4).
Pada bagian pertama (ayat 1-4), Bildad hendak mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada tempatnya. Tempat yang cocok bagi Ayub adalah neraka karena penderitaan yang tengah ia alami. Pada bagian kedua (ayat 5-21) ditemukan satu ide yang diulang berkali-kali, yaitu tempat tinggal (kemah, tempat kediaman). Dengan ide ini, Bildad mengatakan neraka adalah sebuah tempat tinggal yang menjadi tujuan akhir bagi orang-orang fasik. Bildad menggambarkan neraka sebagai sebuah tempat yang gelap (ayat 5-6), penuh masalah dan kesusahan (ayat 7-10), di mana orang tak hentinya mengalami teror dan kesusahan (ayat 11-16), dan hidup akan berujung pada kesia-siaan dan kesepian yang mutlak (17-19).
Sahabat, di tengah-tengah penderitaannya, Ayub terus mempertahankan posisinya bahwa dia tidak bersalah. Sahabat-sahabatnya berpikir bahwa Ayub tentu telah berdosa sehingga mengalami penderitaan hebat seperti itu, namun Ayub merasakan bahwa dia secara tidak adil ditinggalkan oleh Allah, dan sekarang dia berseru mohon keadilan. Hasrat hatinya adalah agar seseorang mengakui kebenaran dirinya, meski setelah kematiannya sekalipun.
Dengan suatu seruan iman di tengah-tengah suatu situasi yang kelihatannya absurd, Ayub berkata: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, …” (Ayub 19:25).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “I Know My REDEEMER Alive (Aku Tahu PENEBUSKU Hidup)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 18:1 – 19:29 dengan penekanan pada ayub 19:25. Sahabat, Balasan Ayub di pasal 19 dimulai dengan permohonan kepada para sahabatnya untuk berhenti menghakimi dan memaksanya bertobat (19:1-4). Ia menjelaskan bahwa penderitaannya bukan karena kesalahannya, namun karena Allah telah berlaku tidak adil terhadapnya (19:6), Istilah “berlaku tidak adil” diartikan sebagai memperlakukan secara tidak sepatutnya. Saat itu, Ayub mengira bahwa semua penderitaannya berasal dari Allah, padahal sebenarnya semuanya merupakan serangan yang dilancarkan Iblis.
Sekalipun demikian, Ayub kembali menunjukkan imannya kepada Allah yang tidak tergoyahkan oleh apa pun juga. Setelah mungungkapkan bagaimana ia menerima perlakuan yang tidak sepatutnya dari Allah (19:7-12), bagaimana ia dijauhi dan ditakuti semua orang: Para sahabat, budak, kanak-kanak, dan orang-orang yang ia kasihi (19:13-20).
Ayub mendeklarasikan keyakinannya bahwa Allah adalah Penebusnya yang hidup dan akan memulihkannya (19:23- 27). Pengalaman Ayub mengantarkan kita kepada sebuah refleksi: Ketika kehidupan kita dilanda kesulitan dan penderitaan, apakah kita tetap yakin kepada pertolongan dan pembelaan Allah?
Mengapa Ayub bisa kuat menghadapi penderitaan yang ada? Karena Ayub tahu bahwa Tuhan yang dia sembah adalah SANG PENEBUS HIDUPNYA. Semua yang terjadi dalam hidupnya, seburuk apa pun jika itu seizin Tuhan, Dia pasti sanggup memulihkan… Karena itu Ayub masih bisa berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub harus mengalami proses, ia yakin “…akan timbul seperti emas.” (Ayub 23:10). Itulah sebabnya Ayub tetap mampu bertahan di tengah penderitaan yang dialaminya. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabatkan peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 18:5-7?
Selamat sejenak merenung. Walaupun kita tidak senantiasa memahami rencana Allah, kita selalu dapat hidup dalam pengharapan bahwa kita akan berdiri di hadapan Allah dan melihat Dia dalam kemuliaan dan keagungan-Nya. (pg).