Menghormati Orang yang Diurapi
DIURAPI. Sahabat, dari “Got Question” saya mendapat informasi bahwa pengurapan berasal dari kebiasaan para gembala. Kutu dan serangga lainnya sering masuk ke dalam bulu domba. Ketika sampai ke dekat kepala domba, kutu dan serangga ini bisa masuk ke dalam liang telinga sehingga membunuh domba tersebut. Jadi, gembala-gembala di zaman dulu menuangkan minyak di atas kepala domba. Hal tersebut membuat bulu domba menjadi licin, sehingga mustahil bagi serangga untuk mendekati telinga domba. Dari kebiasaan inilah, urapan menjadi simbol dari berkat, perlindungan, dan pengesahan.Kata Yunani yang dipakai di Perjanjian Baru untuk “mengurapi” adalah chrio, yang berarti untuk mengolesi memakai minyak dengan maksud untuk menahbiskan ke dalam satu jabatan pelayanan. Selain itu juga dipakai kata aleipho, yang berarti untuk mengurapi. Pada zaman itu, orang diurapi dengan minyak untuk menyatakan berkat Allah atau mengesahkan panggilan hidup orang tersebut (Keluaran 29:7; Keluaran 40:9; 2 Raja-Raja 9:6; Pengkhotbah 9:8; dan Yakobus 5:14).Sahabat, seseorang diurapi untuk tujuan tertentu: Untuk menjadi raja, untuk menjadi seorang nabi, untuk membangun sesuatu, dan lain-lain. Tidak ada yang salah dengan praktik mengurapi seseorang dengan minyak pada hari ini. Kita hanya perlu memastikan bahwa tujuan pengurapannya itu alkitabiah. Minyak urapan jangan dilihat sebagai ramuan ajaib. Minyak itu sendiri tidak memiliki kekuatan apa pun. Hanya Tuhan yang bisa mengurapi seseorang untuk tujuan tertentu. Jika kita menggunakan minyak, itu seharusnya hanya menjadi simbol dari apa yang Tuhan lakukan.Hari ini kita akan membaca dan merenungkan dari kitab 1 Samuel 26:1-25 dengan penekanan pada ayat 9. Sahabat, menghormati pemimpin merupakan sikap terpuji. Tentu tidak semua pemimpin melakukan kebaikan. Tindakan penghormatan dilakukan karena kita percaya bahwa Tuhanlah yang menghadirkan pemimpin. Menghormati pemimpin adalah tanda menghormati Tuhan.Dalam bacaan kita pada hari ini, Daud kembali menunjukkan penghormatan kepada Saul, sekalipun Saul memperlakukannya sebagai buronan. Daud memiliki kesempatan untuk membalas tindakan jahat Saul. Saat itu, Saul bersama dengan pasukannya tengah beristirahat. Agaknya kelelahan hebat membuat mereka terlelap (Ayat 7). Sebuah kesempatan tepat untuk bertindak menghentikan langkah Saul yang selalu hendak membunuh Daud. Abisai berinisiatif untuk menghabisi Saul (Ayat 8). Daud menolak dengan alasan karena Saul adalah orang yang diurapi Tuhan (Ayat 9). Sababat, bagi Daud, Tuhan sendiri yang akan bertindak menghentikan Saul. Daud menyuruh Abisai mengambil tombak dan kendi minuman Saul. Dengan tombak dan kendi di tangan, Daud mempertanyakan alasan Saul memburunya. Jika memang Tuhan yang memerintahkan hal itu, Daud akan datang dan bertobat. Jika manusia yang menyuruhnya, Daud mendoakan agar orang itu dikutuk Tuhan (Ayat 19). Pernyataan Daud membuat Saul menyesal. Saul berjanji akan menghentikan tindakannya (Ayat 21). Daud pun mengembalikan tombak dan kendi Saul.Daud memercayai bahwa pemimpin datang dari Tuhan. Jika pemimpin melakukan hal yang buruk, Tuhan yang akan bertindak. Keyakinan Daud ini membuatnya menghargai Saul sekalipun sikap Saul terhadapnya buruk dan menyakitkan.Sahabat, di tengah kehidupan yang cenderung tidak menghargai pemimpin, kita diingatkan untuk menaruh hormat kepada pemimpin. Sikap hormat bukan berarti asal bapak senang. Kritik tetap boleh dilakukan asal semuanya disampaikan dengan sikap hormat. Tuhan telah mengizinkan keberadaan sosok tertentu sebagai pemimpin dalam hidup kita. Mari kita menghormati orang yang diurapi. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 23? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan mempunyai cara dan waktu sendri untuk menolong kita. Bersabarlah! (pg).
Kesabaran Mendatangkan Kebaikan
KESABARAN. Sahabat, ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, kesabaran adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Ujian sejati dari kesabaran terjadi ketika hak-hak kita dilanggar; ketika mobil lain memotong jalur kita di jalanan; ketika kita diperlakukan tidak adil; ketika rekan kerja kita mengejek iman kita, dan sebagainya. Ketidaksabaran tampak seperti kemarahan yang kudus. Alkitab menyatakan kesabaran sebagai salah satu dari buah Roh (Galatia 5:22) yang harus dihasilkan oleh semua orang percaya (1 Tesalonika 5:14). Kesabaran merupakan bentuk perwujudan iman kita terhadap waktu, kemahakuasaan, dan kasih Allah.Kesabaran itu tidak bisa dibangun dalam semalam. Kuasa dan kebaikan Allah sangat penting dalam membangun kesabaran. Surat Kolose 1:11 menyatakan bahwa kita dikuatkan oleh-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar. Sedangkan surat Yakobus 1:3-4 menguatkan kita untuk tahu bahwa pencobaan adalah cara yang Dia gunakan untuk menyempurnakan kesabaran kita.Sahabat, di dalam Alkitab, kita melihat banyak contoh dari perjalanan hidup tokoh-tokoh Alkitab dengan Allah ditandai dengan kesabaran. Yakobus mengingatkan kita akan nabi-nabi yang merupakan teladan penderitaan dan kesabaran (Yakobus 5:10). Dia juga mengingatkan kita mengenai Ayub, yang ketekunannya dihargai dengan apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya (Yakobus 5:11). Abraham juga, menunggu dengan sabar dan memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya (Ibrani 6:15). Yesus adalah teladan kita dalam segala hal. Dia menunjukkan kesabaran dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (Ibrani 12:2). Hari ini kita akan membaca dan merenungkan 2 Samuel 16:5-16 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, seorang polisi mengalami peristiwa tidak menyenangkan ketika ia menghentikan seorang perempuan bermobil yang melakukan pelanggaran. Ia memberikan surat tilang, tetapi perempuan itu mengamuk, mulai mencakar dan memukul sambil melontarkan perkataan kasar. Hebatnya, polisi itu bergeming. Ia hanya berupaya menghindari pukulan itu tanpa membela diri. Kesabarannya itu mengundang banyak simpati. Akhirnya ia diberi penghargaan oleh Kapolda Metro Jaya.Daud pun pernah mendapatkan perlakuan serupa ketika ia dan para pengikutnya melarikan diri dari usaha kudeta Absalom. Di tengah jalan, Simei, yang termasuk salah seorang keluarga Saul, datang dan melempari rombongan Daud dengan batu serta mengucapkan kata-kata kutuk. Abisai, salah seorang pengikut Daud, bereaksi dan meminta izin untuk memenggal kepala Simei. Daud bereaksi sebaliknya. Alih-alih memberi izin, ia justru menegur Abisai dan membiarkan Simei terus mengutuk. Dan Daud menunjukkan kesabarannya dengan perkataan: “Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” (Ayat 12). Daud yakin kesabaran mendatangkan kebaikan.Sahabat, memang tindak kebenaran yang kita lakukan tidak selalu membuahkan hal yang baik untuk kita. Kadang-kadang kita justru menerima perlakuan yang buruk. Namun, Tuhan bisa memakai situasi itu untuk menguji hati kita. Setiap perlakuan buruk sesungguhnya menguji kualitas hati kita dan menjadikan kita semakin dewasa secara rohani. Menjadikan kita semakin sabar. Kesabaran mendatangkan kebaikan. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang ayat 12? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sabar adalah kesadaran bahwa kita percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa dan yang Mahatahu akan segala sesuatu. (pg).