MELANGKAH DENGAN HARAPAN

Di tahun 1871, Chicago dilanda kebakaran hebat yang memusnahkan sebagian besar kota. Dalam kebakaran itu, seorang pengacara sukses bernama Horatio Spafford kehilangan hampir seluruh asetnya. Belum pulih dari kejadian tersebut, ia kehilangan empat putrinya dalam kecelakaan kapal saat mereka menuju Eropa. Dalam perjalanan melintasi samudra untuk menyusul istrinya yang selamat, Horatio menulis lirik lagu yang menjadi terkenal hingga kini: It is Well with My Soul (Tenanglah Jiwaku). Meski di tengah kehilangan, ia tetap menemukan pengharapan dalam Tuhan. Amsal 3:5 berkata,“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”.  Ayat ini mengingatkan setiap orag percaya untuk berani mempercayakan jalan hidupnya dengan utuh kepada Tuhan, meskipun situasi di depan terlihat gelap dan tidak pasti. Seperti Horatio, melangkahlah dengan keyakinan bahwa Tuhan memiliki rancangan yang baik, bahkan di tengah penderitaan sekalipun. Tahun baru tak hanya membawa harapan, namun juga kecemasan akan hal-hal yang tidak pasti. Ketika orang percaya memilih untuk bersandar kepada Tuhan, ia tidak hanya mendapat kekuatan untuk melangkah, tetapi juga damai yang melampaui segala akal.  Mari memulai tahun baru dengan penuh percaya dan mengijinkan Tuhan melatih iman anak-anakNya. Seperti sebuah kapal yang berlayar di tengah badai, hidup  orang yang berani berserah akan lebih kokoh jika menjatuhkan jangkar dan menambatkannya pada Tuhan, sebagaimana kata bijak mengatakan,”Urip kuwi ora mung ngliwati banyu lan geni, nanging uga ngugemi pengarep-arep ing Gusti. “ (Hidup itu bukan hanya melewati air dan api, tetapi juga memegang pengharapan dalam Tuhan).  Mari terus menampatkan harapan kepadaNya dan berani terus mempercayakan diri untuk melangkah bersamaNya.  (sTy)

ANUGERAH ALLAH MEMBONGKAR SEKAT

Saudaraku, kalau ada seorang yang harus mengubah pemikiran secara radikal demi pekerjaan Allah maka nama Petrus akan disebutkan.  Kejadian di rumah Simon Penyamak Kulit memaksa Petrus membuka mata kepada perbedaan, satu hal asing bagi seorang Yahudi tulen.  Mari merenungkan Kisah Para Rasul 10. Betapa kagetnya Petrus ketika hingga tiga kali Tuhan mengatakan kepadanya ,”apa yang dinyatakan halal bagi Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” (Kisah Para Rasul 10:15).  Perkara halal haram suatu makanan adalah hal yang sangat serius bagi seorang Yahudi bahkan melampaui rasa lapar.  Lebih baik mati kelaparan daripada makan makanan haram, begitu prinsipnya.  Bukankah Tuhan begitu serius menetapkan makanan halal dan haram sebagaimana tertulis dalam Imamat 11 dan mengapa Ia seperti membatalkan yang ditetapkanNya sendiri?  Dalam kasus Kornelius, Tuhan menghendaki Petrus untuk menjangkau keluarga Kornelius yang bukan Yahudi karena anugerahNya menembus segala sekat.  Anugerah keselamatan dalam Kristus membuat semua bangsa diijinkan untuk menikmatinya.  Butuh waktu bagi Petrus untuk memahami dahsyatnya anugerah Tuhan.  Petrus harus mengubah pemikirannya secara radikal dalam waktu singkat sebelum ia menerima utusan Kornelius dan meluncur menuju rumah keluarga itu untuk membaptis mereka keesokan harinya.  Hanya Tuhan saja yang bisa mengubah Petrus dengan radikal sehingga ia mau bertemu dengan mereka sebagaimana dikatakannya,”… Allah menunjukkan kepadaku bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil lalu datang kemari.” (Kisah Para Rasul 10:28-29).  Perubahan karena Tuhan sungguh radikal.  Tuhan meruntuhkan sekat yang dibuat manusia karena anugerahNya. Sejatinya Tuhan menginginkan setiap orang percaya memiliki pemikiran melampaui sekat, sebagaimana pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose,”Oleh sebab itu, tidak ada lagi perbedaan antara orang Yahudi yang bersunat dengan bangsa-bangsa lain yang tidak bersunat. Kita pun tidak lagi membeda-bedakan orang berdasarkan asal usul maupun kedudukannya … Yang terpenting bagi kita adalah bahwa kita semua sudah menjadi satu umat karena bersatu dengan Kristus!” (Kolose 3:11, TSI).  Kristus sudah menyatukan semua dalam anugerah, pengampunan dan  diikat dalam darahNya, maka anak-anakNya perlu untuk membongkar sekat yang masih tersisa: sekat etnis, ekonomi, pendidikan bahkan sekat generasi.  Mari belajar untuk memahami bahwa anugerah Tuhan sajalah yang menyatukan anak-anakNya maka buatlah jembatan dan bukan tembok dalam komunitas iman.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

