Yesus itu Allah 100% dan Manusia 100%. Yesus sebagai manusia tentu butuh teman untuk berbagi ketika Dia sedang menghadapi pergumulan yang super amat sangat berat.
Sahabat, sesungguhnya tidak mudah mengakui ketakutan dan kelemahan kita kepada orang lain, terlebih jika kita menduduki jabatan struktural yang tinggi. Kita akan berusaha terlihat tegar dan kuat, serta menyembunyikan berbagai kecemasan. Seolah-olah tak ada persoalan yang dapat menyentuh dan menjatuhkan kita. Kita kemudian menutup diri karena tidak ingin dinilai lemah, bahkan kerdil.
Hari ini kita memasuki “Kamis Putih”, untuk itu saya ajak untuk lebih memahami topik tentang “BERBAGI PERGUMULAN HIDUP”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Matius 26:36-46 dengan penekanan pada ayat 38. Sahabat, setiba di Getsemani, Yesus menempatkan delapan murid-Nya untuk duduk agak jauh (ayat 36), tetapi Petrus, Yakobus, dan Yohanes diajak untuk menyertai-Nya berdoa (ayat 37). Sambil berbagi kesedihan-Nya yang sangat mendalam, Yesus meminta ketiga murid-Nya menemani-Nya berdoa sambil berjaga-jaga (ayat 38, 40, 41). Dalam doa-Nya, Yesus memohon agar cawan murka Allah tidak diminum-Nya. Namun, Ia tidak mau memaksakan kehendak-Nya, melainkan memasrahkan kepada kehendak Bapa apa yang terjadi atas diri-Nya (ayat 39).
Ketika Yesus menemui ketiga murid-Nya, Ia menemukan mereka tertidur. Sekalipun gagal menemani-Nya dalam keadaan terjaga, kepada mereka Ia kembali meminta untuk menemani-Nya berdoa hanya satu jam saja (ayat 40), khususnya berdoa bagi pencobaan dari kelemahan kedagingan, yakni rasa kantuk (ayat 41).
Sahabat, isi doa Yesus selanjutnya persis sama dengan yang pertama (ayat 42, 44). Dua kali pula Yesus mendapati ketiga murid-Nya tertidur (ayat 43, 45). Ironis, bagaimana mereka bisa siap siaga terhadap kehendak Bapa jika mereka tidak mampu mengalahkan rasa kantuk? (ayat 45). Akhirnya Yesus membangunkan dan mengajak mereka pergi sebab Sang Pengkhianat sudah datang (ayat 46).
Tindakan Yesus ini menunjukkan bahwa sebagai manusia, mengalami ketakutan dan kesedihan itu sangat wajar. Memang kita tidak dianjurkan mengumbarnya kepada semua orang, tetapi membaginya dengan orang-orang tertentu yang diharapkan dapat memahami keadaan kita.
Sahabat, para murid gagal memahami Yesus, mereka malah tertidur. Tetapi kehadiran mereka di dekat-Nya menjadi penguatan tersendiri bagi-Nya. Kiranya kita juga belajar membagikan pergumulan kita kepada orang lain, dan tidak menanggungnya sendirian, karena kita juga butuh topangan mereka.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami tentang berbagi pergumulan hidup?
- Kepada siapa saja biasanya kamu berbagi tentang pergumulan hidup yang sedang engkau hadapi?
Selamat sejenak merenung. Ingatlah, membuka diri dapat membuat kita terlihat rentan dan lemah, tapi sekaligus dapat beroleh kekuatan karena dukungan dan doa mereka. (pg).