SENI Melipat KEPAHITAN

SENI Melipat KEPAHITAN

Sahabat, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan akhirnya tahun pun berganti tahun, itu  menunjukkan bahwa segala sesuatu ada akhirnya dan selalu berubah.  Bila segala sesuatu harus ada akhirnya dan berganti dengan suasana baru, lalu bagaimana dengan keadaan dan suasana hati kita?  Apakah juga sudah mengalami pembaruan? 

Jika di masa-masa lalu terjadi kekecewaan, kegeraman, pertikaian, saling membenci, saling memfitnah di antara keluarga, teman, rekan sepelayanan atau di mana saja, apakah sampai hari ini rasa itu masih tertanam di dalam hati kita, sehingga timbul suatu akar pahit?  Ada kepahitan di hati kita?  Apakah kita terus diam saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal di hati kita masih berkecamuk rasa dendam, kepahitan dan sakit hati?

Sahabat  pasti pernah melipat kertas menjadi bentuk burung, perahu,  bunga, atau serangga. Kegiatan melipat kertas tersebut dikenal sebagai kerajinan origami. Origami itu  seni melipat kertas dari Jepang. Origami berasal dari bahasa Jepang “ori” yang memiliki arti lipatan dan “kami” yang berati kertas.

Sesungguhnya Origami mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan dalam melipat kertas supaya dapat menghasilkan suatu karya yang indah. Tanpa pengetahuan yang benar dan keterampilan yang memadai, kita tidak akan bisa menciptakan lipatan-lipatan kertas menjadi bentuk yang kita inginkan. Bentuk-bentuk yang unik dan indah. Demikian juga dengan KEPAHITAN, ada seni melipat kepahitan.

Untuk lebih memahami topik tentang: “SENI Melipat KEPAHITAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 45:1-18 dengan penekanan pada ayat 5. Sahabat, Kisah Yusuf merupakan cerita sukses seorang anak manusia dalam melipat segemap kepahitan yang terjadi dalam hidupnya. Kesuksesan hidup diraih Yusuf lantaran ia memiliki pengetahuan yang benar akan rencana Tuhan dalam hidupnya (ayat 5). Mimpi-mimpi pada masa mudanya bukanlah mimpi tanpa visi. Yusuf memandang mimpi sebagai pengetahuan yang memampukan dirinya untuk melihat masa depan keberlangsungan bangsanya. 

Berbekal pengetahuan tersebut, Yusuf terampil dalam melipat segenap pengalaman hidupnya yang tidak menyenangkan. Perlakuan buruk dari saudara-saudaranya hingga mendekam di penjara Mesir merupakan rangkaian kepahitan yang harus dilaluinya supaya dapat menyelamatkan ayah dan saudara-saudaranya dari bahaya kelaparan. Keselamatan Yakub dan keluarganya menandai keindahan rencana Tuhan melalui hidup Yusuf. 

Sahabat, kepahitan hidup yang berhasil diatasi oleh Yusuf laksana lipatan-lipatan ilahi yang menghasilkan satu bentuk keindahan di tangan Sang Mahakasih dan Maha Perancang. Hidup Yusuf adalah bukti yang tak terbantahkan. Yusuf berhasil melipat kepahitannya dengan apik dan menarik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 5? (Efesus 4:31-32 dan Matius 6:14-15)

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita yang telah beroleh pengampunan dari Tuhan juga harus mau membuka hati untuk mengampuni orang lain, dan lipatlah semua kepahitan yang ada! (pg).

Renungan Lainnya