KECEWA. Ayub dikecewakan oleh sahabat-sahabatnya. Ayub mengharapkan sahabat-sahabatnya datang untuk menguatkannya. Alih-alih menguatkan, Ayub justru mengalami luka yang semakin menganga melalui anggapan mereka bahwa Ayub telah mendapat karma atas perbuatannya
Sahabat, maka tak heran LAI memberi judul Ayub 6:1 – 7:21: “Ayub kecewa terhadap sahabat-sahabatnya.” Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “CLOSER to GOD (MENDEKATKAN Diri Kepada TUHAN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 6:1 – 7:21. Sahabat, dewasa ini ada sebagian orang percaya yang berpandangan bahwa Tuhan akan menganugerahkan kemakmuran dan kesehatan kepada setiap anak-Nya. Mereka beranggapan, orang percaya tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan.
Kitab Ayub membantah keyakinan tersebut. Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh ulat (7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat sangat berat!
Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan barang siapa membacanya dengan saksama, akan merasakan kepedihan yang dalam. Pasal 6 dan 7 merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari segenap kitab di Alkitab.
Sahabat, menerima tuduhan semena-mena atau penilaian keliru tentu menimbulkan beban penderitaan Ayub semakin berat. Kini Ayub menuduh balik para sahabatnya sebagai tidak sungguh menyadari kedalaman derita Ayub (6:2). Juga, sikap dan komentar mereka memperlihatkan bahwa merekalah yang sebenarnya gentar menghadapi penderitaan (6:21).
Ayub menggambarkan derita tersebut sebagai kesakitan ganda. Bukan saja karena ia harus menanggung kemalangan bertubi-tubi, tetapi juga karena kemalangan itu dalam tafsiran para sahabatnya sebagai tindakan Allah langsung melawan Ayub. Bila itu benar, Ayub melihatnya sebagai anak panah dan racun dari Allah menciptakan kedahsyatan dalam hidupnya (6:4).
Sahabat, ucapan Ayub memohon kematian memang terasa biasa kita dengar dari orang-orang yang sedang menderita hebat. Namun, ada perbedaan antara permintaan untuk mati kebanyakan orang dengan yang diucapkan Ayub. Bagi Ayub kematian bukanlah ungkapan keputusasaan tetapi ungkapan iman tentang kebahagiaan yang akan dimasukinya di balik kematian bersama Tuhan. Memang hal tersebut belum diungkapkan sampai pasal 19. Kematian adalah fakta kefanaan manusia (6:11-12). Tetapi lebih daripada itu, kematian merupakan kegirangan sebab ia tahu bahwa dirinya benar (6:10).
Coba kita simak ungkapan Ayub: “Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!” (ayat 6:9,10; 7:16,20). Dalam menghadapi penderitaan, kita bisa memilih untuk melakukan kedua hal berikut: Pertama: Mendekatkan diri kepada Tuhan. Kedua: Menjauhkan diri dari Tuhan.
Mendekatkan diri kepada-Nya tidaklah berarti bahwa kita sudah dapat menerima semua penderitaan tersebut. Mendekatkan diri kepada Tuhan berarti kita membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia MENDEKATKAN DIRINYA kepada TUHAN. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawabalah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 6:15?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Belajarlah dari Ayub untuk tetap yakin pada kasih Allah yang akan menolong umat-Nya yang hidup dalam kebenaran. (pg).