DISUNTING ULANG

Seorang editor memiliki tugas untuk menyunting tulisan atau gambar pendukung agar bacaan yang diterbitkan dapat dipahami dan dinikmati oleh pembacanya.  Bayangkan saja kalau tidak ada seorang editor dalam sebuah karya tulisan, maka seringkali tulisan akan menjadi ‘mentah’ sehingga kurang dapat dinikmati. Hidup ibarat sebuah karya dan penulis Amsal mengatakan “Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.” (Amsal 16:3, TB) Thomas Edison, seorang penemu besar,  suatu malam dia kehilangan laboratoriumnya karena kebakaran. Semua hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun hangus dalam sekejap. Ketika anaknya mencari-cari ayahnya di tengah-tengah reruntuhan, ia ayahnya menemukannya sedang berdiri tenang, memandang api. Edison berkata, “Semua kesalahan kita terbakar habis. Terima kasih Tuhan, kita bisa memulai dari awal.”  Meski kehilangan segalanya, Edison melihat kesempatan untuk memulai dari awal lagi ia akhirnya menciptakan lebih banyak inovasi setelah peristiwa kebakaran itu. Terkadang Tuhan “mengedit” rencana-rencana anak-anakNya dengan mengijinkan mereka melalui masa sulit, namun hasil akhirnya adalah sesuatu yang lebih baik daripada yang pernah dibayangkan. Manusia sering mulai memasuki babak baru dengan sederet daftar rencana dan target. Namun, sering kali rencana itu tidak berjalan seperti yang diharapkan. Amsal 16:3 mengingatkan bahwa ketika manusia menyerahkan segala rencana kepada Tuhan, itu berarti mengijinkan Tuhan untuk “mengedit” langkah kita demi tujuan yang lebih besar dan lebih baik.  Tentunya proses ini tidak mudah, karena manusia cenderung ingin mengontrol segalanya. Namun, kalau dia percaya bahwa Tuhan merupakan editor yang sempurna, maka ia akan menerima setiap perubahan yang dibuatNya dengan sukacita. Di tahun 2025 ini, mari membuka hati untuk membiarkan Tuhan menyunting bagian  kurang selaras dengan kehendak-Nya, sehingga hidup ini berkenan di hati-Nya. Mari ijinkan Tuhan untuk menjadi editor dalam setiap rencana kita dan terus belajar berserah kepada-Nya sebagaimana sebuah kalimat bijak mengatakan: “Sopo sing nyumanggake diowahi dening Gusti, bakal luwih cedhak marang rahmat lan berkah.”  (Siapa bersedia diubah oleh Tuhan, akan lebih dekat pada rahmat dan berkat-Nya). (sTy)

