CINTA. Sahabat, cinta bukanlah nafsu, meski terkadang kita sulit untuk membedakannya. Cinta, secara sederhana dapat diartikan sebagai rasa suka, tertarik atau perasaan sangat sayang. Sedangkan nafsu berarti dorongan yang kuat dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, kecenderungan, keinginan, atau gairah yang tidak baik. Sungguh tidak mudah membedakan cinta dan nafsu, tetapi seiring berjalannya waktu, cinta dan nafsu akan teruji.
Lalu adakah CINTA SEJATI? TRUE LOVE? Cinta sejati bukanlah semata-mata proses dari mata langsung turun ke hati, bukan juga terjadi pada pandangan pertama. Cinta sejati butuh proses, perlu diuji, sebab itu butuh kesabaran untuk membuktikannya. Cinta sejati itu memberi, bukan mengambil, apalagi merampas. Cinta sejati adalah mengasihi, menghormati dan memberi yang terbaik bagi orang yang kita kasihi. Bukan cinta sejati namanya jika kita mencintai seseorang hanya karena nafsu atau mencari keuntungan apa yang bisa diperoleh dari orang yang kita cintai.
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita mulai belajar dari kitab Kidung Agung dengan tema: “TRUE LOVE”. Bacaan Sabda saya ambil dari Kidung Agung 1:1-17. Sahabat, Kidung Agung adalah kitab yang paling gamblang mengekspresikan cinta, karena memang ditulis sebagai syair-syair cinta Raja Salomo. Kitab ini adalah salah satu tulisan suci yang dibacakan pada hari raya Paskah umat Yahudi.
Para penafsir sepakat bahwa kitab ini memberikan model seksualitas yang sehat sebagaimana rancangan Tuhan, yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan dan dinikmati dalam ikatan pernikahan yang suci.
Sahabat, cinta sejati tidak memandang PERBEDAAN sebagai PENGHALANG, apalagi kalau perbedaan itu dipakai untuk membeda-bedakan sesama berdasarkan SARA. Hal itu sedikit tergambarkan dalam puisi pertama dari Kidung Agung. Bagian ini terbagi menjadi: Ayat 2-4a: Suara sang perempuan. Ayat 4b: Suara para sahabat. Ayat 5-7: Kembali suara sang perempuan, dan ayat 8: Kembali suara para sahabat. Fungsi suara para sahabat ini menjadi pemberi semangat untuk pasangan tersebut supaya tetap setia satu sama lain, walaupun dihadang tantangan.
Meskipun status sosial berbeda, sang perempuan mungkin seorang dari kelas rakyat pekerja (ayat 6), sebaliknya sang kekasih adalah raja (ayat 4). Hal tersebut tidak menghalangi hasrat cinta yang tulus bahkan bisa dikatakan sedikit pencemburu (ayat 3b), yaitu keinginan mencium serta menikmati keharuman badan sang kekasih, bahkan ingin segera memuncak pada paduan kasih di mahligai pernikahan.
Sahabat, namun hasrat yang begitu besar ini BELUM TERCAPAI. ADA PENGHALANG yang harus diterobos. Bayangkan gunjingan dari kalangan istana mengenai sang perempuan karena KERENDAHAN STATUS SOSIALNYA (ayat 6). Dengan percaya diri, sang perempuan mengatakan DIRINYA CANTIK (ayat 5). HITAM KULITNYA disebabkan oleh sinar matahari yang membakarnya JUSTRU MENARIK SANG RAJA. Entah karena sang perempuan itu hitam manis, atau karena karakter pekerja kerasnya.
Kerinduan sang perempuan diungkapkan lewat keinginannya mengenal lebih baik lagi sang kekasih, bukan dari luar saja, seperti pengembara di antara teman-teman sang kekasih. Keberanian untuk menyatakan kerinduan ini akan dibalas oleh sang kekasih pada pasal 2. Di ayat 8 sang perempuan seolah mendapatkan penguatan untuk tetap mencari. Haleluya. Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5-6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Cinta sejati tidak surut oleh tantangan, melainkan setia dan fokus pada panggilan mulia Allah pada pasangan yang diberkati-Nya. (pg)