BERAWAL DARI KEBIJAKSANAAN

Saudaraku, beberapa tahun lalu seorang selebritis Korea Selatan yang terkenal ditemukan meninggal di rumahnya dan diduga ia melakukan bunuh diri.  Beberapa jam sebelum ia bunuh diri, dia merekam video yang berisi curahan hatinya yang tidak tahan dengan komentar negatif di media sosialnya sehingga membuatnya sangat putus asa.  Kasus bunuh diri dengan alasan yang sama makin banyak dijumpai.  Lalu apa kata Alkitab tentang komentar negatif yang dilontarkan manusia?  Mari renungkan Yakobus 3: 5-10 dan Amsal 16:24. Rasul Yakobus memberikan pesan yang sangat penting berkaitan dengan interaksi antar manusia melalui peringatannya tentang fungsi lidah yang memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga digambarkan bagaikan api yang bisa saja membakar segalanya bila tak dikendalikan (Yakobus 3:5).   Peringatan Yakobus diberikan kepada para pengajar yang perlu selalu berhati-hati dengan pengajarannya karena kata-kata seorang pengajar memiliki pengaruh kepada para pendengarnya.  Kata-kata memang dahsyat pengaruhnya dan itulah sebabnya manusia perlu hikmat untuk mengucapkannya.  Amsal menuliskan bahwa kata-kata yang baik akan dimiliki oleh orang yang bijaksana.   Bahkan lebih lanjut ia mengatakan bahwa perkataan yang baik bagaikan madu yang menyehatkan dan mengobati kelemahan (Amsal 16:24).  Ini menunjukkan korelasi antara kebijaksanaan dan perkataan baik yang memberi pengaruh yang baik pula.   Di zaman digital ini manusia perlu untuk memiliki kebijaksanaan sebelum ia melontarkan berbagai bentuk perkataan, baik yang diucapkan secara verbal maupun yang diketikkan dalam percakapan di berbagai platform media sosial.  Karena identitasnya tersembunyi maka seringkali manusia tak merasa bersalah saat ia merespons negatif sebuah unggahan di media sosial, sebenarnya ia sedang menyulut api yang bisa saja membakar habis sebuah relasi sosial dan bahkan memadamkan semangat orang lain.  Saudaraku, bila manusia ingin memiliki dampak yang baik bagi sesamanya maka penulis Amsal mengatakan bahwa setiap orang sebaiknya memiliki bijak dalam perkataan dalam bentuk apapun.  Kebijakan ini akan didapat manusia saat ia tunduk kepada Allah karena Dialah sumber segala hikmat dan pengetahuan (Amsal 1:7) Mari belajar untuk memiliki kebijaksanaan dalam mengucapkan perkataan ataupun menuliskan pendapat di dunia digital sehingga apa yang dikatakan dan dituliskan akan membangun dan menyehatkan untuk orang lain.  Saudaraku, mari menjaga relasi dengan Tuhan agar hikmat itu membuat perkataan menjadi berkat dan menguatkan orang lain.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

True Joy is the fruit of Faith Work

SUKACITA SEJATI. Sukacita merupakan hal yang agak langka pada hari-hari ini. Mengapa? Karena beratnya himpitan ekonomi, banyak sekali orang kehilangan sukacita.  Apakah sukacita itu? Sukacita merupakan suatu kondisi hati yang meluap dengan syukur, bukan karena kondisi tetapi karena merupakan suatu kesadaran. Sukacita berbeda dengan gembira, senang, atau bahagia. Gembira, senang, atau bahagia timbul karena sesuatu yang terjadi di luar diri kita: Menang tender, mendapat kenaikan gaji, berhasil mendapat calon pasangan hidup, sembuh dari sakit kronis, dan lain-lain.  Sukacita jauh melebihi gembira, senang, atau bahagia. Sukacita adalah keputusan. Ya, suatu bentuk kesadaran kita untuk memutuskan bahwa kita memang ingin bersukacita, tanpa menghiraukan kondisi yang kita alami. Sumber sukacita ada di dalam hati kita. Ya, kita tidak perlu jauh-jauh mencari sukacita itu, apalagi harus membayar mahal. Biaya bersukacita adalah gratis. Karena sukacita merupakan sikap hati dan bukan kondisi, itu sebabnya dalam Alkitab diajarkan bagi kita untuk bersukacita, dan bukan bergembira. Sukacita merupakan suatu hal yang mutlak kita miliki.  Bagi orang percaya sukacita merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Semua persoalan boleh terjadi, namun sukacita adalah hak kita. Sudahkah kita memilih untuk bersukacita?  Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “True Joy is the Fruit of Faith Work  (Sukacita Sejati Merupakan Buah dari Karya Iman)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 21:1-14. Sahabat, sukacita merupakan sebuah ungkapan rasa ketika kita berhasil menggapai keinginan hati kita. Namun, pernahkah kita mengaitkan sukacita dengan pemeliharaan Allah secara nyata dalam hidup? Bagaimana kita mendapatkan sukacita sejati?Pemazmur menjelaskan perihal sukacita sejati ketika ia menguraikan keberhasilan seorang raja yang berjalan bersama Tuhan. Kebanggaan diperoleh bukan sekadar karena keberhasilan dalam kehidupan atau pun kemenangan dalam peperangan, melainkan semata-mata karena karya Allah dalam hidup orang beriman.Perhatikan bagaimana Daud menggambarkan peranan Allah dalam keberhasilannya, antara lain: Pertama,  sukacita datang dari Allah semata (Ayat 2-3); Kedua,  Allah menjadikan raja sebagai pengantara keberhasilan dan kemenangan-Nya (Ayat 4-7); Ketiga,  penyertaan dan pemeliharaan Allah ada bersama umat-Nya (ayat 8-14).  Berbagai kemenangan yang dialami Raja Daud (Ayat 3) menjadi dasar pujian umat kepada Allah (Ayat 7-12). Puji-pujian itu juga diarahkan kepada masa depan, yaitu ketika Allah hadir dalam penghakiman-Nya pada akhir zaman (Ayat 10-11). Selain itu, Raja Daud juga mengakui bagaimana Allah terlibat secara nyata dalam setiap pergumulan kehidupannya, termasuk dalam pemerintahannya. Itulah sumber sukacita yang sejati.Memang tidak mudah meletakkan segala orientasi hidup kita kepada Allah. Namun, oleh Kristus kita diberikan pemahaman tentang Allah yang benar dan ditunjukkan tentang keberadaan Allah secara nyata dalam hidup (Yohanes 1:18; 17:3). Jalan untuk mendapatkan sukacita hanyalah dengan menerapkan iman sejati dalam kehidupan keseharian.Sahabat, iman yang sejati akan menghadirkan sukacita karena karya Allah dalam hidup orang percaya. Persoalannya adalah apakah kita mendasarkan sukacita pada hal yang bersifat sementara, atau hanya untuk memuaskan keinginan mata dan kedagingan kita. Sesungguhnya, sukacita sejati adalah buah dari karya iman yang kita terima dari Allah! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah! Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini: Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu? Apa yang Sahabat pahami tentang Sukacita Sejati? Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Berserah merupakan tindakan iman kita bahwa Allah akan memelihara dan memberikan yang terbaik untuk hidup kita. (pg).