+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

MENIKMATI HIDUP

MENIKMATI HIDUP

Sahabat, pada suatu sore, Santo bercerita tentang Nining, istrinya. Ketika kedua anaknya masih kecil, penghasilannya kecil, kondisi ekonomi keluarganya tentu saja pas-pasan. Kemudian Nining minta izin supaya dia diperbolehkan  kembali bekerja.

Akhirnya Nining  mulai bekerja lagi. Hanya dalam kurun waktu dua tahun, ia dipromosikan untuk jabatan yang cukup tinggi. Tentu materi tidak lagi menjadi persoalan bagi keluarganya. Namun, Nining sekarang terlalu sibuk untuk mengurus anak-anak atau menemani suaminya. Saat mereka mendapatkan kesempatan untuk pergi sekeluarga pun, ia tak pernah bisa lepas dari tuntutan pekerjaan. Ponselnya selalu berdering.

Seiring berjalannya waktu, anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang pendiam dan tertutup. Hubungan dengan suaminya pun memburuk. Seolah ada jurang yang makin menganga yang memisahkan mereka. Lama-kelamaan, Nining berubah menjadi pribadi yang cepat marah, sulit puas, dan banyak menuntut.

Sahabat, ironis bukan? Penghasilan yang diperoleh seseorang dari pekerjaannya seharusnya membuatnya lebih leluasa melakukan apa yang ia inginkan. Nyatanya, tak selalu demikian. Kesibukan bekerja dapat berbalik menjadi penghambat. Lebih parah lagi, pekerjaan yang seharusnya membuat seseorang bisa membahagiakan keluarga, tidak jarang justru menjadi sumber kehancuran keluarga.

Jangan izinkan pekerjaan menghancurkan kebahagiaan keluarga kita. Kita harus tahu, kapan kita harus berhenti sejenak untuk MENIKMATI HIDUP.

Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Pengkhotbah dengan topik: “MENIKMATI HIDUP”. Bacaan Sabda saya ambil dari Pengkhotbah 5:7-19 dengan penekanan pada ayat 17-19. Sahabat, menurut Pengkhotbah, alangkah baiknya jika orang makan-minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih-payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya. Allah juga mengaruniakan kepada manusia kekayaan dan harta benda serta kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya (ayat 17-18).

Sahabat, sesungguhnya setiap hari yang Tuhan sediakan bagi kita merupakan  kesempatan bagi kita untuk menikmati hidup. Setiap jam dan menit sangat berharga. Kita seharusnya menikmati pengalaman hidup setiap hari dengan gembira. Bukan berarti kita hidup selalu berfoya-foya dan sembrono. Kita menikmati hubungan, pelayanan, waktu, kegiatan, kekayaan, dan harta secara bijaksana, penuh syukur, dan sukacita. Kita juga menikmati hidup sebagai kesempatan untuk mencari, mengenal, dan mengalami Tuhan.

Pengkhotbah menasihati kita untuk bekerja dengan baik (Pengkhotbah 9:10). Dengan demikian, melalui pekerjaan kita, kemuliaan Allah dinyatakan. Melalui pekerjaan kita, semakin banyak orang diberkati. Karena itu, jangan izinkan pekerjaan menjauhkan kita dari impian kita. Jangan izinkan pekerjaan menghancurkan kebahagiaan keluarga kita. Kita harus tahu, kapan kita harus berhenti. Bukan untuk terus berpangku tangan, tapi untuk beristirahat dan menikmati hidup. Berhentilah sejenak dari kesibukan kerja. Bersukacitalah dalam hasil jerih payah kita (ayat 17-18). Nikmati hal-hal yang menyenangkan hati (ayat 19). Itu semua merupakan karunia Allah.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 10?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tidak ada salahnya menikmati kesenangan hidup, itu juga karunia Allah. (pg).

Leave a Reply