Bung Karno, Presiden kita yang pertama berkata, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Jas Merah).” Sejarah perjuangan bangsa kita sungguh penuh dengan gejolak. Sejak merdeka hingga hari ini kita masih saja melihat pemberontakan yang dilakukan baik oleh individu maupun sekelompok orang agar mereka bisa memisahkan diri dari negara yang menaunginya. Sikap memberontak ini biasanya timbul dari ketidakpuasan akan sesuatu, atau bisa juga akibat adanya konflik dengan keinginan atau kepentingan pribadi.
Sahabat, kita sebagai komunitas orang percaya, lebih baik taat, jangan memberontak.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Lebih Baik TAAT, Jangan MEMBERONTAK”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Bilangan 16: 1-50 dengan penekanan pada ayat 1-2. Sahabat, sekalipun perjalanan melewati gurun itu berat penuh rintangan, sebagai pemimpin, Musa menata dan mengatur banyak hal, demi kebaikan, keutuhan, dan keselamatan bangsa itu. Tetapi, ada saja pihak yang bukannya bahu-membahu menopang malahan hendak memancing di air keruh. Itulah Korah beserta sekutunya (ayat 1-3). Akhir yang tragis menimpa mereka sendiri ketika Tuhan murka atas pemberontakan itu (ayat 30-33).
Ada banyak alasan mengapa seseorang atau sekelompok orang memberontak. Dari bacaan kita, pemberontakan terjadi karena dua motif utama. Pertama, pemberontakan yang dilakukan oleh Korah dan 250 pemimpin umat (ayat 1-2). Mereka tidak suka dengan kepemimpinan Musa dan Harun. Alasannya, mereka tidak puas dengan posisi dan jabatan mereka sebagai pengurus perabot kemah pertemuan (Bilangan 4:1-20). Mereka sangat berambisi untuk meraih jabatan imam. Hal ini membuat mereka iri hati dan cemburu, lalu menuduh Musa dan Harun meninggikan diri (ayat 3).
Kedua, pemberontakan Datan dan Abiram terhadap Musa (ayat 12). Mereka kecewa terhadap Allah yang sampai saat itu tidak menepati janji-Nya. Perasaan kecewa itu mereka lampiaskan kepada Musa. Dalam kemarahan, mereka berdua memfitnah Musa berencana membinasakan seluruh orang Israel (ayat 13-14).
Sepintas kita hanya melihat mereka memberontak terhadap Musa dan Harun. Padahal, secara tidak langsung mereka memberontak terhadap Allah. Sebab Allah yang mengutus Musa dan Harun untuk memimpin mereka. Mereka tidak mau tunduk dan taat kepada Allah, melainkan memaksakan ambisi dan keinginan hati sendiri.
Sahabat, terkadang kita suka melakukan hal yang dilakukan Korah, Datan, dan Abiram. Kita memberontak terhadap pemimpin gereja atau lembaga gerejawi karena keputusan dan cara mereka memimpin. Kita sering memprotes dan mengeluh, bahkan berpikir negatif tentang para pemimpin kita.
Tidak sedikit dari kita yang diam-diam membangkang terhadap peraturan gereja. Kita lebih menyoroti sisi negatif para pemimpin gereja sehingga lupa bahwa mereka adalah hamba Tuhan yang punya kelemahan. Lalu, kita kehilangan rasa hormat dan tidak menghargai mereka. Kita perlu membuang sikap semacam itu.
Sahabat, kita perlu belajar untuk dipimpin dan memaklumi kelemahan pemimpin sebagai manusia. Saling memahami antara yang memimpin dan yang dipimpin merupakan hal penting.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu sendiri, apa yang engkau lakukan ketika engkau tidak setuju dengan keputusan atau model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Gembala Jemaat di gerejamu? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati dan menolong. (pg)