Sahabat, pengalaman hidup kita dalam berjemaat dan bermasyarakat bercerita bahwa kalau seseorang berhasil dalam satu bidang, belum tentu dia juga berhasil dalam bidang-bidang yang lain. Misalnya, kalau ada seseorang berhasil dalam meniti karier politiknya, belum tentu dia berhasil dalam kehidupan berkeluarga. Kalau seseorang berhasil dalam bidang pendidikan, belum tentu dia juga berhasil dalam bisnisnya.
Banyak hal yang mempengaruhinya: Bidang minat, fokus hidup, nilai-nilai hidup yang diusung, faktor budaya, latar belakang keluarga, dan lain sebagainya. Karena itu kita perlu terus belajar untuk tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan. Jangan terkecoh oleh kemakmuran hidup seseorang.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Jangan Terkecoh oleh KEMAKMURAN HIDUP Seseorang”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 36:1-43. Sahabat, coba kita ingat betapa marahnya Esau ketika berkat yang seharusnya menjadi miliknya ternyata diambil oleh Yakub dengan cara menipu ayah mereka. Saat itu Esau hanya menerima bagian berkat yang kedua, yang menempatkan dirinya sebagai hamba dari saudara kembarnya, Yakub. Bahkan kemakmuran pun akan jauh dari hidupnya (Kejadian 27).
Namun, kalimat terakhir dari berkat yang diberikan Ishak kepada Esau, bernada ada pengharapan, yakni jika Esau berusaha dengan sungguh-sungguh maka kemungkinan untuk memperoleh hidup yang lebih baik tetap terbuka baginya. Dia dapat menikmati keberhasilan hidup dan kemakmuran. Namun adakah hidup Esau kemudian berjalan baik?
Sepintas Kejadian 36 memang mencatat tanda-tanda kehidupan Esau yang diberkati, yakni ia memperoleh keturunan dan juga materi yang melimpah (ayat 6-7). Namun itu semua tidak sebanding dengan hal-hal utama yang telah hilang dari hidupnya: Hak kesulungannya telah terjual, berkat sebagai anak sulung lenyap, dan ia pun kehilangan kasih orangtuanya karena mengambil istri dari perempuan-perempuan Kanaan dan keturunan Ismael (Kejadian 28:6-9).
Sahabat, kita perlu menyadari bahwa memiliki banyak hal dalam hidup ternyata bukan jaminan bahwa Tuhan memberkati hidup orang tersebut. Justru oleh karena banyaknya harta yang dimiliki, Esau malah memutuskan untuk keluar dari tanah perjanjian Kanaan dan memilih tinggal di pegunungan Seir.
Sebuah keputusan yang tampaknya arif dari seorang kakak yang ingin mengalah terhadap adiknya. Namun tanpa disadari, keputusan tersebut merupakan sebuah penggenapan bahwa Esau tidak akan mengambil bagian dalam rencana Tuhan. Terbukti, setelah Kejadian 36, tidak ada lagi catatan tentang Esau dan keturunannya. Sekalipun kaum keturunannya dikenal sebagai orang-orang perkasa sebelum masa raja-raja di Israel (ayat 31-43), tetapi sejarah mereka hanya tercatat sebagai musuh yang turut memerangi Israel.
Sahabat, maka jangan terkecoh oleh kemakmuran hidup seseorang. Apa yang tampak merupakan berkat bisa jadi malah kebalikannya. Berkat Tuhan tidak melulu berupa materi. Kasih, campur tangan, dan pemeliharaan Tuhan itulah BERKAT SEJATI bagi kita.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Mengapa setelah Kejadian 36 tidak ada lagi catatan tentang Esau dan keturunannya? (Kejadian 28:6-9 dan 2 Korintus 6:14)
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kriteria utama dalam memilih pasangan hidup: Seorang yang takut akan Tuhan, yang merupakan pasangan yang seimbang. (pg).