PANTANG KEKERASAN
Sahabat, mobilisasi massa untuk melakukan tindakan kekerasan seringkali digunakan orang dalam menyelesaikan suatu masalah atau untuk pencapaian suatu tujuan. Padahal kekerasan bukanlah cara terbaik dalam penyelesaian suatu masalah atau sebagai jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Kekerasan justru cenderung melahirkan dendam dan menanam rasa benci yang kemudian menjadi pemicu terjadinya masalah-masalah baru yang semakin menyulitkan banyak pihak dan menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan.
Untuk lebih memahami topik tentang: “PANTANG KEKERASAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 59:1-18 dengan penekanan pada ayat 17. Sahabat, konteks Mazmur 59 yaitu ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumah Daud untuk membunuhnya (ayat 1). Saul berusaha membunuh menantunya. Kejadian ini bukan kali pertama. Sebelumnya, Saul telah melemparkan lembingnya kepada Daud, namun meleset. Jauh sebelumnya, Saul berupaya membunuh Daud dengan mengirimkannya ke banyak pertempuran dengan harapan mati dalam tugas, tetapi Daud selalu menang. Segala tindakan Saul didasari iri dan ketakutan bahwa Daud akan mengambil alih kerajaannya.
Sahabat, sangat menarik, dalam keadaan sebagai musuh nomor satu dari orang nomor satu di Israel, Daud menaruh harapannya hanya kepada Allah. Mazmur 59 dimulai dengan permohonan agar dilepaskan dari musuh (ayat 2). Daud percaya bahwa Allah sanggup melepaskan dirinya dari orang-orang yang akan membunuhnya. Karena Tuhan, Allah semesta alam, adalah Allah Israel (ayat 6), maka tidak ada yang dapat terjadi di luar izin-Nya. Daud memercayakan dirinya kepada Allah.
Menarik pula disimak bahwa Daud tidak mengeluh tentang keadaannya. Mungkin kita berpikir bahwa Daud punya segudang alasan untuk mengeluh. Bagaimanapun, Daud tidak melakukan suatu kesalahan apa pun (ayat 4) sehingga Saul ingin membunuhnya. Orang-orang suruhan Saul pun agaknya menutup mata terhadap ketidakbersalahan Daud. Mereka hanya ingin menyenangkan hati raja.
Ini yang perlu mendapat perhatian kita, berkenaan dengan situasi yang dialaminya, Daud tidak melakukan pembelaan diri. Dia juga tidak angkat senjata untuk melawan orang-orang yang hendak membunuhnya, tetapi memercayakan semuanya kepada Allah. Meski situasinya penuh dengan ketegangan, Daud tetap bernyanyi tentang kekuatan dan kasih setia Allah (ayat 17).
Bagaimana dengan kita? Situasi yang dialami Daud bisa menimpa kita kapan saja. Kita bisa belajar dari Daud yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dia belajar untuk memberlakukan sikap pantang kekerasan.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tuliskanlah pengalamanmu sebagai murid Kristus dalam mengembangkan sikap pantang kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau persoalan di keluargamu.
Selamat sejenak merenung. Sekarang mari kita berdoa: “Bapa, ajarlah kiranya kami untuk senantiasa saling mengasihi. Jauhkanlah kami dari segala bentuk kekerasan, dan mampukanlah kami untuk menyelesaikan setiap masalah dengan rembuk bareng berdasarkan kasih.” (pg)