DIHANCURKAN OLEH KEMARAHAN

Saudaraku, kemarahan bagaikan api yang akan berguna jika dikuasai namun akan menghancurkan saat itu tak terkendali.  Sejarah gereja menunjukkan bahwa kemarahan sungguh membuat manusia serohani bagaimanapun akan menjadi monster yang sangat mengerikan saat ia dikuasai oleh kemarahan. Mari membaca dan merenungkan Kisah Para Rasul 8:54-60 Stefanus sempat menyampaikan pembelaan diri di depan Mahkamah Agama, orang-orang yang rohani dan berilmu teologi yang mantap.  Namun tak ada seorang pun yang mau ditegur dalam situasi sepanas itu, apalagi oleh seorang seperti Stefanus dan akibatnya sangat fatal dan brutal bagi Stefanus.  Orang-orang Yahudi yang sudah memiliki kebencian dengan pengikut Jalan Tuhan, kalah berdebat dengan Stefanus dan dikorek sejarah kelam mereka terhadap para nabi membuat mereka meledak dalam marah.  Ekspresi mereka digambarkan dengan beberapa kata: Tertusuk hati, mengertakkan gigi, berteriak-teriak dan menutup telinga.  Semua menunjukkan intensitas kemarahan yang makin memuncak dan pada akhirnya mereka mengakhiri dengan menyeret Stefanus ke luar kota dan melemparinya dengan batu. Itu hanya awal dari rentetan kekejaman kepada sesama yang berbeda keyakinan dengan mereka selama berabad-abad.  Semua ini menunjukkan bagaimana dahsyatnya kemarahan yang dipupuk dengan kebencian dan dibiarkan berkembang tanpa kendali.  Tuhan memberikan mekanisme marah dalam diri manusia untuk pertahanan diri saat mereka menghadapi ancaman dari luar.  Rasa marah membuat manusia mampu membuat koreksi terhadap diri sendiri dan keadaan yang sudah mulai memburuk dan tak bisa ditoleransi.  Namun kemarahan yang tak terkendali akan membuat manusia kehilangan kontrol diri dan menghancurkan obyek yang membuatnya terancam dan mengoyak kedamaian.  Kemarahan adalah mekanisme yang harus diwaspadai saat ia muncul sebagai bentuk pembelaan diri.  Rasul Yakobus mengatakan : Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar tatapi lambat untuk berkata-kata  dan juga lambat untuk marah sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. (Yakobus 1:19-20).  Di dunia yang makin cepat dan dinamis, manusia berhadapan dengan rasa tidak aman yang intensitasnya makin tinggi sehingga membuat  banyak manusia yang marah dan tak mampu menguasai diri sehingga menghilangkan nyawa orang terdekat, mencelakai orang yang tak bersalah hingga membuat masa depannya sendiri hancur berantakan karena berurusan dengan hukum.  Saudaraku, sebagai orang yang percaya kepada Kristus, mari belajar untuk meminta hikmat dan penguasaan diri setiap saat sehingga mampu mengendalikan diri saat rasa marah menguasai hati dan pikiran.  Kuasai diri dan tenanglah agar kita bisa berdoa (1 Petrus 4:17)  karena doa memberi efek damai bagi mereka yang gundah dan marah. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Serving God and Fellows

MAZMUR 45. Sahabat, sesuai judul yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Mazmur 45 merupakan nyanyian yang disampaikan oleh bani Korah pada waktu pernikahan raja. Uniknya, bani Korah menyatakan nyanyian ini bukan hanya sebagai nyanyian kasih, tetapi juga nyanyian pengajaran. Bahkan nyanyian pengajaran ditempatkan terlebih dahulu sebelum penyebutan nyanyian kasih. Bukankah nyanyian pada waktu pernikahan lebih pantas disebutnyanyian kasih? Tetapi, mengapa bani Korah juga menyebutnya sebagai nyanyian pengajaran? Sesungguhnya Mazmur 43 selain menggambarkan keagungan kasih dari sang Raja dan permaisurinya (Ayat 3, 4, 10, 11, 12), nyanyian ini juga mengajarkan pentingnya keelokan karakter sang Raja yang ditunjukkan dengan bertindak demi kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan (Ayat 5, 7, 