PERAN KECIL ANANIAS

Saudaraku, peran figuran memang seakan tak sebanding dengan pemeran utama dalam sebuah pertunjukan.  Kamus Besar Bahasa Indonesia memuat makna figuran sebagai pemain yang memegang peran tak berarti.  Namun siapapun yang bergulat di dunia pertunjukan mengakui pengaruh figuran untuk kesuksesan mereka.   Sepertinya inilah peran Ananias dari Damsyik sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 9:10-18. Ada rencana Tuhan yang besar untuk Saulus, seorang Yahudi garis keras yang mengalami perjumpaan dengan Yesus sendiri.  Sungguh tidak masuk akal.  Walau Ananias butuh waktu untuk memahami pikiran Tuhan yang belum terpahami olehnya, namun ketaatan Ananias membuatnya mampu melaksanakan tugasnya.  Segala prasangka Ananias tentang Saulus lenyap dan berganti dengan ketulusan seorang saudara seiman dengan memanggil Saulus dengan sebutan saudaraku (Kisah Para Rasul 9: 17) dan membaptiskan Saulus.  Dan begitulah kisah masuknya Saulus dalam bilangan orang yang percaya, fokus lensa sejarah mulai terarah kepadanya dan pada akhirnya nama Ananias tak disebutkan lagi di Kisah Para Rasul.  Peran Ananias bagaikan figuran yang kecil namun mempengaruhi alur cerita. Sering kali Tuhan menempatkan manusia menjadi figuran bagi sesamanya.  Mungkin hanya menjadi teman seperjalanan di satu tempat, bertemu sekilas dalam urusan bisnis dan lain-lain. Namun orang percaya punya tugas untuk menjadi garam dan terang untuk membawa pengaruh positif bagi orang lain dalam upaya untuk mengabarkan Kabar Baik supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16). Mungkin orang yang mendapat dampak positif tak mengingat nama kita, namun fokus kita hanyalah melaksanakan tugas untuk memberitakan Kabar Baik agar nama Tuhan dimuliakan.  Mari terus meminta Tuhan memberi kesadaran ini karena sekecil apapun perbuatan kasih yang dilakukan akan membawa dampak yang besar bagi sesama.  Kiranya nama Tuhan makin harum  melalui kehidupan orang percaya yang terus membawa dampak positif bagi dunia. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

BERKAT TUHAN DALAM PERENCANAAN

Tahun baru kadang diidentikkan dengan resolusi, sebuah keputusan yang diambil berdasarkan harapan.  Ada orang yang menyamakan dengan  target yang akan dicapai.  Sebuah resolusi tidak akan bisa menjadi kenyataan tanpa tindakan atau usaha untuk mewujudkannya.  Bagi orang percaya, harapan memang harus ditindak lanjuti dengan semangat dalam penyerahan penuh kepada Tuhan.  Mari renungkan Mazmur 37:6 yang berkata,”Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak”. Ketika Ludwig van Beethoven kehilangan pendengarannya, ia menghadapi masa-masa sulit yang hampir menghancurkan kariernya sebagai komposer. Namun, Beethoven tidak menyerah. Dengan keberanian dan keyakinan, ia terus berkarya dan  menciptakan beberapa karya terbesar sepanjang masa. Dalam suratnya kepada saudaranya, ia menulis, “Aku akan memegang takdirku sendiri di bawah panduan Tuhan.” Ia percaya bahwa ada kuasa ilahi yang menuntunnya, bahkan dalam keterbatasan. Kebanyakan manusia memulai tahun baru dengan segudang rencana dan harapan, menyusun daftar tujuan, tetapi seringkali lupa bahwa tanpa campur tangan Tuhan, semua itu bisa saja menjadi sia-sia. Amsal 37:6 menyatakan agar manusia menyerahkan semua rencana kepada Tuhan dan  percaya bahwa Dia akan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya yang terbaik.  Menyerahkan rencana kepada Tuhan bukan berarti pasrah pasif tanpa usaha. Sebaliknya, manusia diajak untuk bekerja keras sambil percaya bahwa Tuhan, dalam hikmat-Nya yang sempurna, akan menyempurnakan semua rancangan yang ditetapkan. Ketika Tuhan dilibatkan dalam setiap langkah, berkat-Nya akan turun, memberikan damai sejahtera bahkan di tengah tantangan. Rencana manusia mungkin terlihat sempurna di atas kertas, tetapi hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik. Mari jalani tahun ini dengan langkah iman, menyerahkan seluruh rencana kepada-Nya  karena Dialah Allah yang setia dan sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita pikirkan.  Ingatlah sebuah  kalimat bijak:  “Gusti paring dalan kanggo wong kang sabar lan pasrah marang kersane.” (Tuhan menyediakan jalan bagi mereka yang sabar dan berserah kepada kehendak-Nya). (sTy)