Meninggalkan KENYAMANAN, KEMAPANAN, dan KEAMANAN

Meninggalkan KENYAMANAN, KEMAPANAN, dan KEAMANAN

Sahabat, ketika usia saya dan istri sudah berkepala 6, dan kedua anak kami sudah berumah tangga, kami ingin menikmati hasil jerih juang kami di masa muda. Tapi justru pada saat itulah ada beberapa orang rekan sepelayanan mengajak kami untuk tetap terlibat dalam penggenapan rencana baik Tuhan.

Siapa yang tidak menyukai kenyamanan? Pekerjaan mapan, keluarga harmonis, tinggal di lingkungan yang aman, memiliki banyak teman yang akrab. Pasti amat sangat berat ketika kita harus meninggalkan semua itu.  Terlebih jika kita belum mengetahui dengan jelas  tempat tujuan kita, situasi dan kondisinya seperti apa, ditambah usia kita sudah tidak muda lagi.

Untuk lebih memahami topik tentang: “Meninggalkan KENYAMANAN, KEMAPANAN, dan KEAMANAN”, Bacaan Sabda saya ambil dari Kejadian 12:1-9 dengan penekanan pada ayat 2. Sahabat,  Allah memerintahkan Abram untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Meninggalkan keluarga besar yang begitu mengayominya, menuju suatu tempat yang belum diketahuinya.

Perintah ini menguji Abram, apakah ia memercayai Allah lebih daripada yang dapat ia lihat, atau lebih mencintai tanah kelahirannya, teman-teman terkasihnya dengan segala kenyamanannya.

Sahabat, ternyata Abram lebih memilih untuk menaati  kehendak Allah, tanpa menyisakan ruang untuk menempatkan keraguan dalam hatinya terhadap wewenang Ilahi. Padahal, tidak ada jaminan yang tampak jelas selain mengandalkan kepercayaannya kepada Allah.

Sering kali hidup sebagai orang percaya menuntut kita berlaku seolah konyol. Meninggalkan apa yang kelihatan demi apa yang tidak kelihatan. Rela mengalami penderitaan dengan berharap menerima kemuliaan yang masih menjadi harapan. Bak pepatah mengatakan:  “Anak di pangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan.”

Syukur karena Allah yang kita sembah senantiasa menggenapi janji-Nya. Seperti rancangan dan penyertaan yang diberikan-Nya kepada Abram, Allah juga menyediakan rancangan yang baik bagi kehidupan kita. Tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan selain memainkan peran kita seturut kehendak-Nya. Dengan cara demikian kita diajar untuk terus bergantung pada penyertaan Allah dan membawa hati supaya senantiasa berfokus kepada-Nya.

Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Bagikanlah pemahamanmu tentang diberkati untuk menjadi berkat? (ayat 2-3)
  2. Apa yang menjadi kuncinya sehingga Abram dapat menikmati terobosan baru? (Ayat 4 dan Kejadian 22:2)

Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Bagikanlah berkat Tuhan karena tidak akan pernah habis orang yang membutuhkannya. (pg). 

Renungan Lainnya