Menjadi Pribadi yang PUNYA INTEGRITAS
Sahabat, pengalaman hidup saya bercerita bahwa perjalanan hidup itu tidak hanya mulus-mulus saja: Ada kebahagiaan, perjuangan, kesedihan, kekecewaan, hingga tekanan. Salah satu hal yang banyak dikeluhkan banyak orang adalah menghadapi tekanan karena seringkali menyebabkan stres. Padahal hampir semua perusahaan yang besar dan bonafide mensyaratkan pegawainya bersedia bekerja di bawah tekanan.
Sesungguhnya tekanan bisa datang dari mana saja: Dari pekerjaan, orangtua, diri sendiri, dan masyarakat. Ada cukup banyak orang seringkali cepat putus asa atau berusaha menghindari tekanan yang membuatnya stres. Padahal tekanan sebenarnya dapat membuat seseorang menjadi lebih dewasa, serta berkembang lebih baik. Tekanan membentuk kita menjadi pribadi yang punya integritas.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Menjadi Pribadi yang PUNYA INTEGRITAS” Bacaan Sabda saya ambil dari Mazmur 120:1-7. Sahabat, dalam bacaan kita pada hari ini, Pemazmur mengalami kesesakan karena dua hal: Pertama, bibir dusta (ayat 2-a); kedua, lidah penipu (ayat 2-b, 3-b).
Kedua kata tersebut tentu memiliki arti yang sama, namun diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda. Keduanya merupakan anggota tubuh yang membuat manusia dapat berbicara. Tetapi sayangnya, kadang keduanya dipakai untuk mengucapkan hal-hal yang menjatuhkan dan tidak membangun orang lain.
Sahabat, inilah yang membuat Pemazmur merasa berada dalam kesesakan. Ia berada di antara orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, mereka kasar dan keras, serta membenci perdamaian (ayat 5-7).
Meskipun Pemazmur sudah cukup lama tinggal di antara mereka, Pemazmur tidak berlaku seperti mereka. Oleh sebab itu, ia berdoa agar Tuhan melepaskannya dari antara mereka. Kesesakan yang dialami oleh Pemazmur tidak membuatnya kehilangan jati diri, melainkan ia makin menunjukkan integritasnya di tengah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Ia tetap menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dan tetap cinta akan kehidupan yang penuh perdamaian.
Sahabat, saat ini, barangkali kita sedang berada di tengah lingkungan yang bukan hanya tidak memberi kenyamanan, tetapi juga menyesakkan. Mungkin itu lingkungan kerja atau pergaulan yang tidak sesuai dengan nilai dan ajaran-ajaran baik yang kita terima. Bahkan, bisa jadi lingkungan itu memaksa kita untuk berubah dan mengikuti gaya hidup yang ada di situ.
Namun, belajar dari Pemazmur, biarlah kesesakan dan ketidaknyamanan yang kita hadapi justru membuat kita makin berintegritas dan menunjukkan nilai-nilai serta ajaran Kristus yang ada di dalam diri kita. Maka, bukan kita yang diubah, melainkan kitalah yang membuat perubahan. Dengan pertolongan Tuhan, mengubah mereka yang suka kegaduhan dam resek, menjadi orang-orang yang cintai perdamaian, berintegritas dan memuliakan Tuhan.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Ketika merasa tertekan, apa yang Sahabat lakukan? (Ayat 1-3 dan Mazmur 34:18)
- Apa yang Sahabat pahami berkaitan dengan pernyataan: “Menyerahkan pembalasan kepada Tuhan?
Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Pertolongan TUHAN datang tepat pada waktu-Nya. (pg)