8), melebihi keelokan fisik semata. Selain itu, mazmur ini juga mengajarkan betapa pentingnya ketundukkan dan hormat dari sang mempelai perempuan kepada raja karena ia adalah tuannya (Ayat 12). Tindakan mempelai laki-laki yang didasarkan pada kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan, direspons dengan hormat dan ketundukkan dari mempelai wanita. Konsep yang sama juga dapat kita temukan di dalam surat-surat Paulus, khususnya surat Efesus 5:21-33 dan Kolose 3:18-19. Sahabat, sangat menarik, dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam surat Ibrani 1:8-9, penulis Ibrani mengutip bagian mazmur ini (Ayat 7-8) untuk merujuk kepada pribadi Yesus Kristus, “Tetapi tentang Anak Ia berkata:…” (Ibrani 1:8a). Ini artinya, mazmur ini bukan sekadar mazmur yang dinyanyikan dalam rangka pernikahan raja, tetapi juga merupakan mazmur mesianik yang menggambarkan tentang keagungan pribadi dan relasi Yesus Kristus dengan gereja-Nya. Yesus yang di dalam kebenaran dan keadilan telah menunjukkan kasih-Nya bagi kita yang adalah gereja-Nya dan umat pilihan-Nya. Oleh karena itu, patutlah kita menunjukkan kasih di dalam ketundukkan dan hormat kepada-Nya di sepanjang hidup kita. Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “Serving God and Fellows (Melayani Tuhan dan Sesama). Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 45:1-18. Sahabat, renungan ini saya tulis khususnya dalam rangka menyongsong Pilkada yang akan berlangsung pada tanggal 27 November 2024. Tugas dan kewajiban seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Seseorang perlu mempersiapkan diri dengan berbagai kualitas tertentu agar layak menjalankan perannya sebagai pemimpin. Belum lagi jika kita berbicara mengenai harapan orang-orang yang dipimpin terhadap pemimpinnya. Semua ini menjadikan peran seorang pemimpin tidak bisa dipandang sebelah mata. Kiranya demikianlah gambaran dari bacaan kita pada hari ini. Mazmur 45 berisi sebuah harapan tentang gambaran ideal seorang pemimpin (Raja). Pemazmur melukiskan Raja sebagai sosok yang elok serta bersahaja. Namun di sisi lain, ia adalah pejuang gagah berani yang siap membela kerajaannya (Ayat 3-4). Pemimpin dalam gambaran penulis mazmur adalah sosok yang mencintai kebajikan serta keadilan. Itu semua diarahkan untuk menuntunnya ke dalam perjuangan untuk menegakkan kemanusiaan (Ayat 4-5). Semua pemimpin dalam mazmur atau bagian lain di dalam Alkitab merupakan sosok manusia biasa. Kekuasaannya tidak datang dari diri mereka sendiri. Sumbernya berasal dari Tuhan. Allah memberikan kepercayaan kepada seseorang agar ia dapat memimpin dengan bijaksana, adil, benar, dan membawa manfaat positif bagi rakyatnya. Karena itu, seorang pemimpin adalah orang yang dekat dengan Allah. Sebab, Ia adalah Sang Pemberi mandat untuk memimpin. Sahabat, sering kali, perasaan kita mengatakan bahwa kepemimpinan adalah soal diri, organisasi, dan kumpulan orang. Namun melalui bacaan kita pada hari ini, kita diingatkan tentang dua prinsip penting dalam kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan adalah soal perjuangan menegakkan kebajikan serta keadilan. Kedua, pemimpin juga seseorang yang selalu dekat dengan Allah, Sang Pemberi Mandat. Akhirnya, menjadi pemimpin bukan lagi soal pemuasan hasrat, melainkan PELAYAN BAGI TUHAN DAN SESAMA. Pemimpin itu MELAYANI TUHAN dan SESAMA.  Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan renungan dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 2? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Pemazmur menyatakan bahwa lidah kita itu laksana pena yang sedang melukis dan mewarnai hidup seseorang:  Berwarna putih, biru, cerah, buram, atau hitam pekat. (pg).