POST HOLIDAY BLUES

Saudaraku, mari kita membaca dan merenungkan Pengkotbah 3 :11: “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Mari kita terlebih dahulu menghafalkan surat Roma 15:13: “Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah.” Apakah ada diantara kita yang pernah mengalami suntuk, jenuh, bahkan sedih, sesaat setelah selesai liburan? Jika ya, bisa jadi Saudara mengalami yang namanya “post-holiday blues”. Saat hendak berlibur, kita akan fokus pada rencana perjalanan dan persiapan yang dibutuhkan. Kita merasa akan semangat, gembira, dan penuh gairah. Setelah liburan berakhir, beberapa orang akan merasa bosan, terisolasi, dan “tersesat” saat kembali ke rutinitas mereka yang semula. Masalah yang sesungguhnya terjadi ketika seseorang mengalami “post-holiday blues” adalah mereka memiliki orientasi yang salah terhadap liburan itu sendiri. Ada yang menganggap liburan sebagai tujuan, beberapa orang berkata,”Cari duit yang banyak, supaya bisa liburan”.  Ada yang terlalu all-out (berlebihan) saat liburan, mereka melakukan pemanjaan diri dan pemenuhan keinginan secara ekstrim saat liburan, bahkan tak jarang melebihi anggaran yang sudah ditetapkan. Mereka menjadikan hari libur untuk memenuhi kekosongan dalam dirinya, mereka lengah saking senangnya.  Namun ketika liburan berakhir, berakhir pula kegembiraannya. Liburan memang musim yang menyenangkan, tapi ketika kegembiraan yang sesaat itu menjadi landasan hidup, kita akan mengalami “post-holiday blues”, harapan itu akan segera menguap.  Ingat, liburan tidak pernah menampung harapan kita akan kepuasan dan kegembiraan. Salomo berkata bahwa Tuhan menempatkan kekekalan dalam hati manusia, dan hanya Tuhan yang kekal yang dapt memuaskan kerinduan hati kita.  Karena itu, di dalam liburan kita, jaga ekspektasi kita tetap terkendali. Atur perjalanan yang masuk akal agar segalanya dapat terlaksana dengan lancar, misalnya sesuai dengan waktu dan anggaran. Jangan lupa bahwa berlibur adalah salah satu bentuk berkat Tuhan. Mari kita mengingat Lukas 12:22: “Aku berkata kepadamu : jangan kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kau makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai”. Kita sering lupa, bahwa penghiburan bukan hanya berlibur. Tapi mensyukuri pemeliharaan kesehatan kita, keluarga kita, dan lain-lain. Lukas menulis dan mengingatkan kita bahwa kekhawatiran/setres kita sering ambil jalan pintas. Bahwa Firman Tuhan adalah penghiburan sejati dan memberikan kepuasan sejati. Kita tidak mencari kepuasan tertinggi pada hal-hal sepele di dunia, yang mudah berubah dan cepat berlalu, melainkan pada saat kita akan bersama Tuhan di kediaman-Nya.  Karena itu, saat berlibur, jangan lupakan waktu-waktu saat teduh bersama Tuhan, kita diperintahkanuntuk bersukacita di dalam Dia. Pandangan yang sehat dan alkitabiah terhadap liburan tidak akan membuat Saudara mengalami “post-holiday blues”, melainkan memberi kesegaran , insprasi, dan rasa syukur kepada Tuhan. REFLEKSI DIRI Pernahkah Saudara mengalami rasa suntuk, jenh, dan sedih ketika Anda baru selesai berlibur? Apa sebabnya? Bagaimana Saudara akan mengatasi post-holiday blues? YANG HARUS DILAKUKAN Jaga ekspektasi kita selama liburan. Jangan berlebihan dan jangan lupakan waktu-waktu saat teduh bersama Tuhan, karena kita diperintahkan untuk bersukacita di dalam Dia. POKOK DOA Tuhan Yesus, aku bersyukur untuk berkat liburan yang Tuhan beri. Kiranya Tuhan memberiku karunia menikmati, agar di dalam liburan ini, aku tetap dapat berukacita di dalam Engkau dan ekspektasiku tetap terjaga. Di dalam nama Tuhan Yesus, amin. HIKMAT HARI INI Kebanyakan orang mengalami “post-holiday blues” karena mereka menetapkan orientasi yang salah terhadap liburan itu sendiri. (PW).

The Sovereign God

SUARA TUHAN. Sahabat kata TUHAN adalah kata paling dominan dalam Mazmur 29. Kata tersebuti diulang 18 kali, seakan-akan Daud ingin memenuhi pikiran dan perasaan pembacanya dengan TUHAN. Jika kita meneliti beberapa nama tempat yang disebut oleh Daud, kita akan mendapati wilayah geografis yang mencakup seluruh wilayah Israel. Libanon (Ayat 5) terletak di wilayah Utara Israel, sedangkan padang gurun Kadesh (Ayat 8) terdapat di wilayah Selatan Israel.  Daud ingin memastikan bahwa tidak ada ruang tersisa dalam hati seseorang yang diisi dengan hal lain selain TUHAN. Hanya TUHAN saja, dengan segala keagungan,  kemuliaan dan kemegahan-Nya, yang sepatutnya memenuhi pikiran kita. Pikirkanlah Dia! Daud melakukannya dan ia tidak tahan untuk tidak mengajak “para penghuni sorgawi” (Ayat 1). Perkataan tersebut berasal dari bahasa Ibrani yang arti harfiahnya adalah “anak-anak Allah”.  Jadi, yang dimaksud bukan hanya para malaikat di surga, tetapi juga semua orang yang percaya kepada Allah, untuk menyembah dan memuliakan TUHAN bersama dengan dirinya. Seandainya kita mengarahkan hati dan pikiran kita hanya kepada TUHAN, orang-orang akan terbawa untuk sujud menyembah dan memuliakan TUHAN.  Sebelum kita mengajak orang lain untuk menyembah dan memuliakan Tuhan pun, kehadiran kita yang terfokus penuh pada Tuhan pun sudah akan membuat suasana terasa berbeda, sehingga orang lain bisa “merasakan” kehadiran TUHAN. Begitu besar kuasa TUHAN jika Tuhan hadir dalam hidup kita. Kemudian, ada frase “Suara TUHAN” yang diulang 7 kali. Angka 7 adalah angka sempurna bagi orang Yahudi. Perhatikan bagaimana Daud menggunakan frasa “Suara TUHAN” yang mengatur alam (Ayat 3-9). TUHAN berkuasa penuh atas alam.  Gambaran tentang suara TUHAN dalam Mazmur 29 mengingatkan kita pada peristiwa penciptaan dalam Kejadian 1 yang mencatat bagaimana TUHAN menciptakan dunia beserta segala isinya. “Berfirmanlah Allah (Kejadian 1:3,6,9,11,14, 20,24,26,29) … Dan jadilah demikian (Kejadian 1:7,11,15,24, 30).”  Sahabat, suara TUHAN tak boleh diabaikan karena pasti penting dan berkuasa. Suara TUHAN mencipta, memberi kehidupan, dan memelihara. Saat ini, suara apa yang lebih banyak kita dengarkan dan kita anggap penting? Sadarilah bahwa suara-suara lain itu membunuh dan menumpulkan kita. Dengarkanlah suara TUHAN dan taatilah! Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “The Sovereign God (Tuhan yang Berdaulat)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 29:1-11. Sahabat, persoalan hidup terkadang membuat kita putus asa dan hilang harapan. Kita seolah-olah hidup ini begitu miris dan tak ada jalan keluar untuk persoalan yang kita hadapi. Ketika kelemahan, keterbatasan, dan keputusasaan melanda, apa sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh kita sebagai orang percaya?Daud mengingatkan dan mengajak segenap makhluk untuk memberikan kemuliaan hanya bagi Tuhan. Dialah Allah yang berkuasa dan berdaulat sepenuhnya atas segala yang diciptakan.Daud mengajak segenap penghuni surgawi untuk memberikan kemuliaan dan sembah hanya kepada Tuhan semesta alam (Ayat 1-2). Suara-Nya diperdengarkan kepada segenap alam ciptaan, dari air dan gunung hingga pohon dan rusa (Ayat 3-9). Dialah Allah yang memberikan kekuatan serta memberkati segenap umat-Nya.Maka, Daud mengajak umat untuk mengakui kebesaran Allah atas segalanya. Tidak ada apa pun yang lebih menggentarkan daripada Allah yang hidup dan bersemayam sebagai Raja untuk selama-lamanya (Ayat 10).Melalui sejarah dunia, Tuhan telah menyingkapkan kuasa-Nya dengan mukjizat-mukjizat atas alam semesta. Kepada Dialah umat Allah dalam bait-Nya yang kudus akan berseru, “Mulialah TUHAN!” (Ayat 9).Sahabat, jika dalam menjalani kehidupan ini kita memahami bahwa Allahlah yang berkuasa dan berdaulat atas segalanya, kita akan sampai pada sebuah pengakuan dan seruan “Mulialah TUHAN!”. Tidak ada masalah yang terlalu besar yang Tuhan tidak dapat selesaikan; dan tidak ada persoalan hidup yang terlalu kecil yang luput dari perhatian-Nya. IA BERDAULAT SEPENUHNYA! Kuasa yang telah Tuhan nyatakan dalam sejarah berlangsung di dalam kehidupan orang percaya dalam menghadapi persoalan hidup. Ketika kita merasa lemah dan terbatas, jangan pernah berputus asa. Ingatlah, Tuhan akan memberikan kepada kita hikmat dan kekuatan.Sahabat, kuasa yang telah dinyatakan pada zaman dahulu akan bekerja juga dalam hidup kita. Dialah Allah yang tidak pernah berubah. Itulah janji-Nya bagi umat yang percaya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami dari ayat 11? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari tingkatkan kemampuan kita membaca dan merenungkan kebenaran Firman TUHAN, sehingga kita akan memeroleh kekuatan baru setiap hari. (pg).