Sahabat, satu-satunya hal yang tetap sama, yang konstan di dunia ini adalah perubahan. Segala sesuatu pasti berubah. Musim berganti, orang-orang di sekitar kita menua, keinginan kita berubah. Jika demikian, apa yang dapat kita pegang di dunia yang selalu berubah ini?
Penulis surat Ibrani menyatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Dia selalu baik dan mengasihi kita dalam kuasa-Nya. Tidak peduli bagaimana dunia berubah, kita dapat percaya bahwa kasih Tuhan konsisten. Berbeda dengan hubungan antarmanusia yang tidak dapat dipungkiri kerap kali mengalami inkonsistensi. Untuk itu bersyukurlah dan memujilah.
Untuk dapat lebih memahami topik tentang: “BERSYUKURLAH dan MEMUJILAH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 100:1-5 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, Di dunia medis ada alat yang disebut Heart Rate Variability Monitor yang berfungsi untuk mengukur ritme/irama detak jantung seseorang.
Idealnya irama atau ritme detak jatung dari detak satu ke detak yang lain itu teratur dan seimbang. Penelitian HeartMath Institute mengungkapkan bahwa ucapan syukur, penghargaan, pujian, belas kasihan, dan kemurahan hati dapat menciptakan ritme detak jantung seseorang menjadi seimbang dan selaras.
Hal tersebut menyebabkan seseorang merasakan kedamaian dan terhindar dari stres. Sebaliknya frustrasi, kemarahan, kepahitan, kebencian dan emosi-emosi beracun lainnya akan menyebabkan ketidaksinkronan irama jantung sehingga akan menyebabkan seseorang menderita kegelisahan dan stres.
Sahabat, prinsip tersebut di atas secara ilmiah mengungkapkan bahwa seseorang yang bersyukur dan membiasakan memuji, dengan cepat akan berpindah dari frustrasi, depresi, khawatir, jengkel, marah atau benci kepada penghargaan dan kedamaian. Demikian pula mereka yang menanggapi segala sesuatu dengan syukur, penghargaan, pengampunan, sukacita, kasih dan belas kasihan menjadi orang yang sangat damai dalam hidupnya.
Maka Pemazmur mengajarkan agar umat Tuhan senantiasa bersyukur dan memuji Tuhan, “Bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya.” (ayat 4). Dalam tradisi Yahudi bersyukur dan memuji Allah adalah ciri kesalehan. Sementara itu Tuhan Yesus memusatkan tindakan dan ajaran-Nya pada kasih. Ia mengajarkan agar setiap orang mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Mengapa Pemazmur mengajak umat-Nya untuk beribadah dengan syukur? (ayat 2-3)
- Mengapa Pemazmur mengajak umat-Nya untuk bersyukur dan memuji Tuhan? (ayat 4-5)
Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Allah mendambakan kita bukan hanya sehat secara rohani tetapi juga secara jasmani, karena itu bersyukurlah dan memujilah. (pg).