Sahabat, hidup kita di dunia ini hanya sekali dan singkat. Itu berarti hidup adalah kesempatan yang sangat berharga. Maka Rasul Paulus mengingatkan kita agar kita benar-benar serius memerhatikan bagaimana kita hidup (Efesus 5:15-16)
Kita dapat berkarya dan bekerja hanya selama kita hidup. Demikian juga kita hanya dapat menikmati hasil dari karya dan kerja kita selama kita hidup. Maka mari menikmati hidup sebelum kematian datang. Enjoying life before the death comes.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “ENJOYING LIFE before the Death comes”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Pengkhotbah 9:1-12. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini Pengkhotbah berpesan: Nikmatilah hidup sebelum kematian datang (ayat 7-9). Mengapa demikian?
Pertama, NASIB SEMUA ORANG SAMA. Baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. … MEREKA SEMUA MENUJU ALAM ORANG MATI (ayat 2-3).
Kedua, SEGALA SESUATU YANG HIDUP LEBIH BERHARGA DARIPADA YANG MATI. Siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan. Ingatlah anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati (ayat 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat bagaimanapun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati.
Ketiga, HANYA DALAM DUNIA ORANG HIDUP ADA: Harapan, pekerjaan, upah, kenangan, dinamika hidup, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (ayat 4-6 dan 10).
Keempat, MANUSIA TIDAK TAHU KAPAN IA AKAN MATI (ayat 12).
Sahabat, jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara diluar nalar manusia.
Kedua, menikmati hidup harus dengan sukacita. Secara gamblang Pengkhotbah mengatakan, “Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.” (ayat 7-8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita.
Ketiga, menikmati segala sesuatu yang sudah disediakan Allah. Roti yang kita makan, anggur yang kita minum, minyak yang kita curahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu, adalah berasal dari Allah.
Sahabat, Pengkhotbah menyatakan bahwa nasib semua orang sama, yang membedakan antara yang satu dengan yang lain adalah apakah kita bisa menggunakan kesempatan dalam hidup ini dengan baik, ataukah justru menyia-nyiakannya Selagi ada waktu dan kesempatan, selagi kita masih diberi nafas hidup oleh Tuhan, mari kita kerjakan segala sesuatu yang Tuhan sudah percayakan dalam bidang apa pun dengan sepenuh hati (ayat 10). Haleluya. Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup berarti bekerja memberi buah bagi kemuliaan Allah. (pg).