JAGALAH Perkataan Kita
Sahabat, seorang perempuan kulit putih mengajak anaknya naik taksi yang dikemudikan laki-laki berkulit hitam. Anak tersebut baru pertama kali melihat orang berkulit hitam sehingga ia ketakutan, “Bu, apakah orang itu penjahat? Apakah yang dilakukannya sehingga kulitnya begitu hitam?”
Sang sopir terdiam sedih. Ibu itu menjelaskan, “Bukan, Nak. Ia orang yang baik. Kamu ingat ketika kita bermain di kebun bunga? Ingat biji-biji bunga yang kita lihat itu? Banyak yang berwarna hitam, tetapi bunga yang memenuhi taman itu berwarna-warni!” Anak itu mengangguk-angguk. Kini ia tersenyum, tidak takut lagi pada sang sopir taksi.
Sahabat, menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan itu baik dan perlu. Namun jangan lupa bahwa ada bahaya yang mengancam lewat mulut yang tidak terjaga. Karena itu jagalah perkataan kita.
Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Amsal dengan topik: “JAGALAH Perkataan Kita”. Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 15:1-33 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat, topik hari ini mengingatkan kita agar berhati-hati dengan mulut/ucapan kita, karena kekuatan dari perkataan sangat luar biasa. Apalagi kita sebagai orang percaya harus bisa menjadi teladan/kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui perkataan (1 Timotius 4:12b).
Di ayat pertama, penulis Amsal 15 membandingkan antara jawaban yang lemah lembut dengan perkataan yang pedas. Di ayat yang kedua, dia membandingkan antara lidah orang bijak dengan mulut orang bebal. Sedangkan di ayat ketujuh, dia membandingkan bibir orang bijak dengan hati orang bebal.
Lebih lanjut Sang Penulis menjelaskan bahwa hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat (ayat 28). Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan (ayat 2), tetapi lidah curang melukai hati (ayat 4).
Menyadari betapa besar peran perkataan, Pemazmur memiliki tekad, untuk menjaga diri, supaya jangan berdosa dengan lidahnya, ia hendak menahan mulutnya dengan kekang (Mazmur 39:2), dan memohon Tuhan untuk mengawasi mulut dan berjaga pada pintu bibirnya (Mazmur 141:3).
Pengalaman hidup kita dalam bermasyrakat bercerita bahwa cukup banyak orang menggunakan mulutnya untuk mengucapkan kata-kata yang melemahkan dan menghancurkan kehidupan orang lain. Hampir setiap berbicara, dari mulutnya keluar: Silet, pisau, parang, clurit, golok, samurai, yaitu perkataan yang menyayat, menyakiti, melukai dan memedihkan perasaan orang lain.
Sahabat, hendaklah kita menggunakan mulut secara bijak sehingga jawaban dan penjelasan kita dapat membangun, menguatkan orang lain, menenangkan dan menyejukkan suasana.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari Yakobus 1:26?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran.” (Amsal 21:23). (pg).