+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

God’s Gift to Enjoy

God’s Gift to Enjoy

Sahabat, apa yang kita cari dalam hidup ini? Yesus berkata, “… Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:24). Mengapa Yesus berkata demikian? Karena Yesus tahu bahwa uang atau harta seringkali menjadi berhala dalam kehidupan manusia. Manusia begitu mencintai uang sehingga bersedia berbuat apa saja demi mendapatkan kekayaan.

Pengkhotbah adalah seorang berhikmat yang mengerti bahwa dalam banyak hal uang dan kekayaan ada gunanya dan memang kita butuhkan dalam hidup. Namun, kekayaan merupakan sesuatu yang fana dan memiliki keterbatasannya. Misalnya, uang tidak dapat memberikan rasa puas kepada pemiliknya. Sebaliknya, semakin seseorang memiliki uang, rasa ketidakpuasannya semakin tinggi (Pengkhotbah 5:9).

Sahabat, selama kita hidup di dunia, kita perlu berjerih lelah untuk dapat menghidupi hidup kita. Kita perlu berusaha untuk mendapatkan uang guna menopang kebutuhan hidup kita. Bagaimana caranya agar kita dapat menikmati hasil jerih payah kita? Ternyata kita perlu karunia Allah untuk dapat menikmati hasil jerih payah kita. God’s Gift to Enjoy.

Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah: “God’s Gift to Enjoy”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 6:1-12 dengan penekanan pada ayat 1-2. Sahabat,    dalam Pengkotbah pasal 3:13 Salomo mengingatkan kita: “Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.”  Jika kita bisa menikmati makan, minum serta menikmati hasil kerja kita, itu pun merupakan pemberian atau anugerah dari Tuhan dan bukan atas usaha kita.

Lalu dalam Pengkhotbah 5:18 kembali kita diingatkan: “Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya–juga itupun karunia Allah.”

Selanjutnya dalam bacaan kita pada hari ini, Salomo menegaskan: “Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.”  (ayat 1-2)

Sahabat, jika Pengkotbah merasa perlu mengingatkan pesan tersebut berulang-ulang, tentu itu artinya ini adalah hal yang sangat penting. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah dialami Pengkotbah, karena ia menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Tuhan sendiri.

Itulah kunci yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan penuh sukacita. Kita memang harus mencari nafkah, tapi kebahagiaan bukan tergantung dari besaran harta yang kita miliki. Sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, itulah yang akan menentukan, apakah kita bisa menerima berkat yang lengkap dari Sang Pemberi, baik berkat-berkat jasmani, kesehatan, kecukupan, kelengkapan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati itu semua. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berbahagialah kita, jika kita bisa menikmati semua yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, karena itu merupakan karunia dari Tuhan. (pg).

Leave a Reply