SAHABAT SEJATI. Walter Winchell berkata: “Sahabat sejati adalah ia yang menemanimu saat semua orang pergi menjauhimu.”
Sahabat adalah bagian dari hidup yang tak kalah pentingnya daripada keluarga atau pasangan. Sahabat adalah sosok yang selalu dapat diandalkan serta dipercaya dalam hal apa saja. Mereka juga yang berjasa membantu saat masa-masa sulit karena bersedia menawarkan pertolongan dan sandaran pada kita. Kehadirannya sudah sangat akrab layaknya saudara sendiri, sahabat juga senantiasa mendukung dan menemani kita tanpa terkecuali.
Saat menghadapi masa-masa tidak mengenakan yang tak ayal membuat semangat patah dan sampai menimbulkan keinginan untuk menyerah. Sahabat hadir untuk membantumu bangkit dan bersama-sama hadapi kesulitan.
Itulah pengalaman Ayub, ketika dia sedang diterjang badai hidup, ada 3 orang sahabat yang memberikan penghiburan dalam hening. Consolation in silence.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Consolation in Silence”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 2:1-13 dengan penekanan pada ayat 13. Sahabat, Ayub adalah salah seorang tokoh Alkitab yang identik dengan penderitaan. Ia seorang yang takut akan Allah dan menjalani hidup saleh (Ayub 1:1), namun justru itu menjadi alasan si iblis mencobainya. Ia kehilangan seluruh harta kekayaannya beserta kesepuluh anaknya, melalui serangan musuh dan bencana alam yang datang tiba-tiba (Ayub 1:13-19). Ia juga menderita penyakit kulit yang mengerikan di sekujur tubuhnya (ayat 7).
Dalam kondisi terpuruk, Ayub tetap setia kepada Tuhan (Ayub 1:21). Komitmennya untuk tetap bertekun hidup saleh justru mendapat penentangan dari istrinya (ayat 9). Namun Ayub beruntung karena ia memiliki tiga orang sahabat sejati: Elifas, Bildad dan Zofar. Ketiganya datang dari jauh untuk menunjukkan dukungan kepada Ayub.
Sahabat, mereka menangis bersama, dan berkabung bersama. Mereka duduk di tanah bersama-sama dengan Ayub, selama tujuh hari tujuh malam, tanpa berkata sepatah kata pun, karena mereka menyadari betapa berat penderitaannya. Mereka sungguh mengerti, bahwa yang Ayub butuhkan saat itu bukanlah kata-kata nasihat, petuah yang manis, seruan pertobatan, atau tuduhan bersalah. Ia lebih membutuhkan ungkapan rasa empati, melalui kehadiran mereka di sisinya, DALAM HENING.
Mereka tidak memosisikan diri sebagai konselor yang menangani masalah, sedangkan Ayub adalah klien yang bermasalah. Mereka datang untuk menemani, memosisikan diri serendah jurang penderitaan yang dialami Ayub.
Sahabat, menunjukkan penghiburan kepada orang yang berduka tidak selalu harus kita ungkapkan dengan kata-kata. Sebuah pelukan, tepukan di bahu, genggaman tangan yang erat, duduk diam di dekatnya untuk beberapa waktu, kadang jauh lebih berarti. Berempati dalam hening. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9-10?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang yang tengah mengalami penderitaan tidak membutuhkan banyak nasihat dan kata-kata penguatan. Dia lebih merasa tertolong ketika memiliki sahabat yang merasa sepenanggungan. (pg).