BERCAHAYA hingga Rembang Tengah Hari

BERCAHAYA hingga Rembang Tengah Hari

Tahukah Sahabat, Alkitab memuat cukup banyak kiasan sehubungan dengan CAHAYA dan TERANG. Berikut saya sajikan beberapa diantaranya: Ungkapan ”cahaya mataku” maksudnya  kemampuan untuk melihat (Mazmur 38:11).

Jika Allah ”memberikan terang” kepada seseorang, artinya Ia memberinya kehidupan atau membiarkannya terus hidup (Ayub 3:20, 23; bdk. Mazmur 56:13).  ”Bayi-bayi yang tidak pernah melihat terang” artinya bayi-bayi yang lahir mati (Ayub 3:16; bdk. Mazmur 49:20).  ”Melihat matahari itu baik bagi mata” dapat dipahami sebagai betapa indahnya hidup ini (Pengkhotbah 11:7).

Selanjutnya, “Cahaya wajah-Mu” dimengerti sebagai perkenan ilahi (Mazmur  44:4; 89:16).  ”Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami” adalah suatu ungkapan yang berarti: Perlihatkanlah perkenan atas kami (Mazmur  4:7).  Dengan nada serupa, perkenan seorang penguasa disebutkan sebagai ”Wajah raja yang bercahaya” (Amsal 16:15).

Saat ini, kita sebagai komunitas orang percaya, semoga bercahaya hingga rembang tengah hari.

Hari ini kita masih melanjutkan belajar kitab Amsal dengan topik: “BERCAHAYA hingga Rembang Tengah Hari.” Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 4:1-22 dengan penekanan pada ayat 18. Sahabat,  dunia memberi nilai tinggi pada kesuksesan. Ukurannya tentu saja kekayaan, jabatan, kehormatan, kepuasan, dan kenyamanan.

Banyak orang berjuang mengejarnya. Sayangnya, demi kesuksesan, orang dapat melonggarkan moralitas, melegalkan segala cara. Mereka rela berlaku jahat, serong, dan munafik. Mereka menanggalkan firman Tuhan, sehingga hidup dalam kegelapan, tetapi tidak tahu sumber kesesatan mereka. Mereka tidak sadar akan kejahatannya.

Sahabat, pengalaman hidup kita bercerita bahwa ternyata kesuksesan tidak selalu membuat hidup menjadi bermakna. Banyak orang menjadi pejabat, terkenal, kaya, terhormat, tetapi tidak berguna bagi sesama, bahkan mengalami kekosongan jiwa. Kesuksesan mereka tidak didasari hikmat yang benar. Mereka sukses hanya demi kepuasan diri, bukan kemuliaan Tuhan. Kesuksesan demikian tidak menghasilkan buah kehidupan.

Orang percaya berpegang pada hikmat dan berjalan menurut pimpinan firman Tuhan. Firman-Nya menjadi pelita, sumber sukacita dan penghiburan yang menerangi jalan mereka.

Mereka meneladani Sang Terang, setia menjadi terang bagi setiap orang yang dijumpai. Dengan begitu, mereka menyingkirkan kegelapan. Terang bertambah, anugerah pun semakin bertumbuh. Semakin kuat mereka menjaga kekudusan, sukacita, dan kehormatan rohani, semakin deras hidup mereka mengalirkan kemurnian hati, kasih, kebenaran, keadilan, dan kejujuran.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 11-13?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang jahat merasa puas dengan kefasikan, orang benar berpuas dalam hikmat Tuhan. (pg).

Renungan Lainnya