Laodikia terletak kira-kira 43 mil sebelah tenggara kota Filadelfia, 11 mil sebelah barat kota Kolose, dan 6 mil sebelah selatan kota Hierapolis (bnd. Kolose 4:13) di Lembah Lisius. Kota ini adalah pintu gerbang ke Efesus, batas timur kira-kira 100 mil merupakan pintu gerbang ke Siria.
Sahabat, Laodikia menjadi pusat perdagangan yang makmur dan berpengaruh. Industri wolnya berkembang pesat dengan produksi dan ekspor wol hitam, manufaktur pakaian sehari-hari dan pakaian mahal, serta penemuan salep mata yang efektif. Kota ini memiliki sekolah kedokteran yang maju dengan spesialisasi dalam bidang pengobatan mata dan telinga, dan telah mengembangkan salep untuk penyembuhan radang mata. Salep mata ini membuat sekolah kedokteran di Laodikia menjadi terkenal pada waktu itu.
Untuk lebih memahami topik tentang: “BUKALAH PINTU HATIMU”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Wahyu 3:14-22, dengan penekanan pada ayat 20. Sahabat, bacaan kita pada hari ini merupakan firman Tuhan kepada jemaat di Laodikia mengingat kondisi rohani mereka yang tidak dingin dan tidak panas (ayat 15). Keadaan suam-suam kuku itu seperti makanan yang menjadi basi, dan Tuhan akan memuntahkan mereka dari mulut-Nya (ayat 16), artinya mereka tidak dapat menyatu dengan Tuhan.
Jemaat di Laodikia merasa hidup mereka sudah cukup dengan kekayaan yang berhasil mereka kumpulkan, namun di mata Tuhan, mereka miskin dan buta rohani (ayat 17). Tuhan menasihatkan agar mereka membeli emas murni, iman sejati dari Tuhan; dan pakaian putih yaitu kekudusan yang dianugerahkan Tuhan; serta minyak untuk melumas mata mereka agar celik dalam melihat kebenaran (ayat 18). Sesungguhnya itulah kekayaan rohani yang dibutuhkan oleh setiap orang percaya
Sahabat, Allah menginginkan setiap jemaat-Nya bertumbuh dan berkembang, Allah tidak menginginkan kita berdiri di tempat, tidak maju tidak mundur. Mereka akan mengalami stagnasi dengan tidak bergeming terhadap perubahan atau mereka tidak ada respons untuk bergerak dan maju bagi pertumbuhan rohaninya.
Oleh karena itu Allah berdiri di muka pintu dan mengetuk, Allah berusaha mengetuk pintu hati kita yang sudah tertutup. Kadang-kadang kita merasa tidak butuh Tuhan, tidak butuh apa-apa lagi. Keadaan sepeti ini sangat membahayakan diri kita sendiri, karena kerohanian kita mungkin akan menjadi lemah dan mati. Diri kita menjadi suam, tidak maju dan tidak mundur, bahkan kita sering menjadi apatis terhadap segala kegiatan, pergumulan, dan perubahan dalam gereja.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Bacaan kita pada hari ini merupakan firman Tuhan yang disampaikan kepada jemaat di mana? (Ayat 14)
- Bagaimana kondisi kerohanian jemaat tersebut? (Ayat 15)
- Apa reaksi Tuhan terhadap kondisi kerohanian jemaat tersebut? (Ayat 16)
- Mengapa jemaat tersebut kerohaniannya mengalami stagnasi? (Ayat 17)
- Apa yang harus dilakukan oleh jemaat tersebut agar mengalami pemulihan? (Ayat 18)
Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)