Sahabat, penyanyi senior Indonesia Bob Tutupoly tutup usia, Selasa dinihari 5 Juli 2022. Ia meninggalkan banyak lagu legendaris yang pernah populer, salah satunya adalah lagu yang berjudul “Tinggi Gunung Seribu Janji”.
Syair bait pertama dari lagu tersebut berbunyi, “Memang lidah tak bertulang;/ Tak terbekas kata-kata;/ Tinggi gunung seribu janji;/ Lain di bibir, lain di hati.
Saya angkat lirik di baris pertama dari bait pertama dari lagu tersebut sebagai judul “Sejenak Merenung” pada hari ini.
Adapun arti peribahasa: Lidah tak bertulang yaitu mudah saja mengatakan (menjanjikan) sesuatu, yang berat adalah melaksanakannya; manusia sangat mudah untuk mengumbar janji; janji seseorang yang tidak bisa dipegang.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Memang LIDAH TAK BERTULANG”. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 26:17-28. Sahabat, berkata-kata yang benar dan baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Jika berkata-kata hal yang tidak sepantasnya, pasti menimbulkan perpecahan, ibarat menembakkan panah api (ayat 18-19).
Lebih lanjut Pengamsal berkata bahwa pertengkaran tidak akan terjadi apabila informasi yang disampaikan tidak diplintir kebenarannya (ayat 20-21). Memang tidak semua informasi benar adanya. Karena itu, kita harus menyelidiki dengan saksama. Adakalanya muncul berita-berita yang kelihatannya baik, sebenarnya berita hoax (ayat 22-23).
Selain itu, Pengamsal juga memerhatikan adanya bahaya lain, yaitu si pembawa berita. Ia digambarkan sebagai orang yang berpura-pura ramah (ayat 24-25). Tidak jarang orang-orang terjerat pada berita yang disampaikannya, padahal isi dan motif berita itu mengandung kebencian terhadap musuhnya (ayat 26-28).
Raja Salomo memberi nasihat kepada kita untuk waspada dalam berkata-kata. Adakalanya saat bersosialisasi dengan orang lain, tanpa disadari kita menyampaikan hal-hal yang yang tidak sepantasnya. Pengamsal juga tidak menghendaki kita menggunakan kata-kata indah yang isinya tipu muslihat. Karena dalamnya hati dan pikiran seseorang tidak dapat diketahui orang lain. Takutnya ada kekejian terselubung yang tidak kita ketahui, yang mungkin dapat berakibat fatal di kemudian hari.
Sahabat, Pengamsal memberikan gambaran jelas bagaimana seharusnya kita sebagai komunitas orang percaya mempergunakan lidah. Tidak sepatutnya kita menggunakan lidah dengan tujuan penipuan, sebab siapa yang menggali lubang akan jatuh di dalamnya. Bijaksanalah menggunakannya, sebab memang lidah tak bertulang.
Mari kita menggunakan lidah untuk kebaikan dan memberkati sesama. Bukan lidah yang menguasai kita, tetapi kita yang menguasai lidah. Kita bisa memulainya dengan melatih diri bergaul dengan firman Tuhan sehingga terhindar dari perbendaharaan kata yang dapat melukai orang lain. Hendaknya lidah kita gunakan untuk bersaksi tentang kasih Kristus pada manusia melalui kalimat-kalimat penghiburan, penguatan, teguran yang lembut dan peneguhan. Biarlah lidah kita bukan merusak sesama, melainkan membangun hidup mereka. Haleluya!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 22-23?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Memang lidah tak bertulang, tetapi cukup kuat untuk menghancurkan atau memelihara sebuah kehidupan. (pg).