Ketika PERUNDUNGAN Menimpa
Sahabat, saat ini mungkin kita sering mendengar atau membaca kata PERUNDUNGAN. Kata perundungan dalam bahasa Inggris bullying, sedangkan padanan dalam bahasa Indonesia penindasan atau risak.
Perundungan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari perundungan itu untuk menyakiti orang lain dan dilakukan secara terus menerus.
Peristiwa perundungan seringkali terjadi di: Sekolah, rumah, tempat kerja, masyarakat, sampai dunia maya. Aktivitas perundungan tidak memilih umur dan jenis kelamin. Banyak anak-anak, remaja, maupun orang dewasa sekarang ini yang mengalami perundungan. Tidak hanya secara langsung, tetapi juga melalui media sosial. Perundungan ternyata tidak terjadi pada zaman sekarang saja; pada masa lampau pun hal seperti itu sudah terjadi.
Sahabat, ketika perundungan menimpa, apa yang harus kita lakukan? Memandang Tuhan dan menantikan pertolongan-Nya.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Ketika PERUNDUNGAN Menimpa”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 123:1-4. Sahabat, dalam Mazmur 123, Pemazmur dengan jelas mengungkapkan bahwa ia pun mengalami perundungan, yaitu penghinaan dan olok-olok.
Ada dua tipe orang yang melakukannya. Pertama, orang-orang yang merasa aman pada dirinya sendiri, yakni mereka yang merasa berkecukupan secara ekonomi dan sosial. Mereka menjadi tidak tahu diri dan meremehkan orang lain. Kedua, orang-orang yang sombong. Mereka mudah menghina dan mengolok-olok orang yang dipandangnya lebih rendah (ayat 3-4).
Sahabat, akibat dari perundungan yang terus-menerus akan membuat seseorang mengalami penderitaan batin. Hal itulah yang dialami oleh Pemazmur, sehingga ia berlari kepada Tuhan dan memohon perlindungan serta belas kasihan-Nya. Pemazmur memohon layaknya seorang hamba laki-laki dan perempuan yang memandang kepada tangan tuan dan nyonyanya (ayat 2).
Ketika kita dihina dan mengalami perundungan, biasanya kita menjadi tertekan, stres, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Hal itu disebabkan sebagian besar dari kita hanya berfokus pada situasi dan kondisi yang ada, bukan memandang kepada Tuhan. Oleh karena itu, jika saat ini ada di antara kita yang sedang berada dalam situasi yang demikian, marilah kita mengambil sikap seperti Pemazmur.
Pertama, kita harus memandang kepada Tuhan dengan berseru dan berdoa. Sebab, ketika kita memandang kepada Tuhan, kita tidak akan takut lagi dalam menghadapi siapa pun. Kedua, menanti pertolongan Tuhan dengan setia, seperti seorang hamba yang senantiasa memandang kepada tangan tuannya hingga mendapatkan belas kasihan dari tuannya itu. Bila kita setia memandang kepada-Nya, Allah yang penuh kasih akan memberikan pertolongan kepada kita.
Berdasarkan hasil perenungan dari bacaan kita pada hari ini, kerjakanlah beberapa tugas berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami tentang perundungan?
- Bagikanlah, apa yang Sahabat lakukan ketika sedang ditimpa perundungan.
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dlam di hati kita: “Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.” (Mazmur 16:8). (pg).