Pilihlah JENENG
Sahabat, sesungguhnya tidak ada orang yang bermimpi untuk hidup miskin. Jika bisa, tentu kita semua ingin hidup tanpa harus selalu mengencangkan ikat pinggang erat-erat. Kita bekerja banting tulang seharian bukan hanya ingin untuk hidup pas-pasan atau malah kekurangan.
Semua orang ingin bisa menikmati hidup, dan cukup banyak orang yang percaya bahwa kenikmatan hidup itu berasal dari kekayaan. Uang dipercaya banyak orang bisa mendatangkan kebahagiaan. Karena pola pikir yang sudah mendarah daging seperti itulah, kemudian cukup banyak orang yang rela melakukan apapun agar bisa memperoleh uang lebih dari ala kadarnya.
Sering tanpa disadari, harga diri dan nama baik atau kehormatan keluarga pun tidak lagi dipandang sebagai sebuah hal yang penting kalau sudah bicara soal uang. Betapa ironisnya ketika orangtua bersusah payah membesarkan anak-anaknya agar mampu hidup dengan baik di masyarakat dan berbakti kepada mereka, tetapi kemudian anak-anaknya malah melukai hati mereka dengan melakukan berbagai tindakan-tindakan yang tidak terpuji.
Bapak Pdt. Paulus Hartono, teman sepelayanan yang tinggal di Solo, menyampaikan nasihatnya dalam campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa: “Dapatkan JENENG (nama baik), maka JENANG (uang atau harta) akan mengikutinya.” Benar Pak Paulus, sesungguhnya NAMA BAIK itu lebih berharga daripada emas, intan, permata, dan istana. Nama baik merupakan warisan yang mulia dan berharga bagi anak cucu kita. Katena itu pilihlah JENENG.
Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Pilihlah JENENG”. Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 22:1-6 dengan penekanan pada ayat 1. Sahabat, ayat 1 mengajarkan bahwa ada dua hal yang lebih penting dibanding harta dan kekayaan. Pertama: NAMA BAIK dan yang kedua: DIKASIHI ORANG.
Reputasi bisa terbangun dengan baik bila kita melakukan kebaikan secara konsisten dengan tulus. Sedangkan kita memperoleh kasih bila kita telah menanam benih kasih kepada orang lain dalam jangka waktu yang panjang. Harta dan kekayaan mungkin memberi kita kenikmatan sementara, namun sekaligus godaan lebih besar untuk berdosa. Sebaliknya, membangun reputasi mendatangkan rasa hormat. Dikasihi orang membuat kita berbahagia.
Sesungguhnya sekaya bagaimana pun seseorang, namun jika ia dibenci orang, semuanya tidak akan berarti. Bukan saja diri si pelaku korupsi yang akan susah, tetapi keluarga dan orangtuanya pun akan terkena dampak pula dari perilaku mereka. Banyak orang lupa menjaga nama baik demi mengejar harta, dan pada akhirnya penyesalanlah yang mereka dapati. Betapa mereka telah mempermalukan keluarga, mencoreng dan mencemarkan nama baik keluarga yang mereka sandang.
Sahabat, bekerja dan berusahalah dengan jujur, lakukan semuanya dengan sebaik-baiknya seperti untuk Tuhan. Muliakan Tuhan dengan segala yang kita lakukan, teruslah berbuat baik dan tolonglah orang-orang yang kesusahan semampu kita. Tuhan sanggup melimpahkan semuanya tanpa kita harus menggadaikan kehormatan, nama baik keluarga atau malah mengorbankan keselamatan kita.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kehormatan dan kasih sayang adalah harta yang jauh lebih berharga daripada kekayaan materi fana. (pg).