Allah TIDAK BUTUH bantuan kita

Allah TIDAK BUTUH bantuan kita

Sahabat, jika sepasang suami istri tidak mempunyai anak, ada cukup banyak orang yang berpendapat bahwa  kebahagiaan dalam keluarga terasa kurang sempurna. Karena itu, ada pasangan yang bercerai dan menikah lagi hanya untuk memperoleh keturunan. Ada pula pasangan yang mengadopsi anak.

Meskipun Sarai tidak mempunyai anak, hal itu tidak membuatnya ingin bercerai. Sebaliknya, ia membujuk Abram, suaminya  agar memperistri Hagar (hambanya) dengan harapan mempunyai anak yang bisa dijadikan sebagai ahli waris. Dalam budaya Mesopotamia, hal tersebut diatur dan diperbolehkan.

Keraguan Sarai akan janji Allah membuatnya mengambil keputusan menawarkan Hagar kepada suaminya. Kurangnya iman Sarai terhadap janji Allah memunculkan ide agar Abram memperistri Hagar. Sarai berpikir tindakannya tersebut dapat membantu Allah untuk menggenapi janji-Nya. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan bantuan manusia untuk menggenapi janji-Nya. Dia itu Mahakuasa, tiada yang mustahil bagi-Nya. Allah tidak butuh bantuan kita.

Untuk lebih memahami topik tentang: “Allah TIDAK BUTUH bantuan kita”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 16:1-16. Sahabat,  Secara status, Hagar hanyalah seorang hamba, orang asing yang tidak masuk hitungan. Seiring berjalannya waktu Hagar lupa pada perjanjiannya dengan Sarai  (majikan). Ketika Hagar mulai mengandung, muncullah dalam dirinya sikap meremehkan puannya.  Ia mulai merendahkan dan melukai hati Sarai yang dianggapnya tidak mampu memberikan keturunan kepada Abram. 

Sarai pun tak kuat menanggung beban dan sakit hatinya, lalu menceritakan masalah tersebut kepada suaminya, tetapi Abram lepas tangan dan memberikan hak kepada istrinya untuk masalahnya dengan Hagar.  Sarai harus menanggung akibat dari tindakannya, sebab apa yang dirancangkan tidak sesuai dengan harapan, sebaliknya berdampak buruk terhadap dirinya sendiri.  Hati Sarai terluka oleh karena sikap Hagar yang tak berhenti menyakitinya.

Sarai pun kemudian menindas Hagar. Itulah yang membuat Hagar tertekan dan lari meninggalkan rumah dalam kondisi hamil (ayat 6). Jikalau Sarai taat dan percaya kepada janji Allah, maka masalah tersebut tidak akan pernah muncul.

Sahabat, tak bisa dipungkiri bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan, apalagi menunggu janji untuk waktu yang lama, bukan pekerjaan mudah.  Menunggu janji Tuhan butuh kesabaran dan ketekunan!  Kita harus benar-benar memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan. 

Bila saat ini kita sedang menunggu janji Tuhan, apa pun itu:  Pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, keturunan dan sebagainya, tetaplah tekun dan sabar menanti-nantikan Tuhan dan belajarlah untuk selalu taat kepada kehendak Tuhan.  Jangan sekali-kali mencari jalan keluar dengan menggunakan akal dan kekuatan sendiri.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Apa yang menyebabkan Sarai gagal dalam menanti penggenapan janji Tuhan? (Ayat 2)
  2. Apa yang menyebabkan Sarai menindas Hagar? (Ayat 4-6)

Selamat sejenak merenung. Marilah kita mendaraskan ayat berikut: “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.”  (Ibrani 10:23). (pg).

Renungan Lainnya