Orang BEBAL itu MENGESALKAN
Siapa yang mau disebut atau dijuluki sebagai ORANG BEBAL? Saya yakin hampir tidak ada yang mau. Kemungkinan besar ia akan marah besar dan tersinggung bila dikatakan sebagai orang bebal, sebab berbicara tentang orang bebal selalu mengacu kepada orang yang sepertinya tidak dapat berubah lagi hidupnya, hatinya sangat keras (membatu) karena tidak mau menerima nasihat dan teguran.
Sahabat, orang bebal adalah orang yang tidak mau dan sulit menerima nasihat dan teguran dari firman Tuhan atau pun dari sesamanya. Ia selalu merasa diri sebagai orang yang benar dan tidak pernah melakukan suatu kesalahan, karena itu ia mencari berbagai alasan untuk selalu membenarkan diri sendiri dan merasa tidak perlu diajar dan digurui oleh orang lain.
Ia menganggap yang harus berubah itu orang lain, bukan dirinya. Orang bebal adalah orang yang tidak pernah mau belajar dari pengalaman, sehingga ia berkali-kali melakukan kesalahan yang sama, tapi tidak pernah disadari atau pura-pura tidak sadar. Penulis Amsal menyatakan, “Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.” (Amsal 26:11). Wuuuiiih benar-benar orang bebal itu mengesalkan.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “Orang BEBAL itu MENGESALKAN.” Untuk itu Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 14:1-20 dengan penekanan pada ayat 16. Sahabat, Amsal 14 menguraikan perbandingan jalan orang bijak dengan orang bodoh. Si bijak membangun rumah yang kokoh, sementara si bodoh membangun rumah yang rapuh (ayat 1) Jalan orang bodoh digambarkan sebagai: Menghina Tuhan (ayat 2), membenci teguran dan didikan (ayat 3), merendahkan agama (ayat 9), melampiaskan nafsu (ayat 16), dan lekas naik darah (ayat 17) .
Pada dasarnya, mereka tidak memiliki rasa takut dan hormat kepada Tuhan (ayat 2). Ayat kunci yang membedakan kedua jalan ini didasarkan pada Amsal 14:12, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Amsal mengajarkan kita untuk hidup dalam kekudusan menurut jalan Allah. Namun ada orang-orang yang mencoba untuk hidup kudus tanpa melibatkan Allah. Mereka percaya bahwa “kesucian” adalah sebuah lencana yang bertuliskan “Lihatlah Betapa Istimewanya Aku.” Dengan kata lain, kekudusan mereka diperoleh dari banyaknya perhatian manusia, bukan dari Allah.
Sahabat, dua orang jatuh ke dalam lubang. Yang pertama seorang anak kecil yang belum bisa membaca tanda peringatan tentang lubang tersebut. Yang kedua seorang dewasa yang meskipun sudah membaca tanda peringatan, memilih untuk mengabaikannya. Apakah perbedaan keduanya? Si anak kecil celaka karena ketidaktahuan, tapi si orang dewasa celaka karena kebebalan. Yang pertama bisa kita maklumi, yang kedua tentu tidak.
Orang bebal adalah orang yang meskipun sudah mengerti kebenaran, diajar tentang kebenaran, mereka tetap saja hidup menyimpang dari kebenaran. Sekalipun tahu sesuatu tidak boleh dilakukan, mereka tetap saja melakukan yang dilarang, “Berlaku cemar adalah kegemaran orang bebal,” (Amsal 10:23).
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa berikut ini:
- Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup dalam kebebalan adalah pintu menuju kepada kehancuran hidup! (pg).