+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

DIPERSIAPKAN UNTUK MENJADI ORANG YANG BERHASIL

DIPERSIAPKAN UNTUK MENJADI ORANG YANG BERHASIL

Nama saya Ria Pujiastuti. Biasa saya dipanggil Ria. Saya anak pertama dari 3 orang bersaudara.  Saya mau bersaksi sedikit tentang kesan saya selama tinggal di Panti Asuhan  Christopherus (PA Chp). Alasan saya dan adik saya (Nia Pujiastuti) dimasukkan ke PA Chp karena ketika saya kelas 5 SD, Mama dipanggil Tuhan setelah menderita sakit paru-paru akut dan bersamaan dengan itu  Papa kena PHK.

Pada bulan Juni 1998 ketika musim kenaikan kelas, saya kelas 1 SMP & Nia kelas 6 SD, akhirnya kami berdua dimasukkan ke PA Chp. Saat itu saya tidak bisa menerima keadaan kenapa saya harus dimasukkan ke PA dan tidak bisa seperti anak-anak lain yang hidup bahagia bersama keluarga. Karena saking sedihnya selama 1 bulan pertama,  setiap malam sebelum tidur saya selalu menangis di tempat tidur. Waktu itu saya ingat Kak Ani yg sekamar dengan saya terus menghibur saya setiap malam dan selalu membuat cerita yang lucu-lucu supaya saya tidak sedih. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu dan akhirnya saya bisa merasakan bahwa PA adalah  tempat tinggal saya.

Semua kegiatan dan pola hidup menjadi berubah total setelah saya masuk ke PA.  Setiap hari harus bangun jam 5 pagi untuk berdoa, kemudian tugas piket membersihkan halaman PA, mandi, sarapan dan kemudian berangkat sekolah. Sepulang sekolah sudah tersedia makan siang dan buah-buahan. Setelah makan siang harus tidur siang, setelah bangun di sore hari makan kue, melakukan tugas piket lagi  mandi, makan malam dan harus belajar sampai jam 9 malam. Jam 9 malam semua anak-anak harus masuk kamar & harus tidur.

Makanan di PA semua bergizi & enak-enak, kue juga terjamin dan melimpah, baju anak-anak  juga bersih semua. Setiap pagi anak-anak makan dan minum teh manis, ke sekolah kami diberi bekal kue, kemudian makan siang ada nasi sayur lauk dan buah. Makan malam nasi, sayur, dan lauk. Jadi untuk kenyamanan, justru tinggal di PA-lah saya mendapat kenyamanan secara jasmani karena semua kebutuhan makanan yang bergizi bisa terpenuhi. Tiap awal bulan di Minggu pertama, orangtua kami diperbolehkan untuk mengunjungi kami. Kebetulan Papa dan adik laki-laki  selalu rutin berkunjung. Ketika saya menginjak kelas 3 SMP dan bisa lulus dengan nilai NEM masuk 3 besar di SMP Yohanes, Papa bangga sekali, sampai meneteskan air mata ketika melihat nilai di ijazah saya.  Saya juga bangga bisa mendapat nilai yang sangat-sangat memuaskan. Karena saya mendapat nilai yang bagus, Sr. Christine dan Sr. Margrith memberi kesempatan kepada  saya untuk melanjutkan ke  SMA yang saya harapkan. Sesuai pilihan dari Papa, akhirnya saya masuk ke SMA YSKI.  

Pada saat  kelulusan SMP itu saya mengalami masa yang sedih  karena pada saat itu Sr Christine diminta  untuk  kembali ke Jerman. Kami semua sedih sekali seperti kehilangan seorang Ibu kandung. Setelah acara perpisahan dan  Sr Chistine sudah pulang ke Jerman, selama 1 bulan kami semua penghuni PA Chp  bersedih & tidak bersemangat. Kami  kehilangan seorang Ibu, seorang mentor dan seorang yang benar-benar  mengasihi kami. Waktu terus berputar dan satu tahun kemudian Sr. Margrit juga harus pulang ke Jerman. Setelah  Sr. Christine dan Sr. Margrit kembali ke Jerman, kami benar-benar merasa kehilangan. Tidak ada kasih sayang yang tulus yang bisa menyamai ketulusan mereka. Tapi di  sisi lain  kami juga tidak boleh egois karena banyak anak-anak dan orang lanjut usia  di Jerman juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang mereka.

Saat awal masuk PA, saya sangat sedih, tapi seiring berjalannya waktu, saya sangat menikmati dan merasa bahagia dan bersukacita tinggal di PA. Saya bisa mengenal Sr. Christine, Sr. Margrtih, Bu Yanti, Bu Hin, Bu Lydia, Bu Topo, Pak Rudi yang saya anggap sebagai  pengganti orangtua saya. Dari merekalah saya belajar tulusnya hati seorang yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Oh  iya ketika saya sekolah  di SMA YSKI pun, Tuhan tidak pernah mempermalukan saya. Dari kelas 1 sampai  kelas 3 IPA saya selalu masuk rangking 10 besar di kelas. Bahkan ketika saya kelas 2 SMA  semester 1 saya sempat masuk rangking 5 besar.

Oh iya selama tinggal di PA, saya belajar bercocok tanam, menjahit, menyulam kruistik & juga prakarya. Bu Yanti yang waktu itu  menggantikan Suster, sempat memberi tugas kepada saya untuk membuat 300 kartu Natal sebelum saya keluar dari PA. Saya senang bisa berkarya lewat kartu untuk dikirimkan kepada para sponsor dari Indonesia dan juga dari luar negeri.

Jadi saya tinggal di PA selama 6 tahun. Rasanya banyak hal yang harus saya tulis di sini tentang pengalaman di PA. Banyak suka duka tinggal di PA, tapi setelah saya keluar dari PA, justru yang selalu saya ingat adalah hal-hal yang menyenangkan.

Pesan untuk adik-adik yang masih tinggal di PA,  jangan menyerah & jangan berkecil hati atau sedih karena kalian tinggal di PA. Percayalah kehidupan di PA Chp jauh lebih asyik, lebih terjamin dam membuat adik-adik menjadi pribadi yang kuat dan disiplin. Kalian sedang dipersiapkan untuk menjadi orang yang berhasil. Nanti setelah kalian keluar dan lulus dari PA, kalian akan merasakan betapa bahagianya bisa tinggal di PA Chp.

Berkat didikan dan pengenalan akan Tuhan di PA Chp, sampai sekarang Ria melayani anak-anak Sekolah Minggu dan sudah dua periode menjadi Ketua Komisi Sekolah Minggu di GKMI Gloria Patri. “Sungguh saya sangat bersyukur, Tuhan telah mempertemukan saya dengan James Suryadi Kurniawan, seorang suami yang cinta Tuhan, Segala puji dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus,” Ria menutup kesaksiannya. (pg/sb) 

Ria Pujiastuti & Suami

Leave a